- Sebagai manusia, kita sangat menyadari akan kelemahan kita baik secara fisik maupun secara psikis. Manusia selalu memiliki berbagai keterbatasan. Salah satu keterbatasan kita adalah keterbatasan secara fisik. Kita dapat saja dan mungkin sering mengalami sakit secara fisik.
- Atas berbagai keterbatasan fisik kita tersebut, ada berbagai sikap/perasaan yang dapat muncul pada saat kita mengalami sakit, seperti; merasa bersalah, merasa takut, merasa sendirian, merasa diri menjadi orang yang terbuang, menyalahkan orang lain, merasa ditinggalkan keluarga dan sebagainya.
- Namun demikian ada pula yang tetap menyikapinya secara positif yaitu dengan menyesali perbuatan-perbuatannya yang keliru, banyak berdoa dan berserah diri kepada Tuhan.
- Apapun sikap yang mereka tampakkan pada saat mengalami sakit, dalam ketidak berdayaan seperti itu, mereka sangat membutuhkan pendampingan, penghiburan dan kekuatan baik dari sesama maupun dari Tuhan.
- Orang yang mengalami jatuh sakit, dapat saja diakibatkan oleh karena kesalahan sendiri, kesalahan orang lain ataupun juga karena dampak dari lingkungan/virus yang melanda dirinya.
- Namun demikian dalam Perjanjian Lama dan juga pada jaman Yesus, diyakini oleh orang-orang Yahudi bahwa seseorang yang menderita sakit, bahkan menderita cacat ataupun penderitaan dari lahir, itu semua diakibatkan oleh karena dosa. Sehingga bagi mereka, orang yang sakit itu akan sembuh jika dosanya telah diampuni oleh Tuhan.
- Yesus tampil untuk senantiasa memberikan kabar suka cita bagi semua orang terlebih yang menderita. Demikian pula terhadap orang yang menderita sakit. Berlatarbelakang pemahaman orang Yahudi tersebut, maka Yesus dalam memberikan kesembuhan kepada mereka yang sakit dengan cara memberikan pengampunan atas dosa mereka.
- Sebagai contoh, ketika Yesus menyembuhkan orang yang sakit, Ia mengatakan “dosamu diampuni” maka orang tersebut sembuh dari sakitnya. Yesus datang untuk menyembuhkan manusia secara utuh, jiwa dan raga.
- Gereja sampai saat ini juga senantiasa memperhatikan orang yang sakit, yaitu dengan memberikan pendampingan kepadanya melalui pemberian Sakramen Pengurapan Orang Sakit.
- Sakramen ini diberikan kepada orang beriman yang merasa mulai menghadapi bahaya maut karena sakitnya atau karena lanjut usia atau orang yang menghadapi operasi besar.
- Sakramen ini dapat diterima seseorang lebih dari satu kali. Jika ia telah sembuh setelah menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit ini, maka iapun dapat pula menerima kembali sakramen ini jika suatu saat ia jatuh sakit lagi.
- Dalam menerimakan Sakramen Pengurapan Orang Sakit dapat dilakukan di gereja, di rumah, atau di rumah sakit. Urutan perayaan sakramen ini adalah:
– Jika masih memungkinkan, sangat baik jika pemberian sakramen ini didahului dengan penerimaan Sakramen Tobat,
– Uskup/ Imam meletakkan tangan ke atas orang sakit sambil berdoa bagi si sakit.
– Pengurapan dengan minyak, dan
– Jika memungkinkan juga dapat dilanjutkan dengan penerimaan komuni. - Makna dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit ini antara lain:
a. Menganugerahkan rahmat Roh Kudus yang menjadikan si penderita mempunyai kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan akibat sakitnya.
b. Mengajak si sakit untuk mempersatukan penderitaan yang dialaminya dengan penderitaan Yesus Kristus.
c. Menganugerahkan rahmat Gerejani, keikutsertaan dalam penderitaan dan sengsara Kristus menyucikan dirinya.
d. Menyiapkan orang agar bila akhirnya meninggal, ia layak menghadap Bapa. - Berdasarkan makna dari sakramen pengurapan orang sakit tersebut, dapatlah kita melihat buah-buah dari sakramen pengurapan orang sakit ini yaitu:
1) Mendapatkan kekuatan, ketenangan dan kebesaran hati,
2) Membarui iman, harapan kepada Allah dan menguatkan melawan segala godaan,
3) Bantuan Tuhan dalam kesembuhan dari penyakit penderita, dan
4) Dosanya telah terampuni (Yak 5: 15).
Catatan penting Buku Guru Kelas 8 K13
Mau mendengar renungan harian dengan pendekatan pribadi?
Kunjungi dan subscribe Channel YouTube Risalah Immanuel…
Upload setiap hari jam 6 sore!