- Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan baik terhadap diri sendiri, terhadap orang lain maupun terhadap Tuhan.
- Walaupun demikian, tidak semua orang bila melakukan kesalahan cepat-cepat untuk meminta maaf atas kesalahannya. Demikian pula tidak semua orang yang mau dengan senang hati untuk memaafkan atau memberi pengampunan kepada orang yang bersalah kepadanya, apa lagi jika dirasa bahwa kesalahannya sungguh terlalu berat dan menyakitkan hati.
- Dalam Kitab Suci, kasih yang diberikan Yesus tertuju pada semua orang, baik bagi mereka yang menderita, juga bagi mereka yang bersalah kepada-Nya.
- Yesus memberikan teladan kepada kita tentang bagaimana memberikan pengampunan tanpa batas. Hal ini tampak nyata ketika memberikan pengajaran pada para murid-Nya untuk memberikan pengampunan.
- Yesus menyatakan bahwa dalam mengampuni hendaknya tidak terbatas. Hal ini dinyatakan oleh Yesus bahwa dalam mengampuni “… Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali…” (Matius 18:21-35)
- Pengampunan itu tanpa batas, tanpa perhitungan. Karena pengampunan kepada sesama tidak mungkin dipisahkan dari pengampunan Allah.
- Pengampunan Allah jauh melampaui pengertian pada umumnya serta melampaui segala perhitungan.
- Pada kesempatan lain, Yesus melakukan pengampunan kepada perempuan yang kedapatan berzinah (Yohanes 8). Kepada perempuan yang berdosa ini, Yesus tidak mengadili, tetapi memberi kesempatan kepada perempuan tersebut untuk berubah dan tidak melakukan dosa lagi. Yesus memberi kesempatan kepada pendosa itu untuk bertobat.
- Kesediaan untuk mengampuni merupakan kualitas spiritualitas yang tinggi. Semakin mampu mengampuni, berarti kita semakin diperkaya oleh kasih Allah, semakin dimampukan untuk dipakai sebagai alat-Nya secara tepat.
- Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan orang sulit untuk memaafkan atau juga orang sulit untuk meminta maaf atas kesalahannya, yaitu antara lain:
(a) karena keinginan untuk mempertahankan “harga diri” atau wibawa,
(b) karena gengsi, dan
(c) karena sikap egois dan mau menang sendiri. - Ketidakmampuan memaafkan atau mengampuni dapat mengakibatkan:
(a) menumbuhkan rasa dendam, yang sesungguhnya dapat merugikan diri sendiri,
(b) orang yang bersalah pada akhirnya menanggung rasa bersalah secara berkepanjangan,
(c) tumbuhnya permusuhan dan kebencian. - Meminta maaf atau memberi pengampunan, sesungguhnya dapat menguntungkan, baik bagi yang bersalah maupun bagi orang yang telah dirugikan.
- Dengan mau mengampuni, ataupun mau meminta maaf, akan dapat menjadikan hati kita tenang, tenteram, damai, jauh dari segala permusuhan dan dendam, bahkan dengan memaafkan atau meminta maaf, hubungan kita dengan sesama dan dengan Tuhan akan tetap terjalin dengan harmonis dan menyenangkan.
- Lewis B. Smedes di dalam bukunya yang berjudul Mengampuni & Melupakan (Forgive and Forget) menuliskan ada empat tahap Pemberian Maaf:
(1) Tahap pertama adalah sakit hati. Ketika seseorang menyebabkan Anda sakit hati begitu mendalam dan secara curang sehingga Anda tidak dapat melupakannya. Anda terdorong ke tahap pertama krisis pemberian maaf. (2) Tahap kedua adalah membenci. Anda tidak dapat mengenyahkan ingatan tentang seberapa besar Anda sakit hati, dan Anda tidak dapat mengharapkan musuh Anda baik-baik saja. Anda kadang-kadang menginginkan orang yang menyakiti Anda juga menderita seperti Anda.
(3) Tahap ketiga adalah menyembuhkan. Anda diberi sebuah “mata ajaib” untuk melihat orang yang menyakiti hati Anda dengan pandangan baru. Anda disembuhkan, Anda menolak kembali aliran rasa sakit dan Anda bebas kembali.
(4) Tahap keempat adalah berjalan bersama; Anda mengundang orang yang pernah menyakiti hati Anda memasuki kembali dalam kehidupan Anda. Kedatangannya yang tulus membuat Anda berdua akan menikmati hubungan yang dipulihkan kembali.
Catatan penting buku guru agama katolik dan budi pekerti K13 Kelas 7