PENDAHULUAN
Kita sering mendengar tentang malaikat. Bahkan mungkin kita telah mempunyai persepsi sendiri tentang apa atau siapa malaikat itu. Pendengaran dan daya nalar kita memang selalu membantu kita membangun tanggapan mengenai sesuatu. Pikiran mengenai eksistensi malaikat hanyalah salah satu kesan dalam memori kita yang bahkan mungkin tidak lagi menjadi ingatan yang menarik. Sejak kecil kita telah dijejali oleh begitu banyak versi cerita tentang malaikat. Sejak kecil dan bahkan mungkin sampai saat ini kita masih saja mendengar berbagai gambaran tentang malaikat tanpa tahu pasti apa atu siapa sebenarnya malaikat itu.
“Beberapa orang berpendapat bahwa malaikat itu hanyalah khayalan rohani. Beberapa orang berpendapat bahwa mereka hanya makhluk surgawi dengan sayap yang indah. Bahkan sebagian lagi membayangkan mereka seperti wanita banci” (Billy Graham, Malaikat agen rahasia Allah, 27-28). Semua pendapat itu tentu tidak mudah untuk disalahkan ataupun dibenarkan. Pendapat-pendapat itu lebih cenderung untuk menjawab kerinduan kita akan jawaban-jawaban dari pertanyaan umum mengenai malaikat daripada menjelaskan secara pasti tentang malaikat. Gambaran-gambaran itu tentu hanyalah perwakilan dari sekian gambaran yang ada.
Mencoba untuk menguak misteri tentang malaikat hanya dari perkiraan-perkiraan dan daya olah nalar yang spekulatif tentu tidak memadai. Pembicaraan yang panjang lebar tanpa patokan yang jelas bahkan dapat menghantar kita pada keburaman dan bukan pada kejernihan pemahaman. Untuk itu, dalam paper ini Kitab Suci akan menjadi patokan sentral sehingga kita sedapat mungkin tidak terjebak dalam pergulatan spekulatif yang tidak jelas juntrungannya. Kitab Suci yang secara teologis berarti tulisan-tulisan yang diilhami oleh Allah (Bdk. Gerald O’Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus teologi, 145.) akan membantu kita mencari penjelasan tentang apa atau siapa sesungguhnya malaikat itu. Dengan demikian, paper ini menggunakan metode kepustakaan.
1. Pemahaman Tentang Malaikat dalam Perjanjian Lama
Kitab Suci Perjanjian Lama menampilkan cukup banyak teks yang berhubungan dengan malaikat. Teks-teks itu tentu saja mewakili pemahaman Perjanjian Lama tentang malaikat. Secara umum ada tiga pemahaman pokok Perjanjian Lama tentang malaikat yaitu malaikat sebagai utusan, sebagai makhluk surgawi, dan bagaimana penampilan fisik malaikat itu.
1.1. Malaikat Sebagai Utusan
Kitab suci Perjanjian Lama merupakan tulisan-tulisan yang diterima oleh orang-orang Yahudi dan Kristiani sebagai yang diilhami dan termasuk dalam kanon. Tulisan-tulisan itu banyak memuat kisah tentang malaikat. Kitab Suci Perjanjian Lama (septuaginta) menggunakan kata Yunani angelos untuk menterjemahkan kata malaikat dari bahasa Ibrani mal’ak yang berarti utusan atau kurir. Jadi kata malaikat pertama-tama menunjuk pada makna utusan. Dalam pengertian atau konteks Kitab Suci, utusan yang dimaksud tentu bukan sembarang utusan melainkan utusan Allah sendiri.
Di dalam kisah-kisah yang berbau patriarkhal dan monarkis yang mewarnai kitab suci Perjanjian Lama, fungsi-fungsi dasar para utusan ialah menyampaikan pesan Allah kepada manusia, mengalamatkan akan terjadinya peristiwa–peristiwa luar biasa dan untuk melindungi orang beriman baik sebagai individu maupun kelompok. Selain itu , para utusan dalam kisah-kisah seperti itu juga bertugas untuk menjadi alat dari kemurkaan ilahi terhadap para pendosa dan pembangkang yang ada di dalam bangsa Israel sendiri. Malaikatlah yang menyampaikan pesan Allah kepada Abraham agar jangan mengorbankan Isak (bdk. Kej 22:11), yang mengalamatkan kelahiran
Ismael (bdk. Kej 16:11), yang memberi Elia makan di padang gurun (bdk. I Raj 19:5), dan yang melindungi seluruh umat Allah dalam jalan hidup mereka (bdk. Mzm 91:11).
1.2. Malaikat Sebagai Makhluk Surgawi
Selain sebagai utusan malaikat juga dikenal sebagai makhluk surgawi. Disamping paham tentang utusan-utusan, orang Ibrani juga mengenal suatu kelas yang lebih luas dari makhluk-makhluk surgawi yang memiliki kesamaan sifat yang mendasar itu. Semuanya dihadirkan secara sporadis dalam bagian-bagian awal Kitab Suci Perjanjian Lama dan acap kali kiasan-kiasan dikenakan pada mereka meskipun hanya dalam keangkuhan artistik semata-mata, yang terdapat dalam buku-buku puisi. Malaikat-malaikat itu secara luas dikenal sebagai “putera-putera Allah” yaitu makhluk-makhluk surgawi (bdk.Kej 6:2), “yang kudus” (bdk. Mzm 89:5-7), dan “putera-putera dari Yang Mahatinggi” (bdk. Mzm 82:6).
