Mengembangkan Budaya Kehidupan

  • Perintah ke-5 : “Jangan membunuh” dari dasa firman (10 Perintah Allah) membela hak manusia yang paling dasariah yaitu hak atas hidup.
  • Setiap orang harus menghargai dan membela kehidupannya sendiri atau kehidupan orang lain. Tak seorang pun boleh merampas hak hidup karena hanya Tuhanlah yang berkuasa atas hidup itu sendiri.
  • Kitab Suci menjelaskan larangan perintah kelima: “orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kau bunuh” (Keluaran 23:7). Pembunuhan dengan tahu dan mau terhadap seorang yang tidak bersalah merupakan pelanggaran yang berat terhadap martabat manusia, kaidah emas dan kekudusan Allah. Hukum yang melarangnya, berlaku umum: ia mewajibkan semua dan setiap orang, selalu dan di mana-mana.
  • Dalam khotbah di bukit, Tuhan mengingatkan kembali perintah: “Jangan membunuh” (Matius 5:21) dan menambahkan larangan tentang kemurkaan, kebencian, serta dendam. Justru Kristus menuntut dari murid-murid-Nya, supaya memberikan juga pipi yang lain dan mengasihi musuh-musuhnya (Bdk Matius 5:44). Ia sendiri tidak membela diri dan berkata kepada Petrus supaya memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarungnya (Bdk. Matius 26:52).
  • Manusia hidup karena diciptakan dan dikasihi Allah, maka hidup itu suci dan nyawa manusia tidak boleh diremehkan. Bagi manusia, hidup (biologis) adalah “masa hidup” dan tak ada sesuatu “yang dapat diberikan sebagai ganti nyawanya “ (Markus 8:37).
  • Dengan usaha dan rasa, dengan kerja dan kasih, orang mengisi masa hidupnya, dan bersyukur kepada Tuhan bahwa ia “boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan” (Mazmur 56:14).
  • Maka menjadi kewajiban kita bersama untuk memperjuangkan dan mengembangkan budaya kehidupan.
  • Akhir-akhir ini sadisme, yaitu sikap kasar terhadap hidup cukup merebak di tanah air kita, Indonesia. Anak-anak muda sepertinya tertarik terhadap fi lm-fi lm, berita-berita, dan peristiwa-peristiwa yang bernapaskan kekerasan. Banyak terjadi tindakan-tindakan yang berlawanan dengan penghargaan terhadap nilai-nilai kehidupan. Hal- hal seperti ini perlu diwaspadai dan diantisipasi penanganan secara dini dan tepat.
  • Permasalah yang mengancam budaya kehidupan antara lain:
    1. Perang
    Masalah “perang” pertama-tama menyangkut politik negara dan karena itu amat kompleks. Namun karena menyangkut hidup sosial dan mental bersama, masalah ini juga amat mendesak untuk dipertimbangkan supaya kehidupan dapat berlangsung terus. Harus kita usahakan adalah membina semangat perdamaian sebab keamanan akan lebih terjamin bila semua hidup dalam perdamaian. Sampai kini perang belum dapat dielakkan. Perang ataupun persenjataan tidak mampu membangun perdamaian antar bangsa dan kerukunan, serta hidup bersama secara damai antar suku dalam satu negara. Maka orang Kristen seharusnya terus menerus menentang perang dan pengadaan persenjataan yang dapat membinasakan hidup bangsa-bangsa.
    2. Aborsi
    Kehidupan manusia harus dihormati dan dilindungi secara absolut sejak saat pembuahannya. Sudah sejak saat pertama keberadaannya, satu makhluk manusia harus dihargai karena ia mempunyai hak-hak pribadi, di antaranya hak atas kehidupan dari makhluk yang tidak bersalah yang tidak dapat diganggu gugat. “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau” (Yeremia 1:5). Sejak abad pertama Gereja telah menyatakan abortus sebagai kejahatan moral. Ajaran itu belum berubah dan tidak akan berubah. “Allah, Tuhan kehidupan, telah mempercayakan pelayanan mulia melestarikan hidup kepada manusia, untuk dijalankan dengan cara yang layak baginya. Maka kehidupan sejak saat pembuahan harus dilindungi dengan sangat cermat. Pengguguran dan pembunuhan anak merupakan tindakan kejahatan yang durhaka” (GS 51,3). Keterlibatan aktif dalam suatu abortus adalah suatu pelanggaran berat (Bdk. Katekismus Gereja Katolik 2270-2273). Manusia dalam kandungan memiliki martabat yang sama seperti manusia yang sudah lahir. Sebab itu, moral Katolik memegang teguh keyakinan, bahwa begitu hidup pribadi manusia dimulai, pembunuhan sebelum kelahiran dinilai sama seperti pembunuhan setelah kelahiran.
    3. Eutanasia
    Hal eutanasia sebetulnya sama seperti pengguguran. Tidak diperbolehkan mempercepat kematian seseorang secara aktif dan terencana, juga apabila secara medis ia tidak dapat lagi disembuhkan dan juga kalau euthanasia dilakukan atas permintaan pasien sendiri. Seperti halnya dengan pengguguran, di sini ada pertimbangan moral yang jelas, juga dalam proses kematian, manusia harus dihormati martabatnya. Tak seorang pun berhak mengakhiri hidup orang lain, walaupun karena merasa iba. Pendapat Gereja Katolik mengenai eutanasia sangat jelas, “Tak sesuatu pun atau tak seorang pun dapat membiarkan manusia yang tak bersalah dibunuh, entah itu dia janin atau embrio, anak atau dewasa,orang jompo atau pasien yang tidak dapat sembuh ataupun orang yang sedang sekarat. Selanjutnya tak seorang pun diperkenankan meminta perbuatan pembunuhan ini, entah untuk dirinya sendiri, entah untuk orang lain yang dipercayakan kepadanya…juga tidak ada penguasa yang dengan sah dapat memerintahkannya atau mengizinkan tindakan semacam itu” (Kongregasi untuk Ajaran Iman, Deklarasi mengenai Eutanasia, 5 Mei 1980).
    4. Bunuh Diri
    Tiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya. Allah memberikan hidup kepadanya. Allah ada dan tetap merupakan Tuhan kehidupan yang tertinggi. Kita berkewajiban untuk berterima kasih dan mempertahankan hidup demi kehormatan-Nya serta demi keselamatan jiwa kita. Kita hanya pengurus bukan pemilik kehidupan dan Allah mempercayakannya itu kepada kita. Kita tidak mempunyai kuasa apa pun atasnya. Bunuh diri bertentangan dengan kecondongan kodrat manusia supaya memelihara dan mempertahankan kehidupan. Itu adalah pelanggaran berat terhadap cinta diri yang benar. Bunuh diri juga melanggar cinta kepada sesama, karena merusak ikatan solidaritas dengan keluarga, dengan bangsa, dan dengan umat manusia, kepada siapa kita selalu mempunyai kewajiban. Akhirnya bunuh diri bertentangan dengan cinta kepada Allah yang hidup (Katekismus Gereja Katolik 2280-2281).
  • Kita percaya bahwa hidup kita adalah anugerah Allah yang harus dipelihara dan dipertanggungjawabkan. Tindakan manusia yang merusak atau bahkan menghilangkan hidup manusia seperti, pembunuhan, aborsi, atau bunuh diri, pada dasarnya merupakan tindakan yang melawan kehendak Allah. Hidup manusia itu demikian berharga melebihi kebutuhan apa pun dalam dirinya. Tentu saja yang dimaksud hidup bukan sembarang hidup, melainkan hidup yang sempurna. Hidup yang sempurna bukan hanya hidup masa kini saja, melainkan hidup yang terarah pada kehidupan yang kekal di surga. Maka hidup harus ditata berdasarkan kehendak Sang Pencipta hidup itu sendiri.
  • Sebagai murid Yesus, kita dapat meneladani sikap dan tindakan-Nya dalam membela dan mengembangkan budaya kehidupan. Ada berbagai macam cara yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan budaya kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai berikut:
    1. Gerakan Hidup Sehat
    Membiasakan hidup sehat. Seperti makan secara teratur dan bergizi, dengan menggunakan pola empat sehat lima sempurna, olah raga secara teratur, menghindari minuman yang beralkohol, menghindari konsumsi narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya, menghindari merokok, dan sebagainya. Tindakan-tindakan yang merusak tubuh kita sendiri harus dihindari. Memelihara tubuh dan mengupayakan kesehatan merupakan wujud sederhana dari mengembangkan budaya kehidupan.
    2. Mengembangkan Budaya Kasih
    Menurut Yesus, melindungi dan membela kehidupan secara bertanggung jawab harus dinyatakan dengan tindakan kasih yang konkret kepada sesama dan bukan hanya dalam ibadat atau korban kepada Tuhan. Hal ini selaras dengan tindakan Yesus sendiri yang mengasihi sesama karena keprihatinan dan belas kasih-Nya dengan menyembuhkan orang yang sakit dan membangkitkan orang mati. Yesus selalu memberi perhatian dan menolong orang melalui perkataan dan perbuatan-Nya, bahkan memberikan tubuh dan darah-Nya sendiri. Kita dapat membantu mereka yang miskin dan kelaparan, yang dapat membahayakan kehidupan, membantu mereka yang menderita akibat bencana alam baik berupa materi, pikiran maupun tenaga, kita juga dapat terlibat secara aktif dalam organisasi kemanusiaan.

