Santo Paulus Sang Misionaris Pertama

Pengantar

Paulus dari Tarsus (awalnya Saulus dari Tarsus) atau Rasul Paulus, (3 Masehi–67 Masehi) diakui sebagai tokoh penting dalam merumuskan ajaran Yesus. Paulus digambarkan dalam Perjanjian Baru sebagai orang Yahudi dari suku Benyamin, yang berkebudayaan Yunani (helenis) dan warga Roma dari Tarsus (sekarang Turki). Mulanya ia seorang penganiaya orang Kristen (saat itu ia bernama Saulus), dan sesudah pengalamannya berjumpa Yesus di jalan menuju kota Damaskus, ia berubah menjadi seorang pengikut Yesus Kristus (Kis. 9).

Paulus menyebut dirinya sebagai “rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi” (Roma 11:13). Dia membuat usaha yang luar biasa melalui surat-suratnya kepada komunitas non-Yahudi untuk menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus adalah untuk semua orang, bukan hanya orang Yahudi. Gagasan Paulus ini menimbulkan pertikaian antara dirinya dengan murid-murid Yesus, terutama dengan Yakobus dan umat Kristen-Yahudi awal, yang percaya bahwa untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang yang bukan Yahudi haruslah pertama-tama menjadi Yahudi terlebih dulu (lih. Gal. 2:11-14). Untuk menyelesaikan konflik ini, diadakanlah persidangan di Yerusalem (Kis. 15), yang disebut sebagai Sidang Sinode atau Konsili Gereja yang pertama.

Konsili ini menghasilkan beberapa keputusan penting:

1. Untuk menikmati karya penyelamatan Yesus, orang tidak harus menjadi Yahudi terlebih dahulu

2. Orang-orang Kristen yang bukan berasal dari latar belakang Yahudi tidak diwajibkan mengikuti tradisi dan pantangan Yahudi (mis. perihal tentang sunat dan memakan makanan yang diharamkan).

3. Paulus mendapat mandat untuk memberitakan Injil ke daerah-daerah berbahasa Yunani.

Pertobatan

Sebelum bertobat Paulus dikenal sebagai penganiaya Jemaat Perdana. Ia adalah seorang Farisi yang sangat taat kepada Hukum Taurat (Filipi 3:5). Kisah Para Rasul juga mengutip perkataan Paulus yang menyebut bahwa ia “adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi” (KisahParaRasul 23:6).

Pertobatan Paulus dapat diperkirakan pada tahun 33-36 dengan mengacu pada salah satu suratnya. Menurut Kisah Para Rasul, pertobatannya (atau metanoia) terjadi di jalan menuju Damaskus di mana ia mengalami “pertemuan” dengan Yesus, yang kemudian menyebabkan ia menjadi buta untuk sementara (Kisah Para Rasul 9:1-31, 22:1-22, 26:9-24)

Surat-surat Paulus

Surat-surat Paulus bukan hanya menjadi alat komunikasi antara dirinya dengan komunitas-komunitas Kristen perdana, melainkan juga sebagai uraian teologisnya. Menurut para ahli Perjanjian Baru, yang tergolong dalam surat-surat Paulus adalah:

Surat Galatia

Surat 1 dan 2 Korintus

Surat Efesus

Surat Filipi

Surat Kolose

Surat Filemon

Surat 1 dan 2 Tesalonika

Surat Roma

Beberapa surat lainnya seringkali dipercayai berasal dari Paulus juga, seperti Surat 1 dan 2 Timotius dan Surat Titus, namun para ahli Perjanjian Baru juga menduga surat-surat itu ditulis oleh orang lain, kemungkinan adalah para pengikut Paulus.

Perjalanan misi pertama

Penulis Kisah Para Rasul menyusun perjalanan Paulus menjadi tiga perjalanan terpisah. Perjalanan pertama, (Kis. 13-14) awalnya dipimpin oleh Barnabas, yang mengambil Paulus dari Antiokhia menuju Siprus kemudian Asia Kecil (Anatolia) selatan, dan kembali ke Antiokhia. Di Siprus, Paulus memarahi dan membutakan mata Elimas si penyihir (Kis. 13:8-12) yang mengkritik ajaran-ajaran mereka. Dari titik ini, Paulus digambarkan sebagai pemimpin kelompok. Antiokhia dilayani sebagai pusat kekristenan utama dari penginjilan Paulus.

Perjalanan misi kedua

Dalam perjalanan misi kedua, Paulus ditemani oleh Silas. Mereka berangkat dari Antiokhia, menuju Syria dan Kilikia, dan tiba di selatan Galatia. Di Listra, Timotius bergabung dengan mereka. Mereka menyeberangi daerah Frigia dan perbatasan Misia. Lalu mereka bergabung dengan Lukas di Troas. Dia memutuskan untuk pergi ke Eropa, dan di Makedonia ia mendirikan komunitas Kristen pertama Eropa: Jemaat Filipi. Juga di Tesalonika, Berea, Athena dan Korintus. Dia tinggal selama 1,5 tahun di Korintus, di rumah sepasang suami-isteri, Akwila dan Priskila (Kisah Para Rasul 18:11). Pada musim dingin tahun 51, ia menulis surat pertama kepada Jemaat Tesalonika, dokumen tertua dari Perjanjian Baru. Tahun berikutnya ia kembali ke Antiokhia.

Perjalanan misi ketiga

Setelah tinggal di Antiokhia beberapa saat, Paulus pergi ke Galatia dan Frigia untuk mendukung Gereja-gereja yang telah ia dirikan pada perjalanan sebelumnya (KisahParaRasul 18:23). Kemudian ia berkeliling pada wilayah barat Bitinia dan tiba di Efesus dengan perjalanan darat. Di Efesus ia menulis surat pertamanya kepada orang-orang Korintus pada tahun 54 dan surat kedua pada akhir tahun 57.

Setelah tiga tahun di Efesus, Paulus kemudian mengunjungi Asia Kecil dan Yunani. Kemudian mendahului Lukas, ia berlayar ke Troas, disertai beberapa murid-muridnya (Kisah Para Rasul 20:4), disebabkan karena rencana pembunuhan terhadap dirinya oleh orang-orang Yahudi. Dan akhirnya ia kembali ke Yerusalem dan bertemu dengan Yakobus di sana.

Kematian

Alkitab tidak mengatakan bagaimana dan kapan Paulus meninggal. Namun menurut tradisi Kristen, Paulus dipenggal di Roma pada masa pemerintahan Nero pada sekitar pertengahan 60-an di Tre Fontane Abbey.

Pada bulan Juni 2009, Paus Benediktus mengumumkan hasil penggalian makam Paulus di Basilika Santo Paulus di Luar Tembok. Sarkofagus itu sendiri tidak terbuka, namun diuji dengan upaya penyelidikan. Dan itu menunjukkan potongan-potongan kemenyan, kain ungu dan kain biru serta fragmen tulang kecil. Tulang itu bertanggal radiokarbon abad ke-1 hingga ke-2. Menurut Vatikan, ini tampaknya mengkonfirmasi tradisi makam milik Paulus.

Disarikan dari http://id.wikipedia.org/wiki/Paulus_dari_Tarsus