Keluhuran Martabat Manusia

  • Kaum beriman maupun tak beriman hampir sependapat bahwa segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan puncaknya.
  • Apakah manusia itu? Di masa silam dan sekarang pun ia mengemukakan banyak pandangan tentang dirinya, pendapat-pendapat yang beraneka pun juga bertentangan: seringkali ia menyanjung-nyanjung dirinya sebagai tolok ukur yang mutlak, atau merendahkan diri hingga putus asa, maka ia serba bimbang dan gelisah.
  • Adapun Kitab Suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan “menurut gambar Allah”; ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya. Oleh Allah manusia ditetapkan sebagai tuan atas semua makhluk di dunia ini, untuk menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah. “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7). Dan Tuhan menciptakan manusia tidak seorang diri, Ia memberikan penolong yang sepadan dengan dia. Dan Tuhan melihat semua itu sungguh amat baik.
  • Keluhuran martabat manusia ini perlu dihargai oleh diri manusia sendiri. Penghargaan ini bukan hanya oleh orang lain terhadap diri kita tetapi juga oleh diri kita sendiri. Di dalam kehidupan sehari-hari, ketika seseorang menerima kita apa adanya, kita merasa bahagia. Kita bahagia sebab kita semua memang ingin diterima dan dihargai. Kita akan menjadi kecewa apabila ada orang yang merendahkan diri kita dan menganggap kita seolah-olah tak berharga atau bahkan tak ada. Sikap menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya merupakan sikap menghormati martabat luhur manusia. Namun demikian, kenyataannya masih ada orang yang kurang peduli terhadap nilai luhur hidup manusia, dengan melakukan suatu tindakan yang menunjukkan perendahan terhadap martabat hidup manusia.

Pandangan Masyarakat tentang Keluhuran Martabat Manusia

  • Dari pengalaman hidup sehari-hari, kita dapat mengetahui berbagai bentuk ukuran pandangan masyarakat tentang keluhuran martabat manusia. Ada kecenderungan dalam masyarakat untuk menilai keluhuran martabat seseorang dari hal-hal sebagai berikut:
    a) Ada sebagian masyarakat menilai seseorang dari kekayaan atau harta yang dimilikinya. Orang yang memiliki kekayaan yang berlimpah dan banyak memberi bantuan kepada masyarakat, pada umumnya mereka akan dihormati atau dihargai. Sedangkan mereka yang miskin, yang hidupnya kekurangan dipandang sebelah mata, keberadaannya kurang dihargai bahkan kehadirannya dianggap mengganggu kenyamanan masyarakat.
    b) Ada sebagian masyarakat yang menghargai seseorang dari kedudukan atau jabatan yang dimilikinya. Semakin tinggi kedudukan atau jabatan yang dimiliki seseorang akan semakin terpandang keberadaannya di tengah masyarakat. Perhatikan saja ketika seorang pejabat tinggi berkunjung ke suatu daerah, banyak orang yang berebut hanya sekedar untuk berjabat tangan. Masyarakat akan menghormati mereka yang memiliki kedudukan seperti camat, lurah, atau misalnya dalam suatu perusahaan seorang direktur akan diberi penghormatan yang lebih dibandingkan dengan petugas kebersihan. Mereka akan menghargai seseorang bukan karena dia sebagai pribadi manusia tetapi berdasarkan apa dan siapa orang tersebut.
    c) Sebagian lagi berpandangan, nilai seseorang ditentukan oleh penampilannya. Maka tidak mengherankan kalau sebagian orang berusaha untuk mempercantik penampilannya dengan berbagai macam cara, seperti dengan operasi plastik atau suntik silicon agar penampilannya semakin menarik dan keberadaannya semakin mendapat pengakuan masyarakat. Bagi mereka penampilan fisik menjadi status simbol keberadaan mereka. Mobil mewah, baju yang mahal, dan segala aksesoris yang menempel di badan dianggap sebagai bagian yang harus diperjuangkan untuk menunjang penampilan mereka sehingga mereka merasa lebih dari pada orang lain dan masyarakat pun akan lebih menghargai orang-orang yang memiliki penampilan seperti itu. Mereka yang berpenampilan sederhana akan dianggap biasa-biasa saja, kurang mendapat penghargaan yang semestinya, padahal belum tentu mereka yang berpenampilan sederhana dan apa adanya lebih rendah. Perhatikan para koruptor yang berpenampilan serba mewah ternyata mereka adalah para perampok uang rakyat dan negara. Apakah mereka masih pantas disebut tokoh yang menjunjung tinggi martabat manusia?
  • Selain hal tersebut kalau kita perhatikan dalam hidup sehari-hari, masih banyak contoh perilaku yang merendahkan martabat manusia, misalnya:
    a. Bertindak semena-mena terhadap teman di sekolah karena tidak menuruti keinginan kita.
    b. Merasa diri paling hebat, dan menganggap orang lain lebih rendah.
    c. Memperlakukan pembantu di rumah seperti budak, tenaganya diperas dan diberi upah yang tidak wajar, kalau salah dibentak-bentak bahkan tidak jarang mereka dilukai secara fisik