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Keluhuran Martabat Manusia

  • Kaum beriman maupun tak beriman hampir sependapat bahwa segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan puncaknya.
  • Apakah manusia itu? Di masa silam dan sekarang pun ia mengemukakan banyak pandangan tentang dirinya, pendapat-pendapat yang beraneka pun juga bertentangan: seringkali ia menyanjung-nyanjung dirinya sebagai tolok ukur yang mutlak, atau merendahkan diri hingga putus asa, maka ia serba bimbang dan gelisah.
  • Adapun Kitab Suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan “menurut gambar Allah”; ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya. Oleh Allah manusia ditetapkan sebagai tuan atas semua makhluk di dunia ini, untuk menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah. “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7). Dan Tuhan menciptakan manusia tidak seorang diri, Ia memberikan penolong yang sepadan dengan dia. Dan Tuhan melihat semua itu sungguh amat baik.
  • Keluhuran martabat manusia ini perlu dihargai oleh diri manusia sendiri. Penghargaan ini bukan hanya oleh orang lain terhadap diri kita tetapi juga oleh diri kita sendiri. Di dalam kehidupan sehari-hari, ketika seseorang menerima kita apa adanya, kita merasa bahagia. Kita bahagia sebab kita semua memang ingin diterima dan dihargai. Kita akan menjadi kecewa apabila ada orang yang merendahkan diri kita dan menganggap kita seolah-olah tak berharga atau bahkan tak ada. Sikap menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya merupakan sikap menghormati martabat luhur manusia. Namun demikian, kenyataannya masih ada orang yang kurang peduli terhadap nilai luhur hidup manusia, dengan melakukan suatu tindakan yang menunjukkan perendahan terhadap martabat hidup manusia.

Pandangan Masyarakat tentang Keluhuran Martabat Manusia

  • Dari pengalaman hidup sehari-hari, kita dapat mengetahui berbagai bentuk ukuran pandangan masyarakat tentang keluhuran martabat manusia. Ada kecenderungan dalam masyarakat untuk menilai keluhuran martabat seseorang dari hal-hal sebagai berikut:
    a) Ada sebagian masyarakat menilai seseorang dari kekayaan atau harta yang dimilikinya. Orang yang memiliki kekayaan yang berlimpah dan banyak memberi bantuan kepada masyarakat, pada umumnya mereka akan dihormati atau dihargai. Sedangkan mereka yang miskin, yang hidupnya kekurangan dipandang sebelah mata, keberadaannya kurang dihargai bahkan kehadirannya dianggap mengganggu kenyamanan masyarakat.
    b) Ada sebagian masyarakat yang menghargai seseorang dari kedudukan atau jabatan yang dimilikinya. Semakin tinggi kedudukan atau jabatan yang dimiliki seseorang akan semakin terpandang keberadaannya di tengah masyarakat. Perhatikan saja ketika seorang pejabat tinggi berkunjung ke suatu daerah, banyak orang yang berebut hanya sekedar untuk berjabat tangan. Masyarakat akan menghormati mereka yang memiliki kedudukan seperti camat, lurah, atau misalnya dalam suatu perusahaan seorang direktur akan diberi penghormatan yang lebih dibandingkan dengan petugas kebersihan. Mereka akan menghargai seseorang bukan karena dia sebagai pribadi manusia tetapi berdasarkan apa dan siapa orang tersebut.
    c) Sebagian lagi berpandangan, nilai seseorang ditentukan oleh penampilannya. Maka tidak mengherankan kalau sebagian orang berusaha untuk mempercantik penampilannya dengan berbagai macam cara, seperti dengan operasi plastik atau suntik silicon agar penampilannya semakin menarik dan keberadaannya semakin mendapat pengakuan masyarakat. Bagi mereka penampilan fisik menjadi status simbol keberadaan mereka. Mobil mewah, baju yang mahal, dan segala aksesoris yang menempel di badan dianggap sebagai bagian yang harus diperjuangkan untuk menunjang penampilan mereka sehingga mereka merasa lebih dari pada orang lain dan masyarakat pun akan lebih menghargai orang-orang yang memiliki penampilan seperti itu. Mereka yang berpenampilan sederhana akan dianggap biasa-biasa saja, kurang mendapat penghargaan yang semestinya, padahal belum tentu mereka yang berpenampilan sederhana dan apa adanya lebih rendah. Perhatikan para koruptor yang berpenampilan serba mewah ternyata mereka adalah para perampok uang rakyat dan negara. Apakah mereka masih pantas disebut tokoh yang menjunjung tinggi martabat manusia?
  • Selain hal tersebut kalau kita perhatikan dalam hidup sehari-hari, masih banyak contoh perilaku yang merendahkan martabat manusia, misalnya:
    a. Bertindak semena-mena terhadap teman di sekolah karena tidak menuruti keinginan kita.
    b. Merasa diri paling hebat, dan menganggap orang lain lebih rendah.
    c. Memperlakukan pembantu di rumah seperti budak, tenaganya diperas dan diberi upah yang tidak wajar, kalau salah dibentak-bentak bahkan tidak jarang mereka dilukai secara fisik

Contoh yang lainnya seperti penculikan, penjualan manusia, pemerkosaan, dan sebagainya. Sikap-sikap dan tindakan-tindakan tersebut sama sekali tidak menghargai hidup manusia. Manusia tidak diperlakukan sebagai manusia, melainkan menjadi alat untuk kepentingan lain. ”Puncak” perendahan nilai luhur hidup manusia terjadi melalui praktik pembunuhan, aborsi, bunuh diri atau juga euthanasia. Tindakan-tindakan ini bahkan bukan hanya tidak menghargai nilai luhur hidup manusia, melainkan merampasnya.

Pandangan Kristiani tentang Keluhuran Martabat Manusia

  • Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang memiliki martabat yang paling luhur dibandingkan ciptaan lainnya. Kepada manusia, Allah memberikan akal budi, hati nurani dan kehendak bebas, serta kemampuan untuk mengenal Sang Pencipta. Sejak semula Allah menciptakan manusia baik adanya (Kejadian 1: 26-27). Setiap manusia sungguh berharga di hadapan Allah. Hanya manusialah yang memiliki martabat seperti ini.
  • Oleh karena itu, setiap orang harus memperlakukan orang lain sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (memanusiakan manusia). Tidak ada orang yang akan merasa senang jika martabatnya direndahkan. Pada dasarnya, setiap orang ingin diakui keberadaannya sebagai sesama manusia.
  • Nilai dasar manusia terletak pada martabatnya sebagai manusia. Menjadi jelas bagi kita bahwa iman Kristiani mengakui keluhuran martabat manusia. Manusia adalah citra Allah yang mempunyai kedudukan paling luhur di antara segala ciptaan Tuhan lainnya.
  • Keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah terutama karena manusia dikasihi Allah secara khusus, bahkan “hampir sama seperti Allah”. Maka setiap orang yang meluhurkan martabat dirinya dan sesamanya, sama artinya dengan meluhurkan Allah sendiri sebagai Penciptanya.
  • Selama hidup-Nya, Yesus selalu menjunjung tinggi dan memperjuangkan keluhuran martabat manusia. Beberapa contoh tindakan Yesus yang memperlihatkan usahanya dalam memperjuangkan keluhuran martabat manusia adalah sebagai berikut:
    1. Yesus memilih para rasul-Nya dari kalangan orang-orang pinggiran. Mereka para nelayan dan orang-orang berdosa (seperti pemungut cukai).
    2. Yesus menghargai persembahan dari seorang janda miskin. Dalam masyarakat Yahudi, keberadaan seorang janda tidak dihargai dan cenderung dianggap rendah martabatnya. Tetapi Yesus justru menghargai dan memuji persembahan janda miskin yang memberikan dari kekurangannya.
    3. Yesus dekat dan mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa, seperti Zakeus (Luk 19:1-10), Maria Magdalena dan sebagainya. Bagi masyarakat Yahudi, para pendosa harus dikucilkan. Mereka dianggap tidak layak hidup berada di tengah masyarakat.
    4. Yesus membiarkan anak-anak datang kepada-Nya. Ketika para murid mencaci maki para orang tua yang membawa anak-anak untuk mohon berkat kepada Yesus, sikap Yesus justru sebaliknya, Ia mengundang anak-anak itu datang mendekat.
  • Sebagai murid-murid Yesus, dalam hidup sehari-hari kita hendaknya belajar dari Yesus yang selalu berpihak kepada kaum lemah dan miskin. Dalam kisah penyembuhan Bartimeus, Yesus mau mengajarkan kepada kita tentang sikap terhadap sesama yang berbeda status sosialnya. Seorang seperti Bartimeus (Markus 10:46-52) adalah sesama yang patut dihargai dan diperhatikan. Yesus mau menyembuhkan Bartimeus sebagai wujud kepedulian-Nya terhadap sesamanya tanpa memandang perbedaan. Kita dapat belajar dari Yesus bahwa ada banyak “Bartimeus-Bartimeus” lain yang ada di sekitar kita. Mereka adalah kaum lemah, sederhana, tersingkir, miskin, dan sebagainya, yang membutuhkan perhatian atau bantuan dari kita.
  • Demikian juga dalam hidup sehari-hari kita harus mau menerima orang lain apa adanya. Seperti Yesus, Ia mau menerima Zakheus apa adanya dan menghargai dia. Sekalipun oleh masyarakat Zakheus dipandang rendah dan berdosa karena pekerjaannya sebagai pemungut cukai, namun Yesus tetap memperlakukan Zakheus secara manusiawi. Martabat Zakheus tidak direndahkan, tetapi dihargai.

