Bagaimana Mungkin Kami Tak Mencintaimu, Bunda?

Dulu sekali, sang perempuan pertama digoda oleh “Malaikat yang Jatuh” di dekat pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, disaksikan oleh pohon kehidupan. Perempuan itu, Hawa, tergoda dan masuklah kematian ke dalam dunia (Kejadian 3).
Lalu engkau hadir, Bunda. Malaikat datang pada-Mu membawa pesan dari Tuhan. Dan engkau patuh. Itulah awal dari kisah masuknya Hidup ke dalam dunia (Lukas 1).
Jika dulu, kejatuhan kemanusiaan itu terjadi di sekitar Adam, Hawa dan pohon dari buah terlarang itu (Kejadian 3), maka ‘bangkitnya’ kemanusiaan itu terjadi di sekitar penyaliban: Kristus – Sang Adam yang baru (1 Korintus 15:45) -, engkau sendiri Bunda, dan kayu salib itu yang lebih terlihat sebagai ‘pohon kehidupan’! (Yohanes 19:25).

Dulu, Rahel melahirkan Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya, yang dibuang ke dalam sumur gelap sebelum akhirnya ‘bangkit’ menjadi pemimpin besar yang menyelamatkan bukan hanya bangsanya melainkan bangsa-bangsa lain dengan membagi-bagikan gandum (Kejadian 30 dst.).
Pada waktumu, engkau melahirkan Tuhan Yesus yang dijual oleh salah seorang muridnya, yang masuk ke dalam kubur gelap selama tiga hari sebelum akhirnya BANGKIT menyelamatkan seluruh umat manusia dengan memberikan tubuh-Nya sendiri yang adalah roti hidup! (Semua Injil mengabarkannya!).
Dan Rahel, bunda yang menangisi anak-anak Israel dalam Nubuat Yeremia (Yeremia 31:15), dikuburkan di Betlehem (Kejadian 35:19), sebuah tempat yang sungguh tak asing bagimu. Di situlah engkau melahirkan Tuhan kami, Yesus Kristus. Di situ jugalah engkau pergi dengan tergesa-gesa bersama Santo Yusuf menyelamatkan diri dari kekejian Herodes (Matius 2:13). Dan sebagaimana Rahel dikenal sebagai bunda yang berduka cita untuk anak-anaknya, engkau juga kami kenal sebagai Bunda Dukacita yang menyaksikan sendiri kesengsaraan Kristus hingga kematian-Nya!

Menjelang kematian-Nya, salah satu wasiat Tuhan Yesus adalah mengangkat kami menjadi anak-anakmu, dan menganugerahkanmu menjadi Bunda bagi kami yang diwakili oleh Santo Yohanes (Yohanes 19:26-27). Dan dengan demikian menjadi jelaslah bagi kami, mengapa kami dari waktu ke waktu terus berjuang melawan “Malaikat yang Jatuh” itu, si Naga ular tua itu, si Iblis. Di Kitab Wahyu dengan jelas tertulis, “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.” (Wahyu 12:17).

Apakah kami takut? Tentu tidak! Jika Tuhan di pihak kami, siapakah yang akan melawan kami? (Roma 8:31). Selain itu, betapa engkau meneguhkan kami. Engkaulah Tabut Perjanjian yang baru bagi kami. Jika Tabut Perjanjian yang lama adalah tempat untuk menyimpan Manna – roti yang diberikan Tuhan di padang gurun kepada bangsa Israel -, Dua Loh batu dimana Tuhan menyabdakan perintah-Nya, dan tongkat imam Harun (Ibrani 9:4), maka engkau – Tabut Perjanjian kami yang baru – adalah tempat di mana Kristus pernah bersemayam. Kristus yang adalah Roti Hidup (Yohanes 6:51), Sabda yang menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:14), dan Imam Besar kami (Ibrani 8:1)! Sama seperti Tuhan menyertai bangsa Israel pada waktu dulu dengan Tabut Perjanjian itu (1 Samuel 4-7), maka Tuhan pun menyertai kami dengan kehadiranmu saat kami berjuang melawan Si Jahat itu dalam hidup kami.

Bagaimana mungkin kami tak mencintaimu, Bunda? Ada yang menggoda kami bahwa engkau hanyalah dogma. Mereka salah. Engkau adalah pribadi. Engkaulah Hawa baru itu. Engkaulah Rahel baru itu. Engkaulah Tabut Perjanjian yang baru itu! Kehadiranmu telah sangat jelas terlihat dalam bayang-bayang Kitab Suci Perjanjian Lama. Bagaimana mungkin kami tidak mencintaimu, Bunda? Engkau yang menyaksikan sengsara Putra-Mu dan tidak sekali-kali meninggalkanNya hingga wafat di salib, kini menyaksikan juga penderitaan kami putra-putrimu yang diamuk si naga, ular tua itu. Dan kami tahu, bukan hanya percaya, bahwa engkau juga sekali-sekali tidak meninggalkan kami dalam lembah duka ini!

Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu! (Lukas 1:28).
Terpujilah engkau di antara wanita,
dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus (Lukas 1:42).
Santa Maria, Bunda Allah,
Doakanlah kami yang berdosa ini,
Sekarang dan waktu kami mati.
Amin.

Sumbawa, 15 Agustus 2024.

Dimensi dan Elemen Profil Pelajar Pancasila dalam Fase C (Kelas 5-6)

Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia 

(a) akhlak beragama; 

  • Mengenal dan Mencintai Tuhan Yang Maha Esa
    Memahami berbagai kualitas atau sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa yang diutarakan dalam kitab suci agama masing-masing dan menghubungkan kualitas-kualitas positif Tuhan dengan sikap pribadinya, serta meyakini firman Tuhan sebagai kebenaran.
  • Pemahaman Agama/Kepercayaan
    Memahami berbagai kualitas atau sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa yang diutarakan dalam kitab suci agama masing-masing dan menghubungkan kualitas-kualitas positif Tuhan dengan sikap pribadinya, serta meyakini firman Tuhan sebagai kebenaran.
  • Pelaksanaan Ritual Ibadah
    Memahami unsur-unsur utama agama/ kepercayaan, dan mengenali peran agama/kepercayaan dalam kehidupan serta memahami ajaran moral agama.

