- Hingga saat ini kita semua mengakui bahwa lembaga pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal, atau “sekolah” mempunyai peran yang strategis dalam membantu proses pembentukan diri seseorang.
- Bahkan banyak orang tua yang seolah mengandalkan sekolah sebagai wadah utama pembinaan anak-anaknya. Tentu saja hal ini tidak adil, sebab pendidik utama dan terutama adalah orang tua, sedangkan sekolah hanya bersifat membantu.
- Tetapi sejalan dengan berkembangnya profesionalisme dalam segala bidang, sekolah akhirnya menjadi tumpuan utama. Kenyataan ini memang benar adanya, sekolah menjadi tempat orang mendapatkan banyak pengetahuan, wawasan, keterampilan untuk hidup di tengah masyarakat. Semua orang sangat terbantu memperkembangkan diri berkat sekolah.
- Yang dimaksud “sekolah” tentu meliputi banyak aspek: sarana dan prasarana, terutama manusia-manusia yang ada di dalamnya. Merekalah yang berperan lebih banyak dalam proses pembentukan diri. Mereka masing-masing, mempunyai peran yang tidak pernah dapat dilupakan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Mereka itu adalah Kepala Sekolah dan wakilnya, guru, dan karyawan.
- Dalam Kitab Suci tidak digambarkan secara jelas apakah Yesus bersekolah atau tidak. Meskipun begitu, kita tahu bahwa Tuhan Yesus adalah pribadi pembelajar. Saat berkunjung ke Bait Allah dalam kesempatan ziarah, Ia menggunakan waktu-Nya untuk bertanya jawab dengan ahli-ahli Taurat. Melalui belajar itu himkat-Nya bertambah besar. Semangat-Nya untuk belajar tidak terhalangi oleh situasi ekonomi keluarga-Nya yang sederhana. Keluarga-Nya hanyalah keluarga tukang kayu.
- Selanjutnya, dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen menegaskan tentang pentingnya pendidikan atau sekolah. Oleh karena itu, pelayanan pendidikan harus tertuju kepada semua orang, sebab melalui sekolah kita disiapkan untuk mampu hidup di tengah masyarakat. Karena itu, kita perlu mempunyai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan agar mampu hidup.
- Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, artikel 1: Semua orang dari suku, kondisi atau usia manapun juga, berdasarkan martabat mereka selaku pribadi mempunyai hak yang tak dapat diganggu gugat atas pendidikan, yang cocok dengan tujuan atau sifat-perangai mereka, mengindahkan perbedaan jenis, serasi dengan tradisi-tradisi kebudayaan serta para leluhur, sekaligus juga terbuka bagi persekutuan persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain, untuk menumbuhkan kesatuan dan damai yang sejati di dunia. Tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya ialah mencapai pembinaan pribadi manusia dalam perspektif tujuan terakhirnya demi kesejahteraan kelompok-kelompok masyarakat, mengingat bahwa manusia termasuk anggotanya, dan bila sudah dewasa ikut berperan menunaikan tugas kewajibannya.
- Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, artikel 5: Di antara segala upaya pendidikan sekolah mempunyai makna yang istimewa. Sementara terus-menerus mengembangkan daya kemampuan akal budi, berdasarkan misinya sekolah menumbuhkan kemampuan memberi penilaian yang cermat, memperkenalkan harta warisan budaya yang telah dihimpun oleh generasi-generasi masa silam, meningkatkan kesadaran akan tata nilai, menyiapkan siswa untuk mengelola kejuruan tertentu, memupuk rukun persahabatan antara para siswa yang beraneka watak-perangai maupun kondisi hidupnya, dan mengembangkan sikap saling memahami. Kecuali itu, sekolah merupakan bagaikan suatu pusat kegiatan kemajuan, yang serentak harus melibatkan keluarga-keluarga, para guru, bermacam-macam perserikatan yang memajukan hidup berbudaya, kemasyarakatan dan keagamaan, masyarakat sipil dan segenap keluarga manusia.
Catatan penting Buku Guru Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas 7