Tidakkah kita menempatkan Bunda Maria lebih tinggi dari seharusnya?

Saya yakin bukan cuma saya yang mengalami pergumulan ini dalam Gereja Katolik. Ada kalanya dalam perjalanan hidup doa dan devosi saya kepada Bunda Maria, saya mengalami kekeringan. Kalau tidak salah desolasi istilahnya. Sudah benarkah ajaran Gereja Katolik tentang Bunda Maria? Tidakkah dia hanyalah ibu dari manusia Yesus? Mengapa seolah-olah perannya begitu penting, sehingga orang-orang Katolik bahkan mungkin lebih sering berdoa Salam Maria daripada Bapa Kami?

Pergumulan ini timbul tenggelam seiring datang dan perginya Bulan Maria dan Bulan Rosario. Kadang bibir mengucap doa namun hati tidak di sana. Berbagai pemikiran berkecamuk. Apakah yang saya lakukan ini benar?

Beberapa saat yang lalu saat berselancar di YouTube, saya mendarat di sebuah percakapan menarik antara dua orang Katolik: Matthew Leonard dan Dr. Brant Pitre. Mereka bercakap-cakap tentang Bunda Maria. Nah, ini menarik, pikir saya. Ternyata Dr. Brant Pitre pun pernah mengalami kegundahan yang sama menyangkut Bunda Maria dalam perjalanan hidup doa dan devosinya. Apa yang dia jabarkan tentang Bunda Maria dari Kitab Suci sungguh memberikan terang baru bagi saya dalam melihat Bunda Maria.

Dalam eksegese Alkitab, dikenal istilah typology. Secara sederhana, typology adalah usaha untuk melihat hubungan antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru; bagaimana Perjanjian Baru menyempurnakan apa yang dinubuatkan atau tergambar dari Perjanjian Lama.

Bunda Maria adalah Tabut Perjanjian atau Tabut Allah yang baru. Saya sudah pernah mendengar hal ini, namun belum pernah mendengar bagaimana hal ini dapat dijelaskan. Tabut Perjanjian atau Tabut Allah adalah sebuah tempat istimewa yang dibuat oleh Musa dan orang-orang Israel untuk menyimpan kedua loh batu yang berisi Sepuluh Perintah Allah. Dengan kata lain, Tabut Perjanjian itu berisi Sabda Allah sendiri. Dari Surat Ibrani kita tahu bahwa kemudian, Tabut Perjanjian juga dipakai untuk menyimpan buli-buli emas berisi manna (roti yang diberikan Allah pada bangsa Israel saat mereka kelaparan), dan tongkat Harun, sang Imam, saudara Musa, yang pernah bertunas (Ibrani 9:4).

Pembandingan Tabut Perjanjian dengan Bunda Maria ini dapat kita mulai dengan membandingkan Kitab Keluaran dan Injil Lukas. Dalam Kitab Keluaran 40:34 dikatakan bahwa ‘kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci’. Kemah Suci adalah tempat Tabut Perjanjian itu disimpan. Dalam Injil Lukas 1:35 dikatakan bahwa ‘kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau (Bunda Maria). Santo Lukas, sang Penginjil, menggunakan bahasa Yunani untuk menulis injilnya. Tentu, dia membaca Septuaginta, Kitab Perjanjian Lama yang berbahasa Yunani. Dan dia menggunakan kata yang sama untuk menggambarkan bagaimana kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi Bunda Maria dengan kata yang dipakai dalam Septuaginta untuk menggambarkan bagaimana kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci: ἐπισκιάζω, episkiazō. Dan kata ini tidak banyak dipakai dalam Alkitab. 

Selanjutnya, kita bisa membandingkan Kitab 2 Samuel 6 saat Raja Daud memindahkan Tabut Allah ke Yerusalem dengan Injil Lukas 1:39-56 saat Bunda Maria mengunjungi Elisabet, sanaknya itu. Dalam Kitab 2 Samuel 6 itu Raja Daud begitu heran dengan kuasa Tabut Allah itu sehingga dia berkata pada ayat 9, “Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?” Di Injil Lukas 1:43, Elisabet juga merasa heran sehingga ia berkata, “Siapakah aku ini, sampai Ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Mungkinkah kecocokan ayat ini hanya kebetulan semata? Ayat lain di kisah yang sama akan menggugurkan kemungkinan kebetulan ini. Dalam 2 Samuel 6:11 dikatakan bahwa ‘Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom.’ Dan Injil Lukas 1:56 mengatakan ‘Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.’ Santo Lukas tidak menulis bahwa Maria tinggal dengan Elisabet sampai dia melahirkan Yohanes, melainkan dia memilih untuk menulis ‘Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet’ persis seperti ‘tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom’.

Nah, sekarang mari kita lihat, apakah Bunda Maria sungguh memiliki kualifikasi sebagai Tabut Perjanjian? Dari Surat Ibrani 9:4 kita tahu bahwa Tabut Perjanjian itu menyimpan manna (roti dari Allah untuk bangsa Israel saat mereka kelaparan di padang gurun), tongkat Harun (Imam Israel) dan loh-loh batu bertuliskan perjanjian (Sabda Allah). Dan rupanya, tidak sulit bagi kita untuk melihat fakta ini: Bunda Maria adalah perawan yang mengandung dan melahirkan Roti Hidup (Yohanes 6:35), Sang Imam Besar (Ibrani 9:11) dan Sang Sabda Yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14).

Sungguh, penjabaran ini memberikan terang baru bagi saya dalam memahami Bunda Maria. Saya percaya bahwa penghormatan yang kita berikan padanya tidaklah berlebihan. Saya selalu memastikan kepada diri saya sendiri bahwa satu-satunya penyelamat adalah Tuhan Yesus, bahwa satu-satunya Pengantara kepada Bapa adalah Tuhan Yesus, dan bahwa menghormati dan mengasihi orang yang dihormati dan dikasihi Yesus adalah pengalaman iman yang luar biasa. Dan saya berdoa bersama Bunda-Nya.

Jika Anda tertarik untuk menyaksikan sendiri percakapan antara Matthew Leonard dan Dr. Brant Pitre di YouTube, silakan klik tautan ini

Mataram 2 Oktober 2019,
Aendydasaint.com