(b) akhlak pribadi;

  • Integritas
    Berani dan konsisten menyampaikan kebenaran atau fakta serta memahami konsekuensi-konsekuensinya untuk diri sendiri
  • Merawat Diri secara Fisik, Mental, dan Spiritual
    Memperhatikan kesehatan jasmani, mental, dan rohani dengan melakukan aktivitas fisik, sosial, dan ibadah

(c) akhlak kepada manusia;

  • Mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan
    Mengidentifikasi kesamaan dengan orang lain sebagai perekat hubungan sosial dan mewujudkannya dalam aktivitas kelompok. Mulai mengenal berbagai kemungkinan interpretasi dan cara pandang yang berbeda ketika dihadapkan dengan dilema.
  • Berempati kepada orang lain
    Mulai memandang sesuatu dari perspektif orang lain serta mengidentifikasi kebaikan dan kelebihan orang sekitarnya

(d) akhlak kepada alam;

  • Memahami Keterhubungan Ekosistem Bumi
    Memahami konsep harmoni dan mengidentifikasi adanya saling kebergantungan antara berbagai ciptaan Tuhan
  • Menjaga Lingkungan Alam Sekitar
    Memahami konsep harmoni dan mengidentifikasi adanya saling kebergantungan antara berbagai ciptaan Tuhan

(e) akhlak bernegara.

  • Melaksanakan Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara Indonesia
    Mengidentifikasi dan memahami peran, hak, dan kewajiban dasar sebagai warga negara serta kaitannya dengan keimanan kepada Tuhan YME dan secara sadar mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berkebinekaan Global

(a) mengenal dan menghargai budaya;

  • Mendalami budaya dan identitas budaya
    Mengidentifikasi dan mendeskripsikan keragaman budaya di sekitarnya; serta menjelaskan peran budaya dan bahasa dalam membentuk identitas dirinya.
  • Mengeksplorasi dan Membandingkan Pengetahuan Budaya, Kepercayaan, serta Praktiknya
    Mendeskripsikan dan membandingkan pengetahuan, kepercayaan, dan praktik dari berbagai kelompok budaya.
  • Menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya
    Mengidentifikasi peluang dan tantangan yang muncul dari keragaman budaya di Indonesia.

(b) komunikasi dan interaksi antar budaya;

  • Berkomunikasi antar budaya
    Memahami persamaan dan perbedaan cara komunikasi baik di dalam maupun antar kelompok budaya.
  • Mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif
    Membandingkan beragam perspektif untuk memahami permasalahan seharihari. Memperkirakan dan mendeskripsikan situasi komunitas yang berbeda dengan dirinya ke dalam situasi dirinya dalam konteks lokal dan regional.

(c) refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.

  • Refleksi terhadap pengalaman kebinekaan.
    Menjelaskan apa yang telah dipelajari dari interaksi dan pengalaman dirinya dalam lingkungan yang beragam.
  • Menghilangkan stereotip dan prasangka
    Mengkonfirmasi dan mengklarifikasi stereotip dan prasangka yang dimilikinya tentang orang atau kelompok di sekitarnya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik serta mengidentifikasi pengaruhnya terhadap individu dan kelompok di lingkungan sekitarnya
  • Menyelaraskan perbedaan budaya
    Mencari titik temu nilai budaya yang beragam untuk menyelesaikan permasalahan bersama.

(d) berkeadilan sosial

  • Aktif membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan
    Membandingkan beberapa tindakan dan praktik perbaikan lingkungan sekolah yang inklusif, adil, dan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan dampaknya secara jangka panjang terhadap manusia, alam, dan masyarakat
  • Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan bersama
    Berpartisipasi dalam menentukan kriteria yang disepakati bersama untuk menentukan pilihan dan keputusan untuk kepentingan bersama
  • Memahami peran individu dalam demokrasi
    Memahami konsep hak dan kewajiban, serta implikasinya terhadap perilakunya. Menggunakan konsep ini untuk menjelaskan perilaku diri dan orang sekitarnya

 

Mandiri

(a) pemahaman diri dan situasi yang dihadapi;

  • Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi
    Menggambarkan pengaruh kualitas dirinya terhadap pelaksanaan dan hasil belajar; serta mengidentifikasi kemampuan yang ingin dikembangkan dengan mempertimbangkan tantangan yang dihadapinya dan umpan balik dari orang dewasa
  • Mengembangkan refleksi diri
    Melakukan refleksi untuk mengidentifikasi faktor-faktor di dalam maupun di luar dirinya yang dapat mendukung/ menghambatnya dalam belajar dan mengembangkan diri; serta mengidentifikasi cara-cara untuk mengatasi kekurangannya.

(b) regulasi diri

  • Regulasi emosi
    Memahami perbedaan emosi yang dirasakan dan dampaknya terhadap proses belajar dan interaksinya dengan orang lain; serta mencoba caracara yang sesuai untuk mengelola emosi agar dapat menunjang aktivitas belajar dan interaksinya dengan orang lain.
  • Penetapan tujuan belajar, prestasi, dan pengembangan diri serta rencana strategis untuk mencapainya
    Menilai faktor-faktor (kekuatan dan kelemahan) yang ada pada dirinya dalam upaya mencapai tujuan belajar, prestasi, dan pengembangan dirinya serta mencoba berbagai strategi untuk mencapainya.
  • Menunjukkan inisiatif dan bekerja secara mandiri
    Memahami arti penting bekerja secara mandiri serta inisiatif untuk melakukannya dalam menunjang pembelajaran dan pengembangan dirinya
  • Mengembangkan pengendalian dan disiplin diri
    Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengelola diri dalam pelaksanaan aktivitas belajar dan pengembangan dirinya.
  • Percaya diri, tangguh (resilient), dan adaptif
    Menyusun, menyesuaikan, dan mengujicobakan berbagai strategi dan cara kerjanya untuk membantu dirinya dalam penyelesaian tugas yang menantang