Contoh yang lainnya seperti penculikan, penjualan manusia, pemerkosaan, dan sebagainya. Sikap-sikap dan tindakan-tindakan tersebut sama sekali tidak menghargai hidup manusia. Manusia tidak diperlakukan sebagai manusia, melainkan menjadi alat untuk kepentingan lain. ”Puncak” perendahan nilai luhur hidup manusia terjadi melalui praktik pembunuhan, aborsi, bunuh diri atau juga euthanasia. Tindakan-tindakan ini bahkan bukan hanya tidak menghargai nilai luhur hidup manusia, melainkan merampasnya.

Pandangan Kristiani tentang Keluhuran Martabat Manusia

  • Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang memiliki martabat yang paling luhur dibandingkan ciptaan lainnya. Kepada manusia, Allah memberikan akal budi, hati nurani dan kehendak bebas, serta kemampuan untuk mengenal Sang Pencipta. Sejak semula Allah menciptakan manusia baik adanya (Kejadian 1: 26-27). Setiap manusia sungguh berharga di hadapan Allah. Hanya manusialah yang memiliki martabat seperti ini.
  • Oleh karena itu, setiap orang harus memperlakukan orang lain sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (memanusiakan manusia). Tidak ada orang yang akan merasa senang jika martabatnya direndahkan. Pada dasarnya, setiap orang ingin diakui keberadaannya sebagai sesama manusia.
  • Nilai dasar manusia terletak pada martabatnya sebagai manusia. Menjadi jelas bagi kita bahwa iman Kristiani mengakui keluhuran martabat manusia. Manusia adalah citra Allah yang mempunyai kedudukan paling luhur di antara segala ciptaan Tuhan lainnya.
  • Keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah terutama karena manusia dikasihi Allah secara khusus, bahkan “hampir sama seperti Allah”. Maka setiap orang yang meluhurkan martabat dirinya dan sesamanya, sama artinya dengan meluhurkan Allah sendiri sebagai Penciptanya.
  • Selama hidup-Nya, Yesus selalu menjunjung tinggi dan memperjuangkan keluhuran martabat manusia. Beberapa contoh tindakan Yesus yang memperlihatkan usahanya dalam memperjuangkan keluhuran martabat manusia adalah sebagai berikut:
    1. Yesus memilih para rasul-Nya dari kalangan orang-orang pinggiran. Mereka para nelayan dan orang-orang berdosa (seperti pemungut cukai).
    2. Yesus menghargai persembahan dari seorang janda miskin. Dalam masyarakat Yahudi, keberadaan seorang janda tidak dihargai dan cenderung dianggap rendah martabatnya. Tetapi Yesus justru menghargai dan memuji persembahan janda miskin yang memberikan dari kekurangannya.
    3. Yesus dekat dan mau bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa, seperti Zakeus (Luk 19:1-10), Maria Magdalena dan sebagainya. Bagi masyarakat Yahudi, para pendosa harus dikucilkan. Mereka dianggap tidak layak hidup berada di tengah masyarakat.
    4. Yesus membiarkan anak-anak datang kepada-Nya. Ketika para murid mencaci maki para orang tua yang membawa anak-anak untuk mohon berkat kepada Yesus, sikap Yesus justru sebaliknya, Ia mengundang anak-anak itu datang mendekat.
  • Sebagai murid-murid Yesus, dalam hidup sehari-hari kita hendaknya belajar dari Yesus yang selalu berpihak kepada kaum lemah dan miskin. Dalam kisah penyembuhan Bartimeus, Yesus mau mengajarkan kepada kita tentang sikap terhadap sesama yang berbeda status sosialnya. Seorang seperti Bartimeus (Markus 10:46-52) adalah sesama yang patut dihargai dan diperhatikan. Yesus mau menyembuhkan Bartimeus sebagai wujud kepedulian-Nya terhadap sesamanya tanpa memandang perbedaan. Kita dapat belajar dari Yesus bahwa ada banyak “Bartimeus-Bartimeus” lain yang ada di sekitar kita. Mereka adalah kaum lemah, sederhana, tersingkir, miskin, dan sebagainya, yang membutuhkan perhatian atau bantuan dari kita.
  • Demikian juga dalam hidup sehari-hari kita harus mau menerima orang lain apa adanya. Seperti Yesus, Ia mau menerima Zakheus apa adanya dan menghargai dia. Sekalipun oleh masyarakat Zakheus dipandang rendah dan berdosa karena pekerjaannya sebagai pemungut cukai, namun Yesus tetap memperlakukan Zakheus secara manusiawi. Martabat Zakheus tidak direndahkan, tetapi dihargai.