Belajar dari Kisah IY. KASIMO

  • Kasimo adalah seorang menteri di era pemerintahan Presiden Soeharto. Beliau adalah seorang menteri dalam negeri yang terkenal sangat sederhana dan rendah hati. Ada suatu kisah yang dialami oleh IY. Kasimo pada waktu akan meresmikan sebuah desa. Seperti biasa ketika sebuah desa akan menerima tamu kehormatan yaitu seorang menteri, maka desa itu akan sibuk untuk menata desanya dengan lebih baik, menyiapkan upacara penyambutan dan segala macamnya. Panitia sudah merencanakan dengan matang tentang bagaimana nantinya upacara penyambutannya, mulai dari tari-tarian dan kata sambutan serta akan diiringi dengan apa saja, itu semua sudah direncanakan oleh panitia.
  • Sampailah pada hari yang telah dinantikan itu, semua panitia mempersiapkan diri untuk menyambut tamu kehormatan yaitu bapak Menteri Dalam negeri, IY. Kasimo. Mereka memperkirakan bahwa pak Menteri akan datang dengan menggunakan mobil mewah bersama dengan rombongannya yang juga menggunakan mobil. Setelah panitia menunggu cukup lama, mereka belum juga melihat rombongan bapak menteri datang ke desa mereka. Mereka mulai gelisah apabila rombongan bapak menteri terhambat atau terlambat.
  • Mereka begitu serius memperhatikan apakah rombongan mobil Pak Menteri datang, sehingga mereka tidak menyadari ada sebuah delman yang melintas di tempat itu dan turunlah seorang bapak dengan pakaian jawa lengkap dengan blangkonnya dan langsung menuju pada ruang pertemuan. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan bapak yang baru turun tersebut. Akhirnya bapak itu duduk di kursi yang dipersiapkan untuk acara pertemuan itu namun diberitahu oleh panitia kalau tempat itu untuk tamu kehormatan. Bapak itu tidak boleh duduk disitu. Akhirnya sang bapak duduk di kursi yang bagian belakang. Karena acara belum segera dimulai, bertanyalah bapak itu kepada salah satu panitia disitu kapan acaranya dimulai. Panitia tersebut menjawab ”Nanti. Masih menunggu pak menteri.” lalu sang bapak itu berkata, ”Sayalah menteri yang kalian tunggu.” Akhirnya panitia penyambutan menjadi kalang kabut karena orang tua yang berpakaian sederhana itu ternyata adalah bapak menteri yang mereka tunggu. (Sumber: Bintang Nusantara dkk, 2011, Membangun Komunitas Murid Yesus IX, Kanisius, Yogyakarta, hal 87-88.)

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Hak dan Kewajiban Orang Beriman dalam Masyarakat

  • Sejak lahir kita sudah menjadi bagian dari anggota masyarakat yang berada dalam wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Negara merupakan wadah yang memungkinkan seseorang dapat mengembangkan bakat dan potensinya.
  • Negara dapat memungkinkan rakyatnya maju dan berkembang serta menyelenggarakan daya cipta atau kreativitasnya sebebasnya, bahkan negara memberi pembinaan. Sedangkan warga negara dari suatu negara berarti anggota dari negara itu yang merupakan pendukung dan penanggung jawab terhadap kemajuan dan kemunduran suatu negara. Sebagai warga negara Indonesia kita memiliki hak dan kewajiban yang diatur dan dilindungi oleh undang-undang.
  • Contoh hak sebagai warga negara seperti yang diatur dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut.
    1. Hak untuk hidup
    Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya (pasal 28A). Hak untuk hidup adalah hak asasi yang paling dasar, hak yang melekat pada diri setiap orang dan dimiliki sejak lahir. Tidak seorang pun dan lembaga mana pun yang berhak merampas atau mencabut hak hidup seseorang, karena hanya yang memiliki kuasa mutlak atas kehidupan seseorang.
    2. Hak untuk mengembangkan diri
    Setiap orang berhak mengembangkan dirinya melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan manusia (pasal 28C ayat 1). Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (Pasal 31 ayat 1).
    3. Hak perlindungan dalam hukum
    Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28D ayat 1). Di hadapan hukum semua warga negara memiliki kedudukan yang sama. Hukum harus dijalankan secara adil tanpa membedakan kelompok mayoritas atau minoritas.
    4. Hak untuk bekerja
    Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2).
    5. Hak memeluk agama
    Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya (bdk. Pasal 28E ayat 1). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu (pasal 29 ayat 2). Negara wajib menjamin setiap warga negara untuk memilih, memeluk agama dan kepercayaan masing-masing serta beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Negara tidak boleh membiarkan pribadi atau kelompok tertentu untuk menghalangi warga masyarakat dalam menjalankan ajaran agama dan kepercayaannya. Setiap pemeluk agama harus menghormati pemeluk agama lain dalam menjalankan ibadahnya.
    6. Hak kebebasan berkumpul
    Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat (pasal 28E ayat 3). Hak berserikat dan berkumpul dan mengeluarkan pendapat merupakan hak asasi manusia.
  • Berkaitan dengan perlindungan terhadap hak asasi manusia, UUD 1945 dalam pasal 28I menegaskan sebagai berikut: Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
  • Contoh kewajiban sebagai warga negara atau anggota masyarakat adalah sebagai berikut:
    1. Setiap warga negara memiliki kewajiban ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara Kewajiban mempertahankan dan menjaga keamanan negara bukan hanya menjadi tanggung jawab para penegak hukum dan aparat negara, tetapi menjadi tanggung jawab dan kewajiban seluruh anggota masyarakat atau warga negara.
    2. Wajib ikut serta secara aktif dalam pembangunan: Cita-cita bangsa dan negara Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu masyarakat adil dan makmur, hanya dapat terwujud apabila seluruh elemen masyarakat dan para pemimpin bangsa bahu-membahu bekerja sama dalam mewujudkan cita-cita bangsa tersebut. Keikutsertaan warga negara dalam pembangunan tidak sekedar hanya membayar pajak saja, tetapi harus terlibat secara aktif dalam pembangunan bersama dengan warga masyarakat lainnya.
    3. Menaati hukum yang berlaku: Setiap warga masyarakat wajib menaati hukum yang berlaku. Hukum adalah patokan, kaidah, ketentuan, undang-undang, peraturan (tertulis maupun tidak tertulis; adat) yang berlaku untuk mengatur pergaulan masyarakat dan menjaga ketertiban umum.
    4. Menjaga ketertiban umum: Setiap warga negara wajib menjaga ketertiban umum agar tercipta hubungan yang harmonis antarwarga masyarakat, sehingga tercipta kerukunan dan kedamaian dalam masyarakat.
    5. Wajib ikut serta menjaga keamanan lingkungan: Setiap warga masyarakat wajib ikut terlibat dalam menjaga keamanan lingkungan. Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) yang telah dilakukan oleh warga masyarakat harus terus digalakkan dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat yang ada dengan berorientasi pada nilai-nilai bela negara.
    6. Mengupayakan kesejahteraan: Sebagai warga masyarakat, kita wajib ikut serta mengupayakan kesejahteraan masyarakat. Bagi umat Kristiani, terlibat dalam mengupayakan kesejahteraan masyarakat merupakan tugas perutusan kita di tengah masyarakat.
    7. Para warga negara mempunyai kewajiban untuk bekerja sama dengan kekuasaan negara, membangun masyarakat dalam semangat kebenaran, keadilan, solidaritas, dan kebebasan (Katekismus Gereja Katolik 2255).
  • Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menyaksikan orang berjuang keras dengan berbagai macam cara untuk menuntut pemenuhan haknya, tetapi di sisi lain kurang maksimal dalam melaksanakan kewajibannya. Bahkan terkadang orang mendahulukan haknya namun melupakan kewajibannya. Padahal seharusnya hak dan kewajiban harus dijalankan secara seimbang.
  • Kewajiban harus dijalankan dengan sepenuh hati agar memperoleh pemenuhan hak yang seharusnya. Demikian juga dalam menuntut hak, kita juga harus menghormati apa yang menjadi hak orang lain. Jangan sampai terjadi karena merasa diri sebagai bagian kelompok mayoritas, kemudian kita merasa berhak diperlakukan secara istimewa dengan mengorbankan hak kelompok minoritas, atau karena merasa diri kuat maka kita boleh merampas dan mengabaikan hak-hak mereka yang lemah.
  • Hidup bermasyarakat merupakan sarana dan kesempatan yang baik untuk menyeimbangkan antara kewajiban dan hak. Kita tidak dapat bertindak menuntut hak kita terus menerus tetapi mengabaikan kewajiban kita.
  • Kewajiban itu terarah pada kepentingan yang bersifat lebih luas daripada kepentingan pribadi. Misalnya, kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan bersama, keamanan, kenyamanan, kerukunan, keharmonisan, dan keteraturan bersama. Kewajiban-kewajiban inilah yang harus kita laksanakan tanpa meninggalkan hak-hak yang seharusnya kita peroleh. Dengan demikian, kewajiban dan hak merupakan dua hal yang sejalan dan tak terpisahkan.
  • Sebagai warga Gereja sekaligus warga masyarakat atau warga negara kita harus terlibat dengan apa yang terjadi dalam masyarakat. Komunitas beriman Kristiani sama sekali tidak dapat dipisahkan dari masyarakat atau merasa diri lebih eksklusif daripada yang lain.
  • Jadilah 100 % warga Gereja dan 100 % warga negara Indonesia. Dalam hal ini Yesus mengajarkan kepada kita melalui Injil Mat 22:15-22 tentang membayar pajak kepada kaisar. Dalam kutipan Injil tersebut kita bisa memetik pelajaran bahwa sebagai anggota masyarakat Yesus selalu taat menjalankan kewajibannya, Ia tidak pernah meminta murid-murid-Nya melawan pemerintah. Ia juga tidak pernah menghasut rakyat untuk melawan pemerintah.
  • Meskipun Yesus taat terhadap pemerintah, Ia juga cukup tegas mengkritik pemimpin pemerintah yang tidak melakukan tugasnya dengan benar. Sebagai murid-Nya kita wajib meneladani sikap Yesus.
  • Kita juga mesti taat terhadap aturan, hukum dan norma yang berlaku. Kita pun juga harus berani mengkritisi setiap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat terutama sebagai akibat dari perilaku para pemangku jabatan yang lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok dengan mengorbankan kepentingan hidup bersama.
  • Tetapi juga perlu untuk dipahami bahwa ketaatan kita kepada pemerintah tidak boleh melemahkan ketaatan kita kepada Allah. “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Yesus juga mengajarkan kepada kita wajib menghormati pemimpin.
  • Pemimpin yang baik menurut Yesus adalah orang yang rela berkorban demi kepentingan banyak orang; ia tidak lari ketika ada tantangan ataupun kesulitan. Sebaliknya, pemimpin yang lari ketika masyarakat dalam kesulitan dan membutuhkannya adalah pemimpin palsu. Orang semacam ini tidak layak menjadi pemimpin masyarakat. Dia hanya ada kalau keadaan menguntungkan dirinya, dia kurang peduli pada kebutuhan anak buahnya.
  • Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengenal dan dikenal oleh anak buahnya, sehingga ia bisa mengetahui kebutuhan anak buahnya dan dengan demikian bisa pula memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan anak buahnya.
  • Pemimpin yang baik mengarahkan tindakannya juga berdasarkan kehendak Allah. Karena dia mengenal Allah dan dikenal Allah, maka dia selalu pula berusaha untuk berkenan kepada Allah dalam tindakan-tindakannya, sehingga dia selalu berusaha melakukan yang menjadi kehendak Allah dan bukan keinginannya sendiri. Karena dia merasa dikenal oleh Allah, maka dia berani dan tidak ragu-ragu dalam tindakannya, karena yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Allah. Ia yakin akan perlindungan dan dukungan Allah dalam usahanya memenuhi harapan dan kebutuhan anak buah atau rakyatnya (bdk. Yohanes 10:11-15).
  • Sebagai murid-Nya kita harus meneladani sikap Yesus tersebut. Yang harus kita bangun adalah upaya bersama demi kesejahteraan bersama. Hal ini bisa terlaksana kalau kita mau memperhatikan apa yang menjadi hak-hak orang lain di sekitar kita.
  • Dalam dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes artikel 1 disebutkan bahwa “kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid Kristus juga”.

 

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Hak dan Kewajiban sebagai Anggota Gereja

  • Di dalam setiap perkumpulan termasuk dalam persekutuan Gerejani, setiap anggota yang ada di dalamnya selalu memiliki kewajiban dan hak yang dapat mereka laksanakan ataupun peroleh dalam perkumpulan ataupun persekutuan tersebut.
  • Sebagaimana sebuah persekutuan atau perkumpulan yang di dalamnya banyak diatur tentang berbagai hak dan kewajiban dari para anggotanya, demikian pula Gereja Katolik. Dalam Gereja Katolik juga mengatur tentang hak dan kewajiban dari umat beriman untuk kelangsungan pelayanan dan\ hidup dari gereja dan jemaatnya.
  • Kitab Hukum Kanonik memuat tentang hak dan kewajiban semua orang beriman Kristiani sebagai anggota Gereja yaitu yang dengan permandian menjadi anggota-anggota tubuh Kristus, dijadikan umat Allah dan dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi, dan raja.
  • Dan oleh karena itu, sesuai dengan kedudukan mereka masing-masing dipanggil untuk menjalankan pengutusan yang dipercayakan Allah kepada Gereja untuk dilaksanakan di dunia. (Kan. 204).
  • Sebagai anggota Gereja kita harus menyadari bahwa melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anggota Gereja adalah demi kesempurnaan kita sendiri, dimana kita sendirilah yang akan menikmati. Maka marilah kita melihat apa yang menjadi hak dan kewajiban kita sebagai anggota Gereja, sehingga kita nanti dapat melaksanakan dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab.
  • Hak umat beriman Kristiani sebagai anggota Gereja diatur dalam Kanon 212 sampai dengan Kanon 219 ditambah dengan Kanon 227, yang secara garis besar sebagai berikut:
    1) Orang-orang beriman Kristiani berhak untuk menyampaikan kepada para Gembala Gereja keperluan-keperluan mereka, terutama yang rohani dan harapan-harapan mereka (Kan. 212:2).
    2) Kaum beriman Kristiani berhak untuk menerima dari para gembala rohani bantuan dari khazanah rohani gereja, terutama dari Sabda Allah dan sakramen-sakramen (Kan. 213).
    3) Kaum beriman Kristiani berhak untuk mengadakan ibadat kepada Allah menurut ketentuan-ketentuan ritus masing-masing  yang telah disahkan para Gembala Gereja yang berwenang dan untuk mengikuti bentuk khas hidup rohani, asalkan selaras dengan ajaran gereja (Kan. 214).
    4) Kaum beriman Kristiani berhak penuh untuk dengan bebas mendirikan atau memimpin perserikatan-perserikatan dengan tujuan kesalehan atau amal kasih atau untuk membina panggilan Kristiani di dunia (Kan. 215).
    5) Kaum beriman Kristiani, yang karena permandian dipanggil untuk menjalani hidup yang selaras dengan ajaran Injil, mempunyai hak atas pendidikan Kristiani (Kan. 217).
    6) Semua orang beriman Kristiani mempunyai hak atas kebebasan dari segala paksaan dalam memilih status kehidupan. (Kan.219).
    7) Kaum beriman Kristiani awam mempunyai hak agar dalam perkara-perkara masyarakat duniawi diakui kebebasan, sama seperti yang semua hak warga masyarakat. Tetapi dalam menggunakan kebebasan itu hendaknya mereka mengusahakan agar kegiatan-kegiatan mereka diresapi semangat Injil dan hendaknya mereka mengindahkan ajaran yang dikemukakan kuasa mengajar Gereja, tetapi hendaknya mereka berhati-hati jangan sampai dalam soal-soal yang masih terbuka mengajukan pendapatnya sendiri sebagai ajaran Gereja (Kan. 227).
  • Berdasarkan hak umat beriman sebagai anggota Gereja Katolik seperti yang tertuang dalam kutipan Kitab Hukum Kanonik tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kita sebagai anggota gereja Katolik memiliki hak antara lain sebagai berikut:
    1) Dalam bidang liturgi
    Liturgi merupakan salah satu bidang karya gereja. Oleh karena itu, umat memiliki hak memperoleh pelayanan dalam bidang liturgi ini.
    Hak-hak itu antara lain:
    a) Mendapatkan pelayanan rohani
    b) Mendapatkan pelayanan sakramen
    c) Mengadakan ibadat sesuai ritus yang ditetapkan
    2) Dalam bidang pewartaan
    Pewartaan juga merupakan salah satu bidang pelayanan gereja. Bidang pewartaan selain menjadi kewajiban sekaligus menjadi hak setiap anggota gereja, yaitu:
    a) Ikut serta dalam pewartaan Injil
    b) Umat beriman juga berhak memperoleh pendidikan Katolik
    3) Dalam hak kebebasan
    Hak kebebasan adalah merupakan hak asasi manusia. Demikian juga hak kebebasan ini dimiliki oleh setiap anggota gereja, seperti:
    a) Hak untuk berserikat
    b) Hak memilih status kehidupan
  • Dengan memahami berbagai macam hak yang kita miliki sebagai anggota gereja, hendaknya kita semakin sadar untuk tidak menuntut hak secara berlebihan terhadap gereja karena kita sendiri merupakan bagian dari gereja. Perlu disadari pula hak kita sebagai anggota gereja akan terpenuhi apabila kita melaksanakan kewajiban kita sebagai anggota gereja secara bertanggung jawab. “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).
  • Melalui baptis kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah dan menjadi anggota Gereja. Sebagai anggota Gereja kita dituntut untuk terlibat secara aktif ambil bagian dalam tugas dan karya Gereja dengan menjadi saksi tentang Karya Tuhan Yesus Kristus. Melihat apa yang dilakukan oleh anak-anak Zebedeus yaitu Yohanes dan Yakobus, tidak baiklah jika kita hanya sekedar menuntut hak. Sebab bagi Yesus hak itu akan diberikan bagi mereka yang telah disediakan.
  • Sebagai murid Yesus kita perlu bertanya apa motivasi kita mengikuti Yesus? Apa kita juga terlalu cepat menuntut hak kita sebagai murid Yesus? Pertanyaan reflektif ini perlu kita renungkan secara mendalam agar hidup kita semakin hari semakin menyadari hak dan kewajiban kita sebagai murid Yesus sekaligus bagian dari Gereja. Karena sering kita lupa bahwa menjadi murid Yesus menuntut perubahan hati secara mendasar (metanoia), serta pertobatan religius yang sering dilambangkan dengan meninggalkan segala milik bukan menuntut untuk dipenuhi haknya (bdk. Markus 10:21). Menjadi murid Yesus juga berarti ikut serta dalam tugas pelayanannya, bersedia mencintai orang lain dengan cinta penuh pengorbanan, tanpa syarat, dan tanpa batas.
  • Demikian juga sebagai anggota Gereja, kita pun dituntut secara aktif melanjutkan karya Penyelamatan Allah yang terpenuhi dalam diri Yesus Kristus dengan melanjutkan karya-karya Yesus melalui karya pelayanan Gereja. Sebab Gereja akan bertahan hidup kalau semua anggota Gereja melaksanakan hak dan kewajibannya secara bertanggung jawab.