Bergotong royong

(a) kolaborasi,

  • Kerja sama
    Menunjukkan ekspektasi (harapan) positif kepada orang lain dalam rangka mencapai tujuan kelompok di lingkungan sekitar (sekolah dan rumah).
  • Komunikasi untuk mencapai tujuan bersama
    Memahami informasi dari berbagai sumber dan menyampaikan pesan menggunakan berbagai simbol dan media secara efektif kepada orang lain untuk mencapai tujuan bersama
  • Saling-ketergantungan positif
    Menyadari bahwa meskipun setiap orang memiliki otonominya masingmasing, setiap orang membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya.
  • Koordinasi Sosial
    Menyelaraskan tindakannya sesuai dengan perannya dan mempertimbangkan peran orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

(b) kepedulian

  • Tanggap terhadap lingkungan Sosial
    Tanggap terhadap lingkungan sosial sesuai dengan tuntutan peran sosialnya dan menjaga keselarasan dalam berelasi dengan orang lain.
  • Persepsi sosial
    Menerapkan pengetahuan mengenai berbagai reaksi orang lain dan penyebabnya dalam konteks keluarga, sekolah, serta pertemanan dengan sebaya.

(c) berbagi

Memberi dan menerima hal yang dianggap penting dan berharga kepada/dari orang-orang di lingkungan luas/masyarakat baik yang dikenal maupun tidak dikenal.

Bernalar kritis

(a) memperoleh dan memproses informasi dan gagasan

  • Mengajukan pertanyaan
    Mengajukan pertanyaan untuk membandingkan berbagai informasi dan untuk menambah pengetahuannya.
  • Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan gagasan

Mengumpulkan, mengklasifikasikan, membandingkan, dan memilih informasi dari berbagai sumber, serta memperjelas informasi dengan bimbingan orang dewasa.

(b) menganalisis dan mengevaluasi penalaran,

  • Elemen menganalisis dan mengevaluasi penalaran dan prosedurnya
    Menjelaskan alasan yang relevan dan akurat dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan

(c) refleksi pemikiran dan proses berpikir

  • Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri
    Memberikan alasan dari hal yang dipikirkan, serta menyadari kemungkinan adanya bias pada pemikirannya sendiri

Kreatif

(a) menghasilkan gagasan yang orisinal
Mengembangkan gagasan yang ia miliki untuk membuat kombinasi hal yang baru dan imajinatif untuk mengekspresikan pikiran dan/atau perasaannya.
(b) menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran dan/atau perasaannya sesuai dengan minat dan kesukaannya dalam bentuk karya dan/ atau tindakan serta mengapresiasi dan mengkritisi karya dan tindakan yang dihasilkan
(c) Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan
Berupaya mencari solusi alternatif saat pendekatan yang diambil tidak berhasil berdasarkan identifikasi terhadap situasi.

 

Sumber: 

https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/referensi-penerapan/profil-pelajar-pancasila/fase-c/ 

Dimensi dan Elemen Profil Pelajar Pancasila dalam Fase A (Kelas 1-2)

Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia 

(a) akhlak beragama; 

  • Mengenal dan Mencintai Tuhan Yang Maha Esa

Mengenal sifat-sifat utama Tuhan Yang Maha Esa bahwa Dia adalah Sang Pencipta yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan mengenali kebaikan dirinya sebagai cerminan sifat Tuhan

  • Pemahaman Agama/Kepercayaan

Mengenal unsur-unsur utama agama/ kepercayaan (ajaran, ritual keagamaan, kitab suci, dan orang suci/ utusan Tuhan YME).

  • Pelaksanaan Ritual Ibadah

Terbiasa melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama/ kepercayaannya

(b) akhlak pribadi;

  • Integritas

Membiasakan bersikap jujur terhadap diri sendiri dan orang lain dan berani menyampaikan kebenaran atau fakta

  • Merawat Diri secara Fisik, Mental, dan Spiritual

Memiliki rutinitas sederhana yang diatur secara mandiri dan dijalankan sehari-hari serta menjaga kesehatan dan keselamatan/ keamanan diri dalam semua aktivitas kesehariannya.

(c) akhlak kepada manusia;

  • Mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan

Mengenali hal-hal yang sama dan berbeda yang dimiliki diri dan temannya dalam berbagai hal, serta memberikan respons secara positif.

  • Berempati kepada orang lain

Mengidentifikasi emosi, minat, dan kebutuhan orang-orang terdekat dan meresponsnya secara positif.

(d) akhlak kepada alam;

  • Memahami Keterhubungan Ekosistem Bumi

Mengidentifikasi berbagai ciptaan Tuhan

  • Menjaga Lingkungan Alam Sekitar

Membiasakan bersyukur atas lingkungan alam sekitar dan berlatih untuk menjaganya

(e) akhlak bernegara.

  • Melaksanakan Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara Indonesia

Mengidentifikasi hak dan tanggung jawabnya di rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar serta kaitannya dengan keimanan kepada Tuhan YME

 

Berkebinekaan Global

(a) mengenal dan menghargai budaya;

  • Mendalami budaya dan identitas budaya

Mengidentifikasi dan mendeskripsikan ideide tentang dirinya dan beberapa kelompok di lingkungan sekitarnya

  • Mengeksplorasi dan Membandingkan Pengetahuan Budaya, Kepercayaan, serta Praktiknya

Mengidentifikasi dan mendeskripsikan praktik keseharian diri dan budayanya

  • Menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya

Mendeskripsikan pengalaman dan pemahaman hidup bersama-sama dalam kemajemukan.

(b) komunikasi dan interaksi antar budaya;

  • Berkomunikasi antar budaya

Mengenali bahwa diri dan orang lain menggunakan kata, gambar, dan bahasa tubuh yang dapat memiliki makna yang berbeda di lingkungan sekitarnya

  • Mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif

Mengekspresikan pandangannya terhadap topik yang umum dan mendengarkan sudut pandang orang lain yang berbeda dari dirinya dalam lingkungan keluarga dan sekolah

(c) refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.

  • Refleksi terhadap pengalaman kebinekaan.

Menyebutkan apa yang telah dipelajari tentang orang lain dari interaksinya dengan kemajemukan budaya di lingkungan sekolah dan rumah

  • Menghilangkan stereotip dan prasangka

mengenali perbedaan tiap orang atau kelompok dan menyikapinya sebagai kewajaran

  • Menyelaraskan perbedaan budaya

Mengidentifikasi perbedaan budaya yang konkret di lingkungan sekitar

(d) berkeadilan sosial

  • Aktif membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan

Menjalin pertemanan tanpa memandang perbedaan agama, suku, ras, jenis kelamin, dan perbedaan lainnya, dan mengenal masalah-masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan di lingkungan sekitarnya

  • Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan bersama

Mengidentifikasi pilihan-pilihan berdasarkan kebutuhan dirinya dan orang lain ketika membuat keputusan

  • Memahami peran individu dalam demokrasi

Mengidentifikasi peran, hak dan kewajiban warga dalam masyarakat demokratis

 

Mandiri

(a) pemahaman diri dan situasi yang dihadapi;

  • Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi

Mengidentifikasi dan menggambarkan kemampuan, prestasi, dan ketertarikannya secara subjektif

  • Mengembangkan refleksi diri

Melakukan refleksi untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta prestasi dirinya.

(b) regulasi diri.

  • Regulasi emosi

Mengidentifikasi perbedaan emosi yang dirasakannya dan situasi-situasi yang menyebabkan-nya; serta mengekspresikan secara wajar

  • Penetapan tujuan belajar, prestasi, dan pengembangan diri serta rencana strategis untuk mencapainya

Menetapkan target belajar dan merencanakan waktu dan tindakan belajar yang akan dilakukannya.

  • Menunjukkan inisiatif dan bekerja secara mandiri

Berinisiatif untuk mengerjakan tugas-tugas rutin secara mandiri di bawah pengawasan dan dukungan orang dewasa

  • Mengembangkan pengendalian dan disiplin diri

Melaksanakan kegiatan belajar di kelas dan menyelesaikan tugastugas dalam waktu yang telah disepakati.

  • Percaya diri, tangguh (resilient), dan adaptif

Berani mencoba dan adaptif menghadapi situasi baru serta bertahan mengerjakan tugas-tugas yang disepakati hingga tuntas

 

Bergotong royong

(a) kolaborasi,

  • Kerja sama

Menerima dan melaksanakan tugas serta peran yang diberikan kelompok dalam sebuah kegiatan bersama.

  • Komunikasi untuk mencapai tujuan bersama

Memahami informasi sederhana dari orang lain dan menyampaikan informasi sederhana kepada orang lain menggunakan kata-katanya sendiri

  • Saling-ketergantungan positif

Mengenali kebutuhan-kebutuhan diri sendiri yang memerlukan orang lain dalam pemenuhannya.

  • Koordinasi Sosial

Melaksanakan aktivitas kelompok sesuai dengan kesepakatan bersama dengan bimbingan, dan saling mengingatkan adanya kesepakatan tersebut.

(b) kepedulian

  • Tanggap terhadap lingkungan Sosial

Peka dan mengapresiasi orang-orang di lingkungan sekitar, kemudian melakukan tindakan sederhana untuk mengungkapkannya.

  • Persepsi sosial

Peka dan mengapresiasi orang-orang di lingkungan sekitar, kemudian melakukan tindakan sederhana untuk mengungkapkannya.

(c) berbagi

Memberi dan menerima hal yang dianggap berharga dan penting kepada/dari orangorang di lingkungan sekitar.

 

Bernalar kritis

(a) memperoleh dan memproses informasi dan gagasan

  • Mengajukan pertanyaan

Mengajukan pertanyaan untuk menjawab keingintahuannya dan untuk mengidentifikasi suatu permasalahan mengenai dirinya dan lingkungan sekitarnya.

  • Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan gagasan

Mengidentifikasi dan mengolah informasi dan gagasan

(b) menganalisis dan mengevaluasi penalaran,

  • Elemen menganalisis dan mengevaluasi penalaran dan prosedurnya

Melakukan penalaran konkret dan memberikan alasan dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan

(c) refleksi pemikiran dan proses berpikir

  • Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri

Menyampaikan apa yang sedang dipikirkan secara terperinci

 

Kreatif

(a) menghasilkan gagasan yang orisinal

Menggabungkan beberapa gagasan menjadi ide atau gagasan imajinatif yang bermakna untuk mengekspresikan pikiran dan/atau perasaannya.

(b) menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.
Mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran dan/atau perasaannya dalam bentuk karya dan/ atau tindakan serta mengapresiasi karya dan tindakan yang dihasilkan

(c) Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan

Mengidentifikasi gagasan-gagasan kreatif untuk menghadapi situasi dan permasalahan.

 

Sumber: https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/referensi-penerapan/profil-pelajar-pancasila/fase-a/ 

 

Definisi Profil Pembelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila merupakan ciri karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.

Kegunaan Profil Pelajar Pancasila:

  • Menerjemahkan tujuan dan visi pendidikan ke dalam format yang lebih mudah dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan
  • Menjadi panduan pengembangan karakter bagi pendidik dan pelajar Indonesia
  • Tujuan akhir seluruh pembelajaran, program, dan kegiatan di satuan pendidikan

Dimensi dan Elemen Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa elemen di dalamnya.

  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
    Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai sehingga karakter positif dapat berkembang dan juga tumbuhnya budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia meliputi:
    (a) akhlak beragama;
    (b) akhlak pribadi;
    (c) akhlak kepada manusia;
    (d) akhlak kepada alam; dan
    (e) akhlak bernegara.
  2. Berkebinekaan Global
    Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global meliputi:
    (a) mengenal dan menghargai budaya;
    (b) kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama; dan
    (c) refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
    (d) berkeadilan sosial
  3. Mandiri
    Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari:
    (a) kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi; serta
    (b) regulasi diri.
  4. Bergotong royong
    Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah:
    (a) kolaborasi,
    (b) kepedulian, dan
    (c) berbagi.
  5. Bernalar kritis
    Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah:
    (a) memperoleh dan memproses informasi dan gagasan,
    (b) menganalisis dan mengevaluasi penalaran,
    (c) merefleksikan pemikiran dan proses berpikir
  6. Kreatif
    Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari:
    (a) menghasilkan gagasan yang orisinal, serta
    (b) menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

Penerapan Profil Pelajar Pancasila di Lingkungan Satuan Pendidikan

Profil Pelajar Pancasila dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap peserta didik melalui: budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.

1. Budaya satuan pendidikan

Sebagai bagian dari budaya sekolah, 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila diintegrasikan ke dalam iklim sekolah, kebijakan, pola interaksi dan komunikasi, serta norma yang berlaku di satuan pendidikan.

2. Pembelajaran intrakurikuler

Sebagai bagian dari pembelajaran intrakurikuler, Capaian Pembelajaran, tujuan pembelajaran, atau materi/topik pembelajaran sudah menginkorporasikan 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila di dalamnya.

3. Pembelajaran kokurikuler (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)

Sebagai bagian dari pembelajaran kokurikuler, 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila dijadikan pilihan untuk menjadi tujuan dan capaian dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila . Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dipilih untuk menjadi fokus tujuan kegiatan juga kemudian menjadi dasar pelaksanaan asesmen projek. Ketahui lebih lanjut.

4. Pembelajaran ekstrakurikuler

Sebagai bagian dari pembelajaran ekstrakurikuler, 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila diintegrasikan dalam kegiatan pengembangan minat dan bakat.

Sumber:

https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/14145044257945-Pengertian-Profil-Pelajar-Pancasila

https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/14154290859801-Penerapan-Profil-Pelajar-Pancasila-di-Lingkungan-Satuan-Pendidikan

Ora et Labora – Renungan Menjelang Ujian

Rasa gelisah itu datang lagi. Lebih sering menjelang ujian datang. Yang lebih menyakitkan, dia datang bersama kekhawatiran. Apakah ujian selalu datang dengan cara yang menakutkan?

Tunggu sebentar. Apa sih yang membuatku gelisah? Apakah aku kurang persiapan? Apa yang kukhawatirkan? Apakah aku khawatir hasil ujian ini akan membuat orang-orang di sekitarku mengubah penilaian mereka terhadapku?

Jika aku kurang persiapan, daripada gelisah, bukankah lebih baik aku memperbaiki persiapanku? Bagaimana jika waktu yang tersedia sepertinya sudah terlalu mepet untuk mempermantap persiapanku? Ah, bukankah akan lebih baik jika aku fokus dengan memantapkan apa yang sudah kukuasai daripada gelisah tak jelas dan membabi buta mencoba menguasai hal-hal yang tak mungkin kukuasai dalam waktu singat?

Jika aku khawatir orang-orang di sekitarku akan memandang rendah aku jika hasil ujian nanti mengecewakan, bukankah itu lebih menunjukkan siapa mereka daripada siapa aku? Ujian itu adalah hal yang biasa dalam hidup. Gagal dalam salah satu dari banyak ujian bukankah akhir dari segala-segalanya. Kegagalan seharusnya menjadi motivasi terbesar untuk bangkit lagi. Tuhan Yesus jatuh tiga kali dalam jalan salib-Nya, dan Dia tak pernah menolak untuk bangkit lagi!

Bagaimana jika setelah mempersiapkan ujian ini dengan mantap, tetapi nanti hasilnya tidak menggembirakan? Jika itu terjadi, adakah yang bisa kulakukan? Bukankah jika aku telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan maksimal, seharusnya aku bisa menanti hasilnya dengan tenang? Dalam hidup ini, ada banyak sekali hal yang tidak bisa kita kendalikan. Sesungguhnya, bukan APA yang akan terjadi yang paling penting, melainkan BAGAIMANA aku menyikapi apa yang akan terjadi. Jika hasil ujian kali ini memuaskan, syukuri sebagai hasil jerih payah selama ini. Jika hasil ujian kali ini belum memuaskan meskipun telah dipersiapkan dengan matang, ambil dia sebagai pelajaran dan pengalaman berharga. Selalu ada ruang untuk berkembang. Perhatikan poin-poin kesalahannya, dan upayakan untuk memperbaikinya di hari mendatang. Dalam hidup setelah masa sekolah nanti, akan ada lebih banyak ujian kehidupan. Tidak mendapatkan hasil yang baik dalam satu ujian tidak sama dengan kegagalan, tidak mencerminkan kualitas diri, tidak sama dengan masa depan yang suram.

Ketakutan bahwa masa depan tergantung dari hasil ujian sesungguhnya tidak perlu. Seberapa penting pun ujian itu, masa depan tidak tergantung padanya. Aku akan berusaha selalu mengingat bahwa Tuhan pasti punya rancangan yang baik untukku. Jika aku telah mempersiapkan diriku dengan baik, dan apa yang kuperoleh tidaklah sesuai dengan harapanku, pasti aku kecewa, tetapi tidak seharusnya aku berhenti di situ. Pelajaran berharga dalam hidup malah lebih sering didapati dalam pengalaman yang tidak menyenangkan. Terkadang, apa yang kita anggap baik dalam jangka pendek, ternyata tidaklah benar-benar baik jika dilihat dari jangka panjang perjalanan hidup kita. Percayalah, Tuhan tahu mana yang lebih baik untuk hidup kita, jika kita memasrahkan hidup kita dalam penyelenggaraan-Nya!

Menjelang ujian, daripada sibuk menghabiskan waktu untuk gelisah tentang sesuatu yang belum tiba, adalah lebih baik jika kupakai untuk memupuk kepercayaan diriku. Aku pasti bisa. Jika aku merasa telah 100% siap, maka seharusnya tak ada yang perlu kukhawatirkan. Jika aku 90% siap, maka aku harus percaya diri dengan kesiapan yang 90% itu daripada gelisah dengan 10% area abu-abu yang tak tentu. Bahkan jika aku hanya merasa yakin 60%, tidaklah baik jika 40% ketidaksiapanku justru menggerogoti dan merusak 60% keyakinanku. Yang aku paling butuhkah menjelang ujian adalah kesiapan mental, psikologis, dan fisik. Aku lebih butuh ketenangan dan kebugaran daripada belajar marathon yang berpotensi mengganggu ketenangan dan merusak kebugaranku. Jangan sampai aku menang di meja belajar, tetapi kalah di meja ujian!

Aku ingat akan sebuah quote yang selalu dilekatkan dengan Santo Benediktus: “Ora et Labora”. Berdoa dan Bekerja. Prinsip ini sangat baik untuk diterapkan dalam hidup sehari-hari. Dalam menghadapi apapun, aku perlu berdoa dan bekerja. Ketika aku memohon Tuhan campur tangan dalam hidupku, aku tak boleh berpangku tangan. Aku harus mengambil peran aktif dengan bekerja sesuai dengan kemampuanku sebagai manusia, sembari memohon Tuhan sempurnakan hal-hal yang hanya bisa disempurnakan dengan daya Ilahi-Nya! Ah, kiranya Allah Bapa, Tuhan Yesus Sang Putra, dan Roh Kudus Sang Penolong itu memampukanku dalam menghadapi setiap ujian dalam hidupku.

Ad Majorem Dei Gloriam. Amen!

24 April 2021
Aendydasaint.com

Link Lengkap Ringkasan Materi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas 9

Bab I: Orang Beriman Menanggapi Karya Keselamatan Allah
A. Allah adalah Sumber Keselamatan yang Sejati
B. Beragama sebagai Tanggapan atas Karya Keselamatan Allah
C. Beriman sebagai Tanggapan atas Karya Keselamatan Allah
D. Beriman Kristiani
E. Iman dan Kebersamaan dalam Jemaat
F. Maria Teladan Hidup Beriman

Bab II: Orang Beriman Hidup di Tengah Masyarakat
A. Hak dan Kewajiban sebagai Anggota Gereja
B. Hak dan Kewajiban Orang Beriman dalam Masyarakat

Bab III: Orang Beriman Menghargai Martabat Manusia
A. Keluhuran Martabat Manusia
B. Mengembangkan Budaya Kehidupan
C. Mengembangkan Keadilan dan Kejujuran

Bab IV: Orang Beriman Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan Allah
A. Alam sebagai Bagian Hidup Manusia
B. Bersahabat dengan Alam

Bab V: Orang Beriman Membangun Persaudaraan dengan Semua Orang
A. Kemajemukan Agama dan Kepercayaan
B. Sikap Gereja Katolik terhadap Agama dan Kepercayaan Lain
C. Kebersamaan itu Indah

Bab VI: Orang Beriman Membangun Masa Depan
A. Cita-cita demi Menggapai Masa Depan
B. Sakramen Perkawinan
C. Sakramen Imamat/Tahbisan

Renungan Menjelang Ujian

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Sakramen Imamat/Tahbisan

  • Cara hidup berkeluarga bukanlah satu-satunya pilihan hidup. Walaupun di dalam masyarakat pada umumnya hidup dalam lembaga perkawinan yang lebih banyak dipilih.
  • Panggilan hidup bakti dan imamat/selibat merupakan panggilan hidup yang khas. Mereka memberikan hidup dan dirinya secara total kepada Tuhan untuk menjadi alat-Nya dan menjadi partner bagi Allah sendiri dalam mewartakan kerajaan Allah di dunia.
  • Seseorang berkenan untuk memenuhi panggilan-Nya untuk hidup selibat, bukan karena mereka tidak laku atau karena mereka tidak dapat berbuat apa-apa, melainkan karena kemauan sendiri demi kerajaan Allah. Seperti yang difirmankan dalam Matius 19:12; “…Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.” Jadi mereka memilih cara hidup sendiri dan tanpa paksaan tetapi atas kerelaan dan kesadarannya untuk melayani Tuhan secara penuh dalam hidup sebagai seorang imam.
  • Pilihan hidup imamat/selibat dipahami oleh Gereja Katolik sebagai panggilan Allah. Hidup imamat merupakan panggilan khusus. Panggilan khusus itu oleh Gereja Katolik dimeteraikan sebagai sakramen, yakni Sakramen Imamat yang disebut dengan Sakramen Tahbisan.
  • Dengan Sakramen Imamat/Tahbisan seseorang diangkat/diwisuda  untuk menggembalakan Gereja dengan Sabda dan Roh Allah. Sakramen Tahbisan ini melantik seseorang untuk ikut serta dalam tugas perutusan Yesus Kristus.
  • Mereka diangkat dan diakui sebagai wakil Kristus. “Barangsiapa yang mendengar kamu, mendengar Aku” (Lukas 10: 16). Mereka bertindak atas nama Kristus untuk menghadirkan Ekaristi. Yesus pernah berkata, “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Lukas 22: 19).
  • Yesus juga mengutus orang-orang yang dipanggil-Nya secara khusus untuk membaptis semua orang yang percaya (lihat. Matius 28: 19-20), mengampuni dosa orang atas nama-Nya (lihat. Yohanes 20: 22), dan membangun umat beriman sebagai satu tubuh (lihat. Efi sus 4: 11-12).
  • Menjadi seorang imam adalah merupakan panggilan khusus, oleh karenanya untuk menjadi seorang imam pun ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi. Syarat untuk menjadi seorang imam antara lain:
    1) Seorang pria normal yang telah menerima inisiasi Katolik.
    2) Belum dan tidak akan beristri seumur hidup.
    3) Menyelesaikan pendidikan fi lsafat, teologi, moral, dan hukum Gereja, (pendidikan Seminari yaitu pendidikan bagi calon imam).
    4) Seseorang yang ingin menjadi imam harus sehat secara jasmani dan rohani.
    5) Mempunyai hidup rohani yang baik serta memiliki motivasi dan cita-cita yang kuat untuk menjadi imam.
  • Imam/Biarawan/Biarawati mengucapkan 3 kaul, yaitu Kaul Ketaatan, Kaul Kemiskinan, dan Kaul Kemurnian. Ketiga kaul ini diucapkan dan ditaati oleh para imam, biarawan/biarawati agar pelayanan yang dijalankan dapat dijalankan secara penuh dan secara total.
  • Para imam memiliki tugas pokok yaitu ikut ambil bagian dalam tri tugas Yesus sebagai raja, nabi, dan imam yaitu mengajar, menguduskan, dan memimpin. Hal ini diungkap dalam KHK Kanon 1008 yang berbunyi: ”Dengan sakramen imamat yang diadakan oleh penetapan Ilahi, seorang beriman diangkat menjadi pelayan-pelayan rohani dengan ditandai oleh materai yang tak terhapuskan, yakni dikuduskan dan ditugaskan untuk selaku pribadi Kristus Sang Kepala, menurut tingkatan masing-masing, menggembalakan umat Allah dengan melaksanakan tugas mengajar, menguduskan dan memimpin.”

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Sakramen Perkawinan

  • Setiap manusia, tentunya senantiasa mengharapkan masa depan yang baik. Ada banyak tawaran dan harapan yang dapat digapai demi masa depan kita. Salah satu dari tawaran dan bentuk kehidupan/panggilan masa depan itu adalah hidup berkeluarga.
  • Panggilan hidup berkeluarga merupakan salah satu bentuk keikutsertaan manusia dalam karya Allah. Allah memanggil manusia untuk ikut serta dalam karya pewartaannya untuk mewartakan kerajaan Allah dan ikut serta dalam pemeliharaan alam ciptaan-Nya. Setiap manusia yang hidup di dunia ini dipanggil oleh Allah untuk ikut serta dalam karya tersebut.
  • Panggilan hidup berkeluarga sering kita sebut dengan perkawinan. Perkawinan adalah persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang total dengan persetujuan bebas dari keduanya. Namun demikian dalam masyarakat kita ada beberapa pandangan tentang perkawinan, misalnya:
    1) Ada orang yang memandang bahwa perkawinan sebagai kontrak atau perjanjian.
    2) Ada juga pandangan yang hanya menekankan perkawinan dari segi tujuannya hanya untuk mendapatkan anak atau keturunan, sehingga jika sulit mendapatkan keturunan maka perkawinan dapat diceraikan.
    3) Ada juga yang menghubungkan perkawinan sebagai usaha untuk memperoleh status, harta warisan, kekuasaan, dan sebagainya. Pandangan-pandangan tentang perkawinan tersebut akan menentukan penghayatan hidup perkawinan itu sendiri.
  • Dalam Gereja Katolik dasar perkawinan adalah cinta di antara dua orang (laki-laki dan perempuan) yang mengikat janji dalam sebuah perkawinan.
  • Gereja Katolik memandang dan memahami bahwa hidup berkeluarga itu sungguh suci dan bernilai luhur, karena keluarga merupakan “Persekutuan hidup dan kasih suami istri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Pencipta, dan dikukuhkan dengan hukum-hukumnya, dan dibangun oleh janji pernikahan atau persetujuan pribadi yang tak dapat ditarik kembali. Hal ini terungkap dalam dokumen Gereja yaitu dalam Gaudium et Spes artikel 48; “Demikianlah karena tindakan manusia yakni saling menyerahkan diri dan saling menerima antara suami istri, timbullah suatu lembaga yang mendapat keteguhannya juga bagi masyarakat berdasarkan ketetapan Ilahi”.
  • Dalam iman Kristiani, perkawinan dipandang sebagai Sakramen. Perkawinan tidak hanya menyangkut hubungan antara pria dan wanita, tetapi adanya keterlibatan Tuhan di dalamnya. Oleh karena itu, perkawinan dalam Gereja Katolik memiliki nilai yang luhur.
  • Dengan demikian berarti pula bahwa panggilan hidup berkeluarga juga memiliki nilai yang luhur, sebab dari perkawinan itu sendiri yang juga luhur. Perkawinan dalam Gereja Katolik disebut sebagai Sakramen karena melambangkan hubungan antara Kristus dan Gereja-Nya (lihat Efesus 5: 22-33). Mereka akan hidup sebagai suatu persekutuan seperti halnya hidup Gereja sebagai persekutuan.
  • Mereka adalah Gereja mini. Sebagai persekutuan, mereka bukan lagi dua tetapi satu daging (lihat Kejadian 2: 24). Dengan hidup sebagai persekutuan yang didasarkan kasih itulah, maka perkawinan memperlihatkan dan melambangkan kasih Allah kepada manusia dan kasih Yesus kepada Gereja-Nya.
  • Perkawinan Katolik hakikatnya monogam dan tak terceraikan. “Ciri-ciri hakiki perkawinan ialah kesatuan dan sifat tak dapat diputuskan, yang dalam perkawinan Kristiani memperoleh kekukuhan khusus atas dasar sakramen. (KHK Kan. 1056).
  • Dalam perkawinan Kristiani tidak dikenal adanya perceraian. Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (lihat Markus 10: 9). Selain tidak terceraikan, perkawinan Kristiani bersifat monogam. Cinta antara seorang suami dan seorang istri bersifat total atau tak terbagikan. Seorang suami harus mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri (lihat Efesus 5: 28). Demikian juga, istri terhadap suaminya.
  • Adapun tujuan perkawinan Katolik adalah kebahagiaan suami-istri sebagai pasangan, keturunan atau kelahiran anak, pendidikan anak, dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena, tiadanya anak/keturunan bukan menjadi alasan untuk terjadinya perceraian.