Belajar dari Kisah IY. KASIMO

  • Kasimo adalah seorang menteri di era pemerintahan Presiden Soeharto. Beliau adalah seorang menteri dalam negeri yang terkenal sangat sederhana dan rendah hati. Ada suatu kisah yang dialami oleh IY. Kasimo pada waktu akan meresmikan sebuah desa. Seperti biasa ketika sebuah desa akan menerima tamu kehormatan yaitu seorang menteri, maka desa itu akan sibuk untuk menata desanya dengan lebih baik, menyiapkan upacara penyambutan dan segala macamnya. Panitia sudah merencanakan dengan matang tentang bagaimana nantinya upacara penyambutannya, mulai dari tari-tarian dan kata sambutan serta akan diiringi dengan apa saja, itu semua sudah direncanakan oleh panitia.
  • Sampailah pada hari yang telah dinantikan itu, semua panitia mempersiapkan diri untuk menyambut tamu kehormatan yaitu bapak Menteri Dalam negeri, IY. Kasimo. Mereka memperkirakan bahwa pak Menteri akan datang dengan menggunakan mobil mewah bersama dengan rombongannya yang juga menggunakan mobil. Setelah panitia menunggu cukup lama, mereka belum juga melihat rombongan bapak menteri datang ke desa mereka. Mereka mulai gelisah apabila rombongan bapak menteri terhambat atau terlambat.
  • Mereka begitu serius memperhatikan apakah rombongan mobil Pak Menteri datang, sehingga mereka tidak menyadari ada sebuah delman yang melintas di tempat itu dan turunlah seorang bapak dengan pakaian jawa lengkap dengan blangkonnya dan langsung menuju pada ruang pertemuan. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan bapak yang baru turun tersebut. Akhirnya bapak itu duduk di kursi yang dipersiapkan untuk acara pertemuan itu namun diberitahu oleh panitia kalau tempat itu untuk tamu kehormatan. Bapak itu tidak boleh duduk disitu. Akhirnya sang bapak duduk di kursi yang bagian belakang. Karena acara belum segera dimulai, bertanyalah bapak itu kepada salah satu panitia disitu kapan acaranya dimulai. Panitia tersebut menjawab ”Nanti. Masih menunggu pak menteri.” lalu sang bapak itu berkata, ”Sayalah menteri yang kalian tunggu.” Akhirnya panitia penyambutan menjadi kalang kabut karena orang tua yang berpakaian sederhana itu ternyata adalah bapak menteri yang mereka tunggu. (Sumber: Bintang Nusantara dkk, 2011, Membangun Komunitas Murid Yesus IX, Kanisius, Yogyakarta, hal 87-88.)

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint: