- Ada ungkapan yang menyatakan “Tiada gading yang tak retak”. Ungkapan ini mengandung makna bahwa tiada seorang manusia yang sempurna. Berarti tidak ada seorangpun yang tidak pernah berbuat dosa.
- Gereja Katolik menyadari hal ini karena setiap orang mempunyai kelemahan dan keterbatasan, itulah sebabnya manusia kerap jatuh ke dalam dosa.
- Dosa dipandang sebagai perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama, yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan dalam keadaan bebas.
- Dosa adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama. Suatu tindakan disebut dosa apabila tindakan tersebut dilakukan secara sadar, sengaja, dan dalam keadaan bebas, yang berakibat merugikan orang lain dan dirinya sendiri serta merusak hubungannya dengan Tuhan.
- Akibat dari dosa adalah retaknya/rusaknya bahkan terputusnya hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama dan lingkungannya.
- Allah adalah Maha Rahim, Ia Maha pengampun, Ia tidak mau manusia hidup dalam kungkungan dosa. Dalam kebaikan-Nya, Ia selalu menanti dan mengusahakan agar manusia kembali kepadaNya, bahkan membebaskannya, tanpa memperhitungkan besarnya dosa manusia (lih. I Yoh 4: 16b).
- Allah selalu mengundang orang yang berdosa untuk kembali bersatu dengan-Nya. Ia mengundang orang berdosa untuk bertobat (bdk I Yoh 1: 9).
- Kerahiman Allah terhadap orang yang berdosa digambarkan secara indah oleh Yesus dalam perumpamaan “Anak yang Hilang” (lih. Luk 15: 11-32) dan dinyatakan dalam kuasa-Nya sendiri untuk mengampuni dosa. Kuasa itulah yang diwariskan Yesus kepada Gereja-Nya yaitu untuk memberikan pengampunan atas anggota Gereja yang bertobat (lih. Yoh 20: 19-23; bdk. Mat 18:20).
- Pada saat manusia dirundung dosa, maka Roh Kudus terus bekerja untuk mengembalikan manusia kepada Tuhan. Inilah yang dialami oleh si bungsu, yang pada akhirnya “menyadari keadaannya, menyadari kedosaannya” (ayat 17).
- Bertobat artinya berbalik kembali kepada Allah. Kembali ke jalan menuju kepada Allah.
- Kini dalam Gereja Katolik, Peristiwa kerahiman Allah tersebut terjadi di dalam Sakramen Tobat, yang disebut juga dengan istilah Sakramen Rekonsiliasi.
- Sakramen Tobat menjadi tanda dan sarana pemulihan hubungan yang retak atau rusak akibat perbuatan dosa, menjadi suatu hubungan yang damai dan harmonis antara Allah dan Manusia, manusia dan sesama, serta lingkungannya.
- Seseorang yang telah menerima Sakramen Tobat , telah diampuni dosanya (lih Yoh 20: 23; bdk. Mat 18: 19). Sakramen Tobat atau Pengakuan Dosa adalah sakramen yang memberikan berkat pengampunan dan kesembuhan dari Tuhan kepada anggota Gereja atas dosa-dosa berat dan ringan yang dibuat setelah menerima Sakramen Baptis.
- Untuk bertobat biasanya seseorang tidak sertamerta begitu saja bertobat, tetapi melalui beberapa tahapan atau proses. Tahapan itu antara lain:
1) Mengakui/ menyadari akan kesalahan/dosa,
2) Menyesali segala kesalahan/dosa,
3) Berjanji untuk tidak mengulangi lagi atas kesalahan/dosa yang pernah dilakukan dan
4) Menyatakan diri bertobat. - Pertobatan dalam Gereja Katolik diwujudnyatakan pula dengan melakukan pengakuan dosa. Langkah-langkah dalam melakukan pengakuan dosa antara lain:
1. Melakukan pemeriksaan batin. Orang yang mengaku dosa diajak untuk mengingat kembali dosa yang telah diperbuat dalam suasana hening dan berdoa.
2. Mempunyai niat untuk bertobat menyesali dosa-dosa.
3. Masuk ruang pengakuan dan mengakui segala dosa-dosanya, minta pengampunan dan melakukan penitensi sebagi silih atas dosa yang diperbuat.
4. Merubah sikap dan tutur kata yang senantiasa menjadi baik. - Buah dari sakramen tobat antara lain memberikan kedamaian, ketenangan, dan kekuatan untuk berjuang mengalahkan kuasa dan dosa. Selain dari pada itu dengan sakramen tobat kita juga mendapatkan perdamaian, yaitu kita berdamai dengan Allah dan juga dengan sesama. Dengan sakramen tobat, kekudusan gereja di pullihkan kembali karna pertobatan kita.
Catatan penting Buku Guru Kelas 8 K13
Mau mendengar renungan harian dengan pendekatan pribadi?
Kunjungi dan subscribe kanal YouTube Risalah Immanuel
Upload setiap hari jam 6 sore!