1.3. Penampilan Fisik Malaikat
Sebagai utusan, malaikat muncul kepada manusia dalam rupa manusiawi. Abraham menjamu mereka sebagai tamu tanpa khawatir akan identitas mereka (bdk. Kej 18). Di Yeriko Yosua melihat panglima tentara Allah, malaikat yang menyamar sebagai seorang manusia yang memegang pedang terhunus (bdk.Yos 5:13-14). Sementara itu Manoah, ayah Samson, baru kemudian menyadari bahwa pengunjungnya ialah seorang malaikat setelah ia menghilang dalam nyala api pengorbanan (bdk. Hak 13:20-21). Malaikat itu memiliki kebaikan dan ketampanan yang luar biasa (bdk. I Sam 29:9; II Sam 14:17) dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi di bumi (bdk. II Sam 14-20). Mereka memakan makanan khusus yang dikenal dengan nama manna (bdk. Mzm 78:24-25).
2. Pemahaman Tentang Malaikat dalam Perjanjian Baru
Sebagaimana Perjanjian Lama, Perjanjian Baru pun memiliki teks-teks yang berhubungan dengan malaikat. Teks-teks itu pulalah yang menampilkan pemahaman Perjanjian Baru tentang malaikat. Pemahaman Perjanjian Baru tentang malaikat itu berkutat sekitar pemahaman mengenai malaikat sebagai utusan, mengenai penampilan fisik dan juga mengenai tempat mereka.
2.1. Malaikat Sebagai Utusan
Secara umum Perjanjian Baru tidak menambahkan apa-apa pada konsep tradisional tentang malaikat, dan dalam beberapa hal bahkan kurang imajinatif. Dalam Perjanjian Baru malaikat juga muncul sebagai pengabar dan pengalamat peristiwa. Hal itu dapat kita lihat pada peristiwa pengabaran kelahiran Yohanes Pembaptis oleh malaikat Gabriel (bdk.Luk 1:-20) dan juga pada peristiwa pemberitahuan para malaikat kepada para gembala bahwa Yesus telah lahir (bdk. Luk 2:8-14). Selain sebagai pengabar, malaikat juga sekaligus menjadi pemberi pertolongan pada saat-saat krisis. Hal itu dapat kita lihat pada peristiwa peringatan malaikat kepada Yosef agar membawa Maria dan bayi Yesus ke Mesir (bdk. Mat 2:13) dan pada saat malaikat menguatkan Yesus di Bukit Zaitun (bdk. Luk 22:43).
2.2. Penampilan Fisik Malaikat
Selain gambaran-gambaran mengenai tugas-tugas dan tanggungjawabnya, dalam Perjanjian baru juga dilukiskan tentang penampilan fisik para malaikat. Secara fisik, kadang-kadang malaikat digambarkan memakai jubah putih (bdk. Mat 28:3; Why 15:6). Hal itu mungkin berkaitan dengan paham bahwa warna putih itu mencerminkan kesucian. Tidak hanya sebatas itu, para malaikat bahkan digambarkan sebagai makhluk yang bermandikan cahaya (bdk. Mat 28:3; Luk. 2:9; Why 18:1). Malaikat dipercaya sebagai makhluk spiritual ciptaan Allah yang memiliki kelebihan dalam hal sifat dibandingkan dengan manusia. Paham itu menghadirkan penggambaran malaikat sebagai “yang bermandikan cahaya” sebab mereka adalah makhluk superior ciptaan Allah yang tidak memiliki sisi gelap.
2.3. Tempat Malaikat
Secara cukup jelas Perjanjian Baru juga menyiratkan kedudukan para malaikat. Sebagai makhluk surgawi yang diciptakan Allah, para malaikat sudah barang tentu mendapat tempat yang tidak jauh dari Allah. Hal itu berhubungan juga dengan tugas dan tanggungjawab malaikat itu sendiri. Para malaikat mengelilingi takhta Allah di surga sambil mengidungkan kemuliaanNya (bdk. Luk 2:13; Why 4:9). Dengan demikian, para malaikat berdiam di surga sebagai pelayan Allah.
KESIMPULAN
Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyediakan banyak teks tentang malaikat kepada kita. Sebagai orang kristiani, yaitu orang-orang yang menggunakan Kitab Suci itu, seharusnya kita tidak bingung lagi mengenai fenomena malaikat itu. Walaupun ada begitu banyak cerita, banyak versi penafsiran tentangnya, Kitab Suci telah secara gamblang menjelaskan kepada kita siapa atau apa sesungguhnya malaikat itu.
Setelah membaca teks-teks Kitab Suci yang berhubungan dengan malaikat baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kita kini telah mengetahui apa atau siapa sesungguhnya malaikat itu. Kitab Suci mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar kita tentang apa atau siapa malaikat itu. Dari kitab suci kita telah mengetahui bahwa sesungguhnya malaikat itu ialah makhluk surgawi yang diciptakan oleh Allah sendiri. Mereka adalah makhluk-makhluk kudus yang kerap juga disebut putera-putera Allah. Menjadi utusan, pengabar, dan pemberi pertolongan dalam konteks melakukan kehendak Allah adalah tugas mereka. Para malaikat itu digambarkan sebagai makhluk yang memiliki kebaikan dan ketampanan yang luar biasa, yang muncul kepada manusia dalam rupa manusiawi, yang berjubah putih, bermandikan cahaya, dan mengelilingi takhta Allah di surga sambil mengidungkan kemuliaan-Nya.