 

  • Kewajiban sebagai anggota Gereja secara jelas tertuang dalam lima perintah gereja yang isinya antara lain:
    a) Ikutlah Perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
    b) Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
    c) Sambutlah Tubuh Tuhan pada masa Paskah.
    d) Berpuasa dan berpantanglah pada hari raya yang ditentukan
    e) Bantulah kebutuhan material Gereja, masing-masing menurut kemampuannya.
  • Lima Perintah Gereja dimaksudkan untuk memberi jaminan kepada umat beriman syarat minimum yang harus dilakukan atau dituntut dalam hidup doa, hidup sakramental, komitmen moral dan perkembangan dalam cinta Allah dan sesama.
  • Kalau Lima Perintah Gereja menjadi syarat minimum yang wajib dipenuhi oleh anggota gereja maka di luar Lima Perintah Gereja masih ada kewajiban yang harus dipenuhi sebagai anggota Gereja.
  • Kewajiban sebagai anggota Gereja juga kita temukan dalam Kitab Hukum Kanonik, antara lain yaitu:
    a) Kaum beriman Kristiani terikat kewajiban untuk selalu membina persatuan dengan Gereja, juga dengan cara hidup masing- masing (Kan. 209 :1.). Dari kalimat ini mengandung makna  bahwa setiap umat beriman Kristiani diminta untuk selalu terlibat dalam kegiatan gereja sehingga akan selalu terjalin persatuan dengan gereja Katolik.
    b) Semua orang beriman Kristiani, sesuai dengan kondisi khas masing-masing, harus menjalani hidup yang suci dan menyumbangkan tenaganya untuk memajukan perkembangan Gereja serta kekudusannya yang tak berkesudahan (Kan. 210). Maju mundurnya gereja tergantung pada partisipasi aktif dari seluruh umat yang ada. Oleh karena itu, umat berkewajiban untuk memajukan gereja dengan ikut serta turut aktif menyumbangkan tenaga dan kemampuannya untuk gereja.
    c) Semua orang beriman Kristiani mempunyai kewajiban dan hak berjuang agar warta Ilahi keselamatan semakin menjangkau semua orang dari segala zaman dan di seluruh dunia (Kan. 211). Dalam hal berjuang ikut mewartakan karya keselamatan Allah, merupakan kewajiban yang sekaligus menjadi hak bagi seluruh umat beriman Kristiani.
    d) Kaum beriman Kristiani terikat kewajiban untuk membantu memenuhi kebutuhan Gereja agar tersedia baginya apa yang perlu untuk ibadat ilahi, karya kerasulan serta amal dan nafkah yang wajar bagi para pelayan rohani. Selain itu mereka terikat kewajiban untuk memajukan keadilan sosial dan juga mengingat perintah Tuhan perlu membantu orang-orang miskin dengan penghasilannya sendiri (Kan. 222:1 dan 2). Umat beriman Kristiani diajak untuk selalu mengusahakan tindakan amal kasih, baik untuk kehidupan gereja maupun untuk sesama yang menderita dan memerlukan bantuan.
    e) Kaum awam yang seperti orang beriman Kristiani berdasarkan permandian dan penguatan, terikat kewajiban umum dan mempunyai hak, baik sendiri-sendiri maupun tergabung dalam perserikatan, agar warta Ilahi keselamatan dikenal dan diterima oleh semua orang di seluruh dunia. Kewajiban itu semakin mendesak dalam keadaan-keadaan dimana Injil tak dapat didengarkan dan Kristus tak dapat di kenal orang selain lewat mereka (Kan. 225 :1). Menjadi saksi-saksi Kristus dalam mewartakan Injil kepada semua orang baik dengan kata dan perbuatan menjadi kewajiban semua anggota gereja. Sehingga warta keselamatan dapat diterima oleh semua orang.
  • Menjadi sangat jelaslah bagi kita bahwa sebagai anggota Gereja kita memiliki kewajiban tidak hanya meningkatkan kualitas kehidupan pribadi kita melalui hidup doa (doa dihayati sebagai ungkapan hati kita secara jujur kepada Allah, ungkapan syukur atas kebaikan Allah, sehingga mendorong kita untuk dapat mensyukuri sekecil apapun anugerah Allah, bahkan dalam peristiwa yang kurang menyenangkan pun kita masih dapat mensyukurinya), hidup moral (berusaha untuk mengarahkan hidup kita pada karya Kebijaksanaan Ilahi; mengikuti cara-cara dan aturan-aturan yang menuntun manusia kepada kebahagiaan yang dijanjikan dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menjauhkan kita dari cinta kasih Allah), hidup sakramental (semakin menghayati Perayaan Sakramen sebagai tanda kasih Allah yang menyelamatkan; tanda Karya Penyelamatan Allah bagi hidup kita sehingga Sakramen itu menjadi berdaya guna bagi kita. Karena daya Sakramen tidak tergantung dari kesucian pribadi pelayannya. Namun, buah dari Sakramen itu tergantung dari disposisi yang menerimanya), tetapi juga keterlibatan kita secara aktif dalam karya pelayanan Gereja, sehingga kehadiran kita di tengah-tengah masyarakat dapat menjadi tanda kehadiran Allah sendiri.

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Maria Teladan Hidup Beriman – Catatan Penting

  • Dalam menanggapi warta karya keselamatan Allah, maka kita harus mau meneladani Santa Perawan Maria yang telah bersedia menanggapi kehendak Allah dengan penuh ketaatan iman yang sempurna.
  • Untuk itu kita perlu memahami peranan Maria dalam sejarah keselamatan:
    1. Maria Menerima Warta Gembira
    Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh Malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf dari keluarga Daud. Nama perawan itu Maria. Malaikat Gabriel menyampaikan warta bahwa ia akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah dinamai Yesus. Pada awal-nya Maria ragu-ragu karena bagaimana mungkin hal itu terjadi karena ia belum bersuami tetapi kemudian Maria mendapat peneguhan bahwa semua itu terjadi karena Kuasa Allah yang Mahatinggi dan bagi Allah tidak ada yang mustahil. Ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: “Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu” (lih. Luk 1:26-38). Demikianlah Maria, Puteri Adam menyetujui Sabda Ilahi, dan menjadi bunda Yesus. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa manapun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan, dan membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan kepada pribadi serta karya Puteranya. Maka tepatlah yang dikatakan S. Ireneus “Ikatan yang disebabkan oleh ketidaktaatan Hawa telah diuraikan oleh ketaatan Maria: apa yang diikat oleh Hawa karena tidak percaya, telah dilepaskan oleh perawan Maria karena imannya (lih. LG 56).
    2. Maria dan Masa Kanak-Kanak Yesus
    Konsili Vatikan II dalam dokumen Konstitusi Dogmatis tentang Gereja art. 57 menjelaskan sebagai berikut: Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkap sejak saat Kristus dikandung oleh Santa Perawan hingga wafat-Nya. Pertama-tama, ketika Maria berangkat dan bergegas-gegas mengunjungi Elizabet dan diberi ucapan salam bahagia olehnya kemudian pendahulu melonjak gembira dalam rahim ibunya (lih. Luk 1:41-45). Kemudian ketika pada kelahiran Yesus, dimana Bunda Allah penuh kegembiraan menunjukkan kepada para gembala dan para majus, Puteranya yang sulung, yang tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justru menyucikannya. Ketika ia di Kenisah, sesudah menyerahkan persembahan kaum miskin, menghadapkan-Nya kepada Tuhan, ia mendengarkan Simeon sekaligus menyatakan Puteranya akan menjadi tanda yang akan menimbulkan perbantahan dan bahwa suatu pedang akan menembus jiwa Bundanya, supaya pikiran hati banyak orang menjadi nyata (lih. Luk 2:34-35). Ketika orang tua Yesus dengan sedih hati mencari Putera mereka yang hilang, mereka menemukan-Nya di Kenisah sedang berada dalam perkara-perkara dengan Bapa-Nya, dan mereka tidak memahami apa yang dikatakan oleh Putera mereka. Tetapi Bunda-Nya menyimpan semua itu dalam hatinya dan merenungkannya (lih. Luk 2:41-51).
    3. Maria dan Hidup Yesus di Muka Umum
    Dalam hidup Yesus di muka umum tampillah bunda-Nya dengan penuh makna, pada permulaan, ketika pada pesta pernikahan di Kana yang di Galilea ia tergerak oleh belas kasihan, dan dengan pengantaraannya mendorong Yesus Almasih untuk mengerjakan tandanya yang pertama (lih. Yoh2:1-11). Dalam pewartaan Yesus, ia menerima sabda-Nya ketika Puteranya mengagungkan Kerajaan di atas pemikiran dan ikatan daging serta darah, dan menyatakan bahagia mereka yang mendengarkan dan melakukan sabda Allah (lih. Mrk 3:35 dan Luk 11:27-28), seperti dijalankannya sendiri dengan setia (lih. Luk 2:19 dan 51). Demikianlah Santa Perawan juga melangkah maju dalam peziarahan iman. Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga disalib, ketika ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya (lih.Yoh 19:25). Disitulah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, dan penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya. Dan akhirnya oleh Yesus Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikurniakan kepada murid-murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: “Wanita, inilah anakmu” (lih. Yoh 19:26-27).
  • Selama seluruh kehidupannya, juga dalam percobaannya yang terakhir yaitu ketika Yesus Puteranya wafat di kayu salib, iman Bunda Maria tidak goyah. Ia tidak melepaskan imannya bahwa Sabda Allah: “akan terpenuhi”. Karena itu Gereja menghormati Maria sebagai tokoh iman yang paling murni (Katekismus Gereja Katolik 148-149).
  • Ketaatan iman yang sempurna yang ditunjukkan oleh Sang Perawan Maria harus menjadi pedoman bagi kita dalam beriman. Dalam hidup sehari-hari kita harus memandang setiap peristiwa hidup sebagai bagian dari rencana dan karya Allah yang senantiasa berkendak menyelamatkan semua orang, disertai dengan sikap penyerahan diri secara total kepada kehendak Allah.

 

Catatan Penting Materi Kelas 9 K13

 

Iman dan Kebersamaan dalam Jemaat – Catatan Penting

  • Hidup beriman memperlihatkan dua aspek, yakni aspek pribadi dan aspek sosial.
  • Di satu pihak, iman merupakan hubungan pribadi kita masing-masing sebagai individu dengan Allah. Di lain pihak, iman kita tidak mungkin berkembang tanpa kehadiran orang lain entah sebagai pribadi atau sebagai komunitas/kelompok jemaat.
  • Maka iman tidak hanya menyangkut relasi pribadi antara manusia dengan Allah, tetapi juga menyangkut relasi kita dengan umat beriman yang lainnya.
  • Iman kita bertumbuh dan berkembang karena peran umat, baik dalam keluarga, lingkungan maupun wilayah/stasi dan paroki:
    1. Keluaga
    Keluarga disebut sebagai Gereja Kecil, merupakan jemaat yang paling dasar. Kita pertama kali mengenal kehidupan beriman melalui keluarga. Orang tua kitalah yang mengenalkan iman kepada kita. Melalui bimbingan orang tua kita juga semakin mengenal dan memahami kebiasaan hidup Kristiani. Anggota keluarga yang lain juga ikut berperan dalam mengembangkan iman kita, sehingga iman kita dapat tumbuh subur dalam keluarga yang semua anggota keluarganya saling mendukung dalam kehidupan beriman.
    2. Lingkungan/KBG/Kring
    Lingkungan merupakan kumpulan keluarga-keluarga Kristiani yang tinggal berdekatan dalam suatu wilayah tertentu. Keluarga-keluarga Kristiani dalam lingkungan sering mengadakan pertemuan untuk berdoa bersama, mengadakan pendalaman iman maupun pendalaman kitab suci, mengadakan kegiatan latihan koor, dan pertemuan untuk meningkatkan karya pelayanan sosial kepada keluarga-keluarga Kristiani maupun kepada warga sekitar pada umumnya.
    3. Stasi, Paroki dan Keuskupan
    Stasi terdiri dari beberapa lingkungan. Stasi berada di bawah naungan Paroki yang dipimpin oleh seorang pastor paroki dengan dibantu beberapa imam. Paroki-paroki digembalakan oleh seorang Uskup dalam wilayah keuskupan.
  • Beberapa contoh kegiatan berikut ini dapat dijadikan acuan bagi kita para remaja untuk ikut terlibat secara aktif dan sekaligus dapat memberi gambaran kepada kita tentang pentingnya peran jemaat dalam pengembangan iman:
    1. Pendalaman Iman
    Melalui pendalaman iman, Gereja ingin menimba kekuatan agar hidup iman mereka semakin diarahkan oleh Injil Yesus Kristus sehingga iman mereka berkembang.
    2. Lektris/Lektor
    Lektor dilantik untuk mewartakan bacaan-bacaan dari Alkitab, kecuali Injil. Dapat juga ia membawakan ujud-ujud doa umat dan, jika tidak ada pemazmur, ia dapat pula membawakan mazmur tangggapan. Dalam Perayaan Ekaristi, ia harus menjalankan sendiri tugas khusus itu (bdk. no.194-198), biarpun pada saat itu hadir juga pelayan-pelayan tertahbis. Hendaknya umat beriman dengan senang hati melayani umat Allah, bila diminta untuk melakukan pelayanan atau tugas khusus dalam perayaan, sebagai bentuk tanggung jawab atas baptisan yang telah mereka terima.
    3. Misdinar
    Putra altar atau misdinar (yang berarti ‘asisten misa’ dari Bahasa Belanda misdienaar) adalah mereka yang membantu Imam saat mengadakan Perayaan Ekaristi. Selain untuk membantu imam dalam perayaan Ekaristi kegiatan misdinar juga bertujuan untuk membina persaudaraan, mengembangkan dan mendewasakan iman anak, juga untuk melatih anak untuk bertanggung jawab sebagai anggota Gereja dengan terlibat secara aktif dalam kegiatan pelayanan Gereja.
    4. Perayaan Ekaristi
    Kehidupan beriman Kristiani tidak dapat dipisahkan dan menjauh dari Perayaan Ekaristi. Ekaristi merayakan tindakan karya penyelamatan Allah, melalui korban Yesus Kristus. Gereja senantiasa digambarkan sebagai umat Allah yang berziarah, dalam perjalanan peziarahan sampai pada kepenuhannya kelak. Oleh karena itu senantiasa Ekaristi adalah undangan. Tidak saja undangan untuk perjamuan abadi kelak di Surga, namun Ekaristi adalah undangan untuk mendasarkan dan meletakkan perjalanan ziarah hidup umat beriman pada perayaan kurban persembahan diri Kristus. Ekaristi dengan demikian adalah teman perjalanan, namun juga sumber peneguh bagi pergulatan hidup manusia dalam peziarahan hidupnya.
  • Kisah Para Rasul 2:41-47 secara jelas melukiskan cara hidup Gereja Perdana. Orang-orang yang mendengar pengajaran para rasul menjadi percaya dan beriman kepada Yesus Kristus. Setelah dibaptis mereka selalu bertekun dalam pengajaran para rasul, bertekun dalam persekutuan, setiap hari mereka berkumpul dalam Bait Allah, mereka memecahkan roti secara bergilir di rumah masing-masing dan makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati. Selain itu mereka juga saling memperhatikan dan saling berbagi milik mereka sehingga tidak ada yang kekurangan.
  • Kehidupan yang dikembangkan dalam Gereja Perdana, hendaknya menjadi inspirasi bagi kita untuk terlibat secara aktif dalam pengembangan iman jemaat melalui peran serta kita dalam kegiatan kerohanian di keluarga, lingkungan maupun Gereja setempat di mana kita berada.

 

Catatan Penting Materi Kelas 9 K13

Beriman Kristiani – Ringkasan

  • Umat Kristiani menghayati karya penyelamatan Allah yang paling nyata tampak dalam diri Yesus Kristus.
  • Setelah berulang kali dan dengan pelbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para nabi, “akhirnya pada zaman sekarang Ia bersabda kepada kita dalam Putera” (Ibr 1:1-2). Sebab Ia mengutus Putera-Nya, yakni Sabda kekal, yang menyinari semua orang, supaya tinggal di tengah umat manusia dan menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam (lih. Yoh 1:1-18).
  • Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai manusia kepada manusia, “menyampaikan sabda Allah” (lih. Yoh 3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan Bapa kepada-Nya (lih. Yoh 5:36, 17:4). 
  • Oleh karena itu barang siapa melihat Dia, melihat Bapa juga (lih. Yoh 14: 9).
  • Maka bagi umat Kristiani Yesus Kristus menjadi Tanda Agung Pewahyuan Allah.
  • Dalam dan melalui Yesus, Allah memperkenalkan diri secara paling sempurna. Dalam diri Yesus Allah yang tidak kelihatan menjadi nyata. Ia tidak hanya mengajarkan Allah yang mengasihi, melainkan Ia sendiri mengasihi.
  • Janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia terlaksana secara penuh dan nyata dalam diri Yesus Kristus. Ia adalah “Imanuel, yang berarti: Allah beserta kita” (Mat.1:23).
  • Untuk seorang Kristen, iman akan Allah berhubungan erat dengan iman akan Dia, yang diutus-Nya, “Putera- Nya terkasih”, yang berkenan kepada-Nya (Mrk 1:11) dan Dia yang harus kita dengarkan.
  • Kita dapat percaya kepada Yesus Kristus karena Ia sendiri Allah, Sabda yang menjadi manusia: “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yoh 1:18). Karena Ia sudah “melihat Bapa” (Yoh 6:46), Ia adalah satu-satunya yang mengenal Bapa dan dapat mewahyukan-Nya (Katekismus Gereja Katolik art.151).
  • Maka menjadi tugas Gereja untuk meneruskan karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus.
  • Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Mahatinggi (lih. 2 Kor 1:30; 3:16-4:6), memerintahkan kepada para Rasul supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para Nabi dan dipenuhi serta dimaklumkan oleh-Nya, disampaikan kepada semua orang sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan.
  • Secara singkat iman Kristiani dirumuskan dalam Syahadat/Credo atau Pengakuan Iman. Dalam Credo terungkaplah iman Gereja akan Tritunggal Maha Kudus.
  • Kunci pemahaman akan Tritunggal terletak pada iman bahwa Allah sejak semula berkeinginan menyelamatkan manusia, dan tindakan penyelamatan itu paling nyata dalam diri Yesus Kristus. Namun tidak berhenti disitu, sebab setelah Yesus Kristus wafat dan bangkit serta naik ke surga, Allah tetap bekerja menyelamatkan manusia berkat Roh Kudus yang dicurahkan pada setiap orang.
  • Maka, orang beriman Kristiani sejati adalah orang yang hidup dan tindakannya diwarnai dan dimotivasi oleh iman Kristianinya, dan bukan sekedar oleh alasan keagamaan yang cenderung lahiriah.
  • Hidup beriman Kristiani meliputi beberapa aspek, yaitu:
    1. Pengalaman religius yang merupakan pengalaman dimana manusia sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus dan karena pengalaman itu manusia sampai pada kemauan bebas untuk menyerahkan diri kepada kristus.
    2.
    Aspek kedua adalah penyerahan iman yang merupakan jawaban atas wahyu Allah yang telah berkarya. Penyerahan iman ini merupakan wujud tindakan yang sesuai ajaran-Nya dalam Mat 7: 21 “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga.”
    3. Aspek pengetahuan iman menuntut seorang umat Kristiani untuk terus menerus dan semakin mampu mempertanggungjawabkan imannya.
  • Dalam hal ketaatan iman, kita dapat meneladani iman yang ditunjukkan para nabi, santo-santa dan tokoh-tokoh suci, misalnya:
    1. Dalam Perjanjian Lama kita mengenal Abraham; “Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui” (Ibr 11:8). Karena beriman, maka Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri yang dijanjikan Allah kepadanya. Karena beriman, maka Sara mengandung seorang putera yang dijanjikan. Karena beriman, maka Abraham rela mempersembahkan puteranya yang tunggal sebagai kurban (Allah pada akhirnya tidak membiarkannya mengorbankan Ishak, dan menunjukkan seekor domba sebagai ganti kurban itu. Allah telah melihat iman Abraham).
    2.
    Dalam Perjanjian Baru kita mengenal Maria. Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah “tidak ada yang mustahil” (Luk 1:37), maka ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: “Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38).
  • Dari contoh tersebut menjadi sangat jelas bagi kita, usaha mewujudkan iman dalam hidup sehari-hari membutuhkan keteguhan hati dan sikap penyerahan diri kepada penyelenggaraan Allah.
  • Meskipun iman lebih bersifat personal (merupakan hubungan pribadi dengan Tuhan), namun dalam usaha pengembangan iman perlu adanya kebersamaan dalam jemaat agar iman kita semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam perjumpaan dengan saudara-saudara seiman.
  • Dalam upaya pengembangan iman tentunya tidaklah mudah karena kita juga akan menghadapi berbagai macam tantangan dan hambatan. Tantangan dari dalam misalnya rasa malas, egois dan kebiasaan buruk lainnya. Tantangan dari luar seperti pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh media informasi, lingkungan yang kurang mendukung dan sebagainya.
  • Untuk menghadapi berbagai macam tantangan tersebut maka kita harus memperkokoh iman kita disertai dengan sikap penyerahan diri kepada karya Allah yang menyelamatkan.
  • Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar iman kita semakin berkembang misalnya:
    1) Selalu mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari-hari yang diwajibkan
    2) Melakukan doa pribadi maupun doa bersama dalam keluarga
    3) Terlibat secara aktif dalam kegiatan rohani di lingkungan
    4) Membaca dan menghayati isi Kitab Suci
    5) Mengikuti kegiatan koor, misdinar, atau lektor
    6) Terlibat dalam karya sosial kemasyarakatan
    7) Menerima sakramen tobat