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Cita-Cita Demi Menggapai Masa Depan

  • Cita-cita merupakan keinginan atau kehendak yang akan kita wujud nyatakan, suatu keinginan yang akan kita tuju, ataupun juga dapat kita sebut sebagai suatu harapan yang senantiasa kita perjuangkan untuk kita dapatkan.
  • Cita-cita yang telah dicanangkan dan ingin digapai akan mempengaruhi seluruh proses persiapan yang harus dijalani guna menggapai cita cita tersebut. Orang yang memiliki cita-cita yang tinggi tentunya memerlukan persiapan dan usaha yang keras pula untuk dapat menggapainya.
  • Cita-cita penting untuk kita canangkan, sebab dengan cita-cita yang telah kita tentukan akan menjadikan kita mempunyai harapan dan tujuan dalam hidup kita. Pentingnya/manfaat memiliki cita-cita antara lain:
    1) Cita-cita dapat kita jadikan sebagai arah hidup. Dengan memiliki arah hidup yang jelas maka segala daya upaya yang kita lakukan saat ini selama proses belajar dan persiapan menggapai masa depan, diarahkan untuk menuju pada pencapaian dari cita-cita kita. Sebaliknya seseorang yang tidak memiliki cita-cita, akan cenderung arah hidupnya tidak jelas; mau menjadi apa kelak, akan seperti apa masa depan yang dibangunnya juga menjadi tidak jelas.
    2) Cita-cita mempengaruhi pola pikir dan sikap. Cita-cita yang telah kita canangkan, akan menjadikan pola pikir dan sikap kita senantiasa tertuju pada pencapaian dari cita-cita itu sendiri. Cita-cita bahkan dapat mengubah ataupun mempengaruhi segala pola pikir kita maupun sikap kita mulai saat ini, walaupun terpenuhinya cita-cita itu masih lama.
  • Dalam menentukan cita-cita tentunya kita tidak asal-asalan saja tetapi perlu mempertimbangkan beberapa hal, misalnya:
    1) Mengukur kemampuan kita. Kita harus mengetahui segala kelebihan dan kekurangan kita, sehingga cita-cita yang kita canangkan sesuai dengan kemampuan dan talenta yang kita miliki, dengan demikian akan memudahkan kita dalam mengusahakan perencanaan dan persiapan, sebab sudah sesuai dengan kemampuan dan talenta kita.
    2) Bersikap realistis. Kita perlu bersikap realistis terhadap keadaan dan kemampuan ekonomi yang kita miliki.
    3) Selalu siap untuk berubah. Cita-cita yang kita canangkan saat ini, dapat saja dalam perjalanan mengalami perubahan. Kita harus siap untuk adanya perubahan tersebut jika memang situasi dan keadaannya menuntut semua itu.
    4) Siap untuk bekerja keras dan tidak mudah putus asa.
  • Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi (Flp 3: 14) mengatakan, bahwa ia “berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Itulah yang menjadi tujuan akhir dari segala kegiatan yang kita lakukan, termasuk juga dalam memperjuangkan cita-cita. Dari sini kita dapat melihat bahwa Kitab Suci memberikan gambaran bahwa setiap orang hendaknya memiliki cita-cita dan berusaha berjuang (berlari-lari) untuk menggapainya. Paulus menyampaikan bahwa cita-cita akhir dari hidup manusia ialah memperoleh panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Kebersamaan Itu Indah

  • Betapa bahagianya orang yang hidup dalam suasana kehidupan yang penuh dengan persaudaraan. Hidup dalam persaudaraan adalah hidup dalam semangat kasih. Kasih itu tidak membeda-bedakan, tulus, rela berkorban, dan kasih itu mau terlibat.
  • Bagi umat Katolik, pengertian persaudaraan bukanlah dalam arti sempit yaitu relasinya dengan sesama umat Kristiani dalam satu paroki atau mereka yang sudah dibaptis sehingga menjadi anak-anak Allah dan menjadi saudara.
  • Dalam konteks persaudaran Kristen, Kristus mengatakan : “… barang siapa mengasihi Allah, ia harus mengasihi saudaranya” (1 Yoh 4:21). Perkataan Kristus tersebut perlu dimaknai dalam konteks universal, artinya tidak terbatas pada iman yang sama atau agama yang sama. Sehingga bagi umat Kristen, segala tingkat kehormatan harus tunduk pada persamaan dasar: “Kamu satu sama lain adalah saudara!”
  • Tuhan Yesus bersabda dalam Injil Matius 5:46-48: “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
  • Jika kita menghayati dan mewujudnyatakan apa yang telah difirmankan Tuhan, maka kehidupan persaudaraan yang penuh dengan keindahan akan dapat kita wujudkan pula. Itulah keindahan kebersamaan dalam hidup yang dapat kita usahakan.
  • Keindahan dalam hidup kebersamaan tidak akan datang begitu saja, namun perlu untuk kita usahakan. Berbagai bentuk kebersamaan yang indah dapat kita lihat dalam kehidupan kebersamaan yang dibangun oleh masyarakat kita antara lain:
    1) Di lingkungan RT/RW tertentu ada kebiasaan silaturahmi dimana setiap hari raya Natal para warga yang muslim dan beragama lain secara perorangan atau kelompok berkunjung ke rumah warga yang beragama Katolik atau Kristen. Sebaliknya, pada hari raya Idul Fitri, seluruh warga berkumpul di perempatan RT tersebut untuk bersama-sama bersilaturahmi dan saling mengucapkan selamat baik oleh warga muslim maupun non muslim. Juga ada kegiatan saling berkunjung pada saat Idul Fitri;
    2) Di beberapa Gereja Katolik, ada warga muslim yang tergabung dalam ormas (organisasi kemasyarakatan) tertentu yang selalu membantu menjaga keamanan dalam perayaan malam Natal atau malam Paskah;
    3) Ketika terjadi bencana banjir, banyak sekolah Katolik yang memberikan fasilitas sekolahnya sebagai tempat untuk mengungsi dengan tanpa membedakan agama dan suku, tetapi bersama-sama mereka membangun kebersamaan dan hidup saling membantu.
  • Pengalaman-pengalaman indah itu hendaknya makin banyak dilakukan dan makin menyebar sehingga pastilah dunia ini akan tersenyum, terlebih Allah akan merasa bangga terhadap manusia ciptaan-Nya.
  • Sebagai pelajar, dapat juga mengusahakan kebersamaan yang indah itu dengan ikut terlibat di dalam berbagai kegiatan kebersamaan seperti itu. Secara lebih nyata lagi dapat dilakukan dengan membangun persahabatan dengan semua teman tanpa membedakan.
  • Gereja, melalui dokumen “Unitatis Redintegratio Art.2” ada bagian yang menekankan pentingnya dialog antarumat beragama agar tercipta kehidupan kebersamaan yang indah; “….maka Gereja mendorong para putranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup Kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani moral serta nilai-nilai sosio budaya, yang terdapat pada mereka.”