Panggilan Para Murid Yesus

  • Mendapat panggilan dari orang lain dapat menjadi pengalaman yang biasa-biasa saja, tetapi juga dapat menjadi pengalaman yang istimewa bagi kita, tergantung dari siapa yang memanggil. Kalau yang memanggil adalah tokoh-tokoh ternama, orang-orang yang memiliki pengaruh, memiliki kewibawaan, dan bukan orang yang biasa, maka pengalaman panggilan itu akan menjadi pengalaman yang istimewa dan luar biasa. Tetapi jika panggilan itu datangnya dari orang biasa maka juga akan menjadi pengalaman yang biasa dan kurang memberi kesan yang mendalam dalam hati.
  • Demikian pula dalam menanggapi panggilan, dapat memunculkan berbagai ragam sikap; ada yang langsung menanggapi, ada yang bersikap acuh bahkan ada yang secara tegas menolak panggilan tersebut. Kisah para murid Yesus dapat menjadi bahan refleksi bagi kita dalam menanggapi panggilan Yesus.
  • Injil Matius 4:18-22 menceritakan ketika Yesus sedang berjalan menyusur Danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
  • Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
  • Injil Lukas 5:27-32, menceritakan panggilan Lewi pemungut cukai. Ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”
  • Kalau kita mencermati kisah panggilan murid Yesus dari kedua kutipan Injil tersebut, maka kita akan menemukan beberapa hal yang penting:
  1. Pertama, panggilan selalu diawali dari Yesus, Yesuslah yang mengambil inisiatif yang pertama.
  2. Kedua, ketika Yesus memanggil mereka, serta merta mereka menanggapinya secara spontan, tidak ada sedikit pun keraguan dalam menanggapi panggilan Yesus. Tanpa berpikir panjang mereka segera meninggalkan pekerjaannya bahkan keluarganya untuk segera mengikuti Yesus.
  3. Ketiga, mereka yang dipanggil oleh Yesus bukan orang-orang kaya dan mapan kehidupannya, bukan para pejabat atau penguasa, melainkan para nelayan, orang yang hidupnya sederhana bahkan cenderung kekurangan dan orang-orang yang dianggap berdosa.
  4. Keempat, ketika mereka mendapat panggilan Yesus, mereka rela meninggalkan segala-galanya, pekerjaan bahkan keluarganya. Mereka mengikuti Yesus tanpa bertanya-tanya, tanpa meminta jaminan lebih dahulu. Mereka begitu mempercayai Yesus. Ini merupakan peristiwa yang sangat luar biasa, karena sebelumnya mereka tidak mengenal siapa Yesus.
  • Ketika memanggil murid-murid-Nya memang Yesus tidak menentukan syarat apapun. Tetapi dalam berbagai pengajaran-Nya, Yesus menyampaikan beberapa persyaratan itu. “Setiap orang yang mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku” (lih. Mat 16:24-26).
  • Orang yang mau mengikuti Yesus harus mengambil sikap yang mantap, tidak terlalu banyak pertimbangan, tidak terikat dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang menjadi tugasnya selama ini.
  • Mereka juga harus berani melepaskan keterikatan dengan keluarga. Keluarga memang penting, tetapi jangan sampai kecintaan pada keluarga menjadi penghalang untuk bersikap terbuka pada sesama yang lain (lih. Luk 9:57-62).

Ringkasan Buku Guru Kelas 8 SMP K13

Mau mendengar inspirasi renungan harian dengan pendekatan pribadi?
Kunjungi dan subscribe kanal YouTube Risalah Immanuel
Upload setiap hari jam 6 sore!