Ringkasan Materi Kelas 9 K13

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Beriman sebagai Tanggapan atas Karya Keselamatan Allah – Ringkasan

  • Dalam hidup beragama yang pokok adalah sikap batin. Agama yang bersifat lahiriah, dengan sendirinya menjadi formalisme dan kosong.
  • Tidak semua orang yang mengaku dirinya memiliki agama, memiliki iman yang mendalam.
  • Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti yang luas. Dalam agama, iman mendapat bentuk yang khas, yang memampukan orang beriman mengomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang beriman maupun yang tidak.
  • Untuk memahami lebih mendalam tentang iman, maka kita harus juga memahami tentang wahyu karena iman tidak dapat dipisahkan dari wahyu Ilahi.
  • Wahyu adalah Allah sendiri yang menyapa manusia, yang berbicara dengan manusia, yang berhubungan secara pribadi dengan manusia.
  • Maka dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15; 1Tim 1:17) dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya…”
  • Dengan kata lain, Allah yang diperkenalkan adalah Allah yang baik, bijaksana, berkelimpahan cinta kasih. Jadi, keinginan Allah mau bersahabat itu karena kebaikan, cinta, dan kebijaksanaanNya. Dialah Bapa yang diperkenalkan oleh Yesus Kristus. Jadi isi pewahyuan adalah diri Allah sendiri dan rahasia kehendak-Nya.
  • Kalau wahyu adalah Allah sendiri yang menyapa manusia, maka dari pihak manusia diharapkan tanggapan atas sapaan itu. Tanggapan ini disebut iman.
  • Konsili mengatakan: “Kepada Allah yang mewahyukan diri, manusia harus menyatakan ketaatan iman. Dalam ketaatan iman tersebut manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dengan kepenuhan akal budi dan kehendak yang penuh kepada Allah pewahyu …” (DV 5).
  • Iman adalah ikatan pribadi manusia dengan Allah dan persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah.
  • Iman adalah sikap penyerahan diri manusia dalam pertemuan pribadi dengan Allah (Mgr. I. Suharyo Pr.).
  • Dengan demikian, maka beriman artinya tidak hanya sekedar tahu atau sekedar percaya, tetapi berani melakukan apa yang diketahui dan dipercayai. 
  • Dengan kata lain, beriman kepada Allah, berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah.
  • Penyerahan diri secara total itu muncul berdasarkan keyakinan bahwa Allah pasti akan memberikan dan melakukan yang terbaik bagi manusia. Yang dikehendaki Allah semata-mata kebahagiaan dan keselamatan manusia.
  • Sikap penyerahan diri secara total tersebut memungkinkan manusia tidak tawar-menawar apalagi memaksakan kehendak sendiri, tidak ragu-ragu.
  • Relasi manusia dengan Allah akan menjadi lebih nyata jika iman tidak hanya diungkapkan melalui doa maupun puji-pujian saja, tetapi juga diwujudkan dalam hidup sehari-hari, terutama melalui perbuatan baik yang menyelamatkan dan membahagiakan sesama.
  • Orang dapat disebut betul-betul beriman bila ia sungguh-sungguh menghayati dan mewujudkan imannya dalam hidup sehari-hari. Karena jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati. Sebab iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itulah iman menjadi sempurna. Manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, bukan hanya karena iman. (lih. Yak 2:14-26).
  • Yesuspun secara tegas mengatakan: ”Bukan setiap orang yang berseru: Tuhan, Tuhan! Akan masuk Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Mat 7:21).

Ringkasan Materi Kelas 9 K13.

Beragama Sebagai Tanggapan atas Karya Keselamatan Allah – Ringkasan

  • Sudah sejak dahulu kala hingga sekarang ini di antara pelbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya kekuatan yang gaib yang hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa hidup manusia;
  • Demikian pula dengan nenek moyang kita sejak dahulu kala, bahkan jauh sebelum agama-agama besar dikenal, sudah ada upaya untuk mengungkapkan kepercayaan akan Allah yang menyelamatkan. Ungkapan kepercayaan itu dinyatakan dalam berbagai bentuk: mitos, upacara, dan sebagainya. Kita mengenalnya sebagai agama asli.
  • Biasanya agama asli bersifat lokal, artinya hanya ada di wilayah tertentu. Di Indonesia banyak tersebar agama-agama asli, sebagian masih dianut oleh suku-suku tertentu, sebagian sudah terpengaruh oleh agama-agama besar.
  • Agama-agama yang terdapat di seluruh dunia pada umumnya dengan berbagai cara berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia yang terus-menerus bertanya tentang makna hidupnya yang terdalam: “apakah manusia, mengapa manusia hidup, mengapa ada penderitaan dan kesusahan, mengapa manusia bisa sakit, apa akhir dari kehidupan ini, kemanakah sesudah kematian” dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci.
  • Bagi manusia semua pertanyaan tersebut merupakan suatu misteri yang tak terjawab. Pada akhirnya, manusia mempercayakan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan melalui agama yang dianutnya.
  • Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Balai Pustaka 2001).
  • Dr. Franz Dahler mengartikan “agama adalah hubungan manusia dengan sesuatu kekuasaan yang lebih tinggi dari pada dia, dari mana dia merasa tergantung dan berusaha mendekatinya.”
  • Di bawah ini lima unsur yang dapat kita temukan pada agama-agama yang ada, yaitu:
    1.Jemaat
    Umat beragama bukanlah kumpulan umat yang biasa. Yang mengikat mereka pada awalnya bukan organisasi, melainkan ikatan batin. Bagaimana ikatan batin itu digambarkan atau diterangkan, berbeda pada masing-masing agama. Biasanya umat beragama merasa dirinya dipersatukan bukan hanya atas inisiatif atau upaya para anggota. Tuhan sendirilah yang mempersatukan mereka.
    2. Tradisi
    Umumnya semua agama mempunyai sejarah. Khususnya sejarah awal dan tokoh-tokohnya, mempunyai arti yang khusus. Banyak agama mengenal nabi atau rasul atau pendiri agama. Salah satu unsur tradisi yang sangat penting adalah ajaran yang diteruskan secara turun temurun. Ajaran itu pada umumnya mengandung tiga bidang: ajaran keselamatan, ajaran moral dan ajaran ibadat. Tradisi ajaran itu biasanya diteruskan tidak hanya secara lisan, tetapi juga melalui buku-buku suci.
    3. Ibadat
    Walaupun ibadat ada dalam setiap agama, namun justru dalam ibadatlah nampak perbedaan antara agama. Ada yang melihat ibadat sebagai pertemuan antara Allah dan manusia. Ada juga yang membatasi ibadat pada ungkapan ketakwaan dan saling mengukuhkan iman. Ibadat adalah kegiatan manusia. Peraturan ibadat dan cara umat mengambil bagian dalam ibadat berbeda antara satu agama dengan agama yang lain.
    4. Tempat Ibadat
    Setiap agama memiliki tempat ibadat, sebutan, dan ciri yang berbeda-beda antara satu agama dengan agama lainnya. Tempat ibadat dipandang sebagai tempat yang dikhususkan bagi pertemuan dengan Tuhan. Selain itu tempat ibadat dipandang sebagai tempat yang suci.
    5. Petugas Ibadat
    Sebenarnya petugas ibadat itu suci, karena ibadat yang dilayani olehnya bersifat suci. Dalam hal ini ada perbedaan-perbedaan besar antara para petugas ibadat dari pelbagai agama.
  • Perlu ditegaskan bahwa berbagai ungkapan yang menunjukkan bahwa manusia melakukan upacara, ibadat, dan sebagainya, memperlihatkan kepada kita bahwa manusia percaya akan Allah.
  • Manusia percaya ada Pribadi yang luar biasa, yang kuat, yang jauh melebihi kemampuan manusia. Pribadi yang luar biasa itu sungguh misteri, sulit dijelaskan sepenuhnya oleh manusia, tetapi dirasakan kehadiran dan pengaruhnya dalam hidup manusia sehari-hari.
  • Beberapa alasan manusia menganut agama antara lain sebagai berikut:
    1.
    Menemukan jawaban
    Manusia sering menghadapi berbagai pertanyaan yang sulit dipecahkan oleh kemampuan akal-budinya. Ada banyak pertanyaan berkaitan dengan hidup manusia itu sendiri, seperti: dari mana manusia berasal, mengapa ada penderitaan atau bencana di dunia ini, kemana manusia sesudah ia mati?
    2. Mencari perlindungan
    Dalam hidupnya manusia kerap kali merasa tidak berdaya, manusia seringkali menyadari kekuatan yang jauh lebih hebat dari dirinya. Kekuatan itu tampak dalam bentuk bencana, gejala alam, atau kejadian yang menimpa dirinya. Perasaan tidak berdaya itulah yang mendorong manusia untuk meminta perlindungan terhadap kekuatan lain yang lebih hebat itu, dengan berlindung kepada kekuatan itu manusia juga merasakan keamanan.
    3. Meneguhkan tata nilai
    Dalam hidupnya manusia mau tidak mau harus berelasi dengan sesamanya. Dari pengalaman berhubungan dengan orang lain tersebut, baik dengan individu maupun kelompok, manusia menemukan ada nilai-nilai tertentu yang bersifat membangun dan ada juga yang sifatnya dapat merusak relasi itu sendiri. Melalui agama, segala nilai yang baik dan benar itu dihayati sebagai yang dikehendaki Allah, sedangkan yang jahat dan salah dianggap berlawanan dengan kehendak Allah.
    4. Memuaskan kerinduan akan masa depan yang lebih baik
    Dalam pergumulan hidupnya manusia berpikir: Kalau Allah demikian mencintai manusia, pasti Allah tidak menghendaki semuanya itu terjadi terus menerus; kalau Allah mencintai manusia tentulah ada situasi lain yang dijanjikannya, yakni situasi dimana manusia dapat hidup dengan damai, tentram, tanpa penderitaan, dan sebagainya.
  • Dalam menghayati hidup keagamaan, kadang ada yang menganggap diri mereka lebih baik dari orang lain. Pada zaman Yesus, kebanyakan orang Farisi seperti itu. Yesus mengkritik orang-orang Farisi, para pemuka agama dan ahli taurat yang seringkali merasa hidup keagamaannya lebih baik dibandingkan orang lain (Lukas 18:9-14). Mereka menyombongkan dirinya dan menganggap orang lain hidup agamanya lebih rendah. 
  • Pada kenyataannya masih banyak orang yang masih menghayati agama yang dianutnya secara dangkal. Mereka mengaku sebagai orang beragama, namun hal itu hanya berlaku di KTP saja sebagai identitas. Dengan alasan tersebut, orang akan merasa aman karena diakui statusnya.
  • Hidup beragama yang benar harus didasarkan pada keyakinan bahwa Allah telah mencintai manusia. Dialah sumber cinta, penyelenggara kehidupan sehingga hidup beragama hendaknya mengarah pada hubungan yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah.
  • Hubungan yang semakin dekat dan mendalam dengan Allah dapat dilaksanakan melalui praktik-praktik pelaksanaan ibadah sesuai agama yang dianutnya dan penghayatan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
  • Kita harus benar-benar mendalami ajaran agama kita, sehingga tidak jatuh pada pemahaman yang dangkal dan setengah-tengah. Kita juga harus bersikap kritis dalam menyikapi pandangan agama sendiri dan atau orang lain, dengan mengutamakan kehendak Allah sebagai ukuran kebenaran, sehingga kita dapat bersikap rendah hati di hadapan Allah dan sesama.

Ringkasan Materi Kelas 9 K13

Allah adalah Sumber Keselamatan yang Sejati – Ringkasan

  • Setiap manusia selalu menginginkan keselamatan dalam hidupnya dan tidak seorang pun menginginkan hidupnya celaka. Berbagai usaha manusia dilakukan untuk mempertahankan hidupnya.
  • Bagi orang beriman kerinduan untuk memperoleh keselamatan itu berdasar pada iman akan Allah sebagai sumber keselamatan yang utama dan terutama.
  • Sejak semula Allah menghendaki agar hidup manusia selamat. Keselamatan itu ditujukan kepada semua manusia tanpa melihat latar, belakang, suku atau kelompok tertentu karena dihadapan Allah semua manusia adalah sama. Semua manusia berharga di mata Allah.
  • Namun dalam kenyataan hidup sehari-hari yang kita jumpai, banyak orang pada zaman sekarang ini hidupnya semakin menjauh dari kehendak Allah bahkan beranggapan hidup dapat dijalani tanpa Allah. 
  • Beberapa pandangan tentang sumber keselamatan misalnya sebagai berikut:
    1. Keselamatan bersumber pada barang duniawi
    Keselamatan hidup diukur dari kemampuan seseorang mengumpulkan harta benda atau barang-barang duniawi. Mereka merasa tidak membutuhkan Allah lagi karena segala sesuatu di dunia ini dapat diatasi dengan harta yang dimilikinya.
    2. Keselamatan bersumber pada kekuatan gaib
    Dalam dunia modern ini kita masih menjumpai masyarakat yang menggantungkan keselamatan pada kekuatan gaib. Kekuatan gaib ini dianggap mampu menjauhkan malapetaka, memberikan rasa aman, dan memberikan jaminan keselamatan hidup. Kekuatan gaib dipuja sebagai sumber keselamatan sehingga kehendak Allah dilupakan.
    3.Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber keselamatan
    Ada sebagian orang beranggapan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sumber keselamatan. Mereka menggantungkan hidupnya pada kemajuan ilmu kedokteran dan alat-alat kesehatan. Dengan kemajuan itu mereka merasa dapat memperpanjang usia hidupnya, mereka mulai lupa bahwa hidup dan mati adalah milik Allah. Tak ada seorang pun yang dapat melawan kehendak Allah.
  • Kepercayaan pada kekuatan gaib dulu juga pernah disaksikan sendiri oleh Rasul Paulus ketika ia mengabarkan Injil di Atena (Kisah Rasul 17:16-34). Kepercayaan orang-orang Atena terhadap patung-patung berhala yang diyakini memiliki kekuatan gaib dimana dianggap mampu melindungi hidup mereka, membuat sedih hati Rasul Paulus. 
  • Sikap orang-orang Atena tersebut juga dapat kita temukan dalam masyarakat kita dewasa ini yang menggantungkan hidupnya pada berhala-berhala bentuk yang lain, seperti, mendewakan barang-barang duniawi, memuja benda dan mantra-mantra yang dianggap memiliki kekuatan gaib, serta menomor satukan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan menyerahkan hidupnya kepada kehendak Allah.
  • Sebagai orang beriman kita harus meyakini bahwa Allah adalah sumber keselamatan sejati. Tidak ada kekuatan lain yang menyelamatkan selain kekuatan Allah sendiri.
  • Mari kita perhatikan beberapa kutipan teks Kitab Suci atau dokumen Gereja berikut ini, agar kita semakin yakin bahwa Allah merupakan satu-satunya sumber keselamatan sejati bagi hidup kita sekarang maupun yang akan datang:
    1. “Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juru selamat selain dari pada-Ku.” (Yes 43:11).
    2.“…tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku.” (Yes 45:21).
    3.“Tetapi Aku adalah TUHAN, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal allah kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku.” (Hos 13:4).
    4.“Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.” (1Tim 4:10).
    5.“Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.” (Yud 1:25)
    6.“Allah yang sama adalah penyelamat dan Pencipta, Tuhan sejarah manusia dan sejarah keselamatan.” (GS 41)
  • Allah adalah Pencipta, awal dari segala kehidupan dan sekaligus menjadi tujuan hidup setiap ciptaan. Dia adalah Alpha dan Omega, Awal dan akhir. Sebagai orang beriman kita harus percaya bahwa karya penyelamatan Allah tetap berlangsung dari dulu hingga sekarang.
  • Namun seringkali manusia tidak menyadari karya keselamatan Allah dalam dirinya. Itulah sebabnya Allah kerap kali menyatakan diri-Nya kepada manusia, sebagaimana pernah dilakukan kepada bangsa Israel.
  • Demikian juga dengan diri kita, ada begitu banyak tanda kasih Allah yang dapat kita rasakan dalam hidup kita. Allah telah memberikan napas kehidupan dan juga menciptakan alam semesta yang indah dan kaya untuk menunjang kelangsungan hidup kita.
  • Bukti terbesar kasih Allah yang menyelamatkan umat manusia adalah dengan mengutus Putera-Nya sendiri, Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16).
  • Namun kenyataannya tidak semua orang mau menanggapi karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Sejak kehadiran-Nya, Yesus sudah mengalami berbagai macam penolakan. Masih banyak orang yang tidak percaya dan tidak mau menerima Yesus sebagai Juru Selamat.
  • Penolakan manusia berpuncak pada peristiwa penyaliban Yesus di Golgota. Penolakan manusia terhadap karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus tidak menghalangi kehendak Allah yang ingin menyelamatkan umat manusia sepanjang masa. Karya penyelamatan Allah itu tetap berlangsung sampai sekarang dilanjutkan oleh para pengikut-Nya melalui berbagai karya pelayanan Gereja-Nya yang kudus.
  • Semua itu menjadi tanda karya keselamatan Allah yang harus kita syukuri yaitu dengan menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada kehendak Allah (iman).
  • Bagi kita orang Katolik, terlibat secara langsung dan berperan aktif dalam perayaan-perayaan sakramen menjadi sarana bagi kita menghayati kehadiran Allah yang menyelamatkan.
  • Selain dengan mengikuti perayaan-perayaan sakramen kita juga dapat menghayati kehadiran Allah melalui doa dan melalui sabda-Nya dalam Kitab Suci.
  • Karena Allah telah mengasihi kita dan berkehendak menyelamatkan kita maka kita juga harus mampu menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan bagi sesama melalui berbagai macam karya belas kasih seperti yang dilakukan oleh Bunda Teresa.
  • Kita juga dapat menjadi tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan dengan misalnya membantu teman kita yang kesulitan dalam memahami materi pelajaran, menjenguk dan mendoakan teman yang sakit, atau menyisihkan sebagian yang kita miliki untuk berbelarasa pada orang-orang yang miskin dan teraniaya dalam hidupnya.

Ringkasan Buku Guru Kelas 9 K13

Dukung website ini dengan subscribe Channel berikut: