Beriman Kristiani – Ringkasan

  • Umat Kristiani menghayati karya penyelamatan Allah yang paling nyata tampak dalam diri Yesus Kristus.
  • Setelah berulang kali dan dengan pelbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para nabi, “akhirnya pada zaman sekarang Ia bersabda kepada kita dalam Putera” (Ibr 1:1-2). Sebab Ia mengutus Putera-Nya, yakni Sabda kekal, yang menyinari semua orang, supaya tinggal di tengah umat manusia dan menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam (lih. Yoh 1:1-18).
  • Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai manusia kepada manusia, “menyampaikan sabda Allah” (lih. Yoh 3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan Bapa kepada-Nya (lih. Yoh 5:36, 17:4). 
  • Oleh karena itu barang siapa melihat Dia, melihat Bapa juga (lih. Yoh 14: 9).
  • Maka bagi umat Kristiani Yesus Kristus menjadi Tanda Agung Pewahyuan Allah.
  • Dalam dan melalui Yesus, Allah memperkenalkan diri secara paling sempurna. Dalam diri Yesus Allah yang tidak kelihatan menjadi nyata. Ia tidak hanya mengajarkan Allah yang mengasihi, melainkan Ia sendiri mengasihi.
  • Janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia terlaksana secara penuh dan nyata dalam diri Yesus Kristus. Ia adalah “Imanuel, yang berarti: Allah beserta kita” (Mat.1:23).
  • Untuk seorang Kristen, iman akan Allah berhubungan erat dengan iman akan Dia, yang diutus-Nya, “Putera- Nya terkasih”, yang berkenan kepada-Nya (Mrk 1:11) dan Dia yang harus kita dengarkan.
  • Kita dapat percaya kepada Yesus Kristus karena Ia sendiri Allah, Sabda yang menjadi manusia: “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yoh 1:18). Karena Ia sudah “melihat Bapa” (Yoh 6:46), Ia adalah satu-satunya yang mengenal Bapa dan dapat mewahyukan-Nya (Katekismus Gereja Katolik art.151).
  • Maka menjadi tugas Gereja untuk meneruskan karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus.
  • Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Mahatinggi (lih. 2 Kor 1:30; 3:16-4:6), memerintahkan kepada para Rasul supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para Nabi dan dipenuhi serta dimaklumkan oleh-Nya, disampaikan kepada semua orang sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan.
  • Secara singkat iman Kristiani dirumuskan dalam Syahadat/Credo atau Pengakuan Iman. Dalam Credo terungkaplah iman Gereja akan Tritunggal Maha Kudus.
  • Kunci pemahaman akan Tritunggal terletak pada iman bahwa Allah sejak semula berkeinginan menyelamatkan manusia, dan tindakan penyelamatan itu paling nyata dalam diri Yesus Kristus. Namun tidak berhenti disitu, sebab setelah Yesus Kristus wafat dan bangkit serta naik ke surga, Allah tetap bekerja menyelamatkan manusia berkat Roh Kudus yang dicurahkan pada setiap orang.
  • Maka, orang beriman Kristiani sejati adalah orang yang hidup dan tindakannya diwarnai dan dimotivasi oleh iman Kristianinya, dan bukan sekedar oleh alasan keagamaan yang cenderung lahiriah.
  • Hidup beriman Kristiani meliputi beberapa aspek, yaitu:
    1. Pengalaman religius yang merupakan pengalaman dimana manusia sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus dan karena pengalaman itu manusia sampai pada kemauan bebas untuk menyerahkan diri kepada kristus.
    2.
    Aspek kedua adalah penyerahan iman yang merupakan jawaban atas wahyu Allah yang telah berkarya. Penyerahan iman ini merupakan wujud tindakan yang sesuai ajaran-Nya dalam Mat 7: 21 “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga.”
    3. Aspek pengetahuan iman menuntut seorang umat Kristiani untuk terus menerus dan semakin mampu mempertanggungjawabkan imannya.
  • Dalam hal ketaatan iman, kita dapat meneladani iman yang ditunjukkan para nabi, santo-santa dan tokoh-tokoh suci, misalnya:
    1. Dalam Perjanjian Lama kita mengenal Abraham; “Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui” (Ibr 11:8). Karena beriman, maka Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri yang dijanjikan Allah kepadanya. Karena beriman, maka Sara mengandung seorang putera yang dijanjikan. Karena beriman, maka Abraham rela mempersembahkan puteranya yang tunggal sebagai kurban (Allah pada akhirnya tidak membiarkannya mengorbankan Ishak, dan menunjukkan seekor domba sebagai ganti kurban itu. Allah telah melihat iman Abraham).
    2.
    Dalam Perjanjian Baru kita mengenal Maria. Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah “tidak ada yang mustahil” (Luk 1:37), maka ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: “Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38).
  • Dari contoh tersebut menjadi sangat jelas bagi kita, usaha mewujudkan iman dalam hidup sehari-hari membutuhkan keteguhan hati dan sikap penyerahan diri kepada penyelenggaraan Allah.
  • Meskipun iman lebih bersifat personal (merupakan hubungan pribadi dengan Tuhan), namun dalam usaha pengembangan iman perlu adanya kebersamaan dalam jemaat agar iman kita semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam perjumpaan dengan saudara-saudara seiman.
  • Dalam upaya pengembangan iman tentunya tidaklah mudah karena kita juga akan menghadapi berbagai macam tantangan dan hambatan. Tantangan dari dalam misalnya rasa malas, egois dan kebiasaan buruk lainnya. Tantangan dari luar seperti pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh media informasi, lingkungan yang kurang mendukung dan sebagainya.
  • Untuk menghadapi berbagai macam tantangan tersebut maka kita harus memperkokoh iman kita disertai dengan sikap penyerahan diri kepada karya Allah yang menyelamatkan.
  • Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar iman kita semakin berkembang misalnya:
    1) Selalu mengikuti Perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari-hari yang diwajibkan
    2) Melakukan doa pribadi maupun doa bersama dalam keluarga
    3) Terlibat secara aktif dalam kegiatan rohani di lingkungan
    4) Membaca dan menghayati isi Kitab Suci
    5) Mengikuti kegiatan koor, misdinar, atau lektor
    6) Terlibat dalam karya sosial kemasyarakatan
    7) Menerima sakramen tobat

Ringkasan Materi Kelas 9 K13

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Gereja Perdana – Ringkasan

  • Gereja adalah perkumpulan atau persekutuan orang-orang (=umat) yang percaya, beriman pada Kristus dan telah dibaptis. Mereka menjadikan ajaran Tuhan Yesus sebagai tuntunan hidup mereka dan juga mendengarkan dengan tekun pengajaran dari Para Rasul.
  • Gereja perdana adalah sekumpulan orang yang telah percaya kepada Kristus dan dibaptis, yang hidup setelah Tuhan Yesus wafat dan bangkit. Perdana berarti pertama. Jadi mereka ini adalah orang-orang pertama yang percaya pada Tuhan Yesus, merelakan diri untuk dibaptis dan hidup dengan saling memperhatikan satu sama lain karena jumlah mereka belum terlalu banyak. Jadi, yang termasuk Gereja Perdana itu adalah Para Rasul, Bunda Maria, dan semua orang yang percaya pada Tuhan Yesus  dan mau dibaptis setelah kotbah Petrus (setelah Roh Kudus turun atasnya dan semua rasul).
  • Cara hidup jemaat perdana (baca Kis 2:41-47):
    a. Bertekun dalam pengajaran para rasul dan dalam persekutuan
    b. Selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa
    c. Tetap bersatu dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama
    d. Selalu ada dari antara mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
    e. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bati Allah.
  • Solidaritas dalam gereja perdana sangat kuat, mereka saling mewujudkan persaudaraan dengan orang lain.
  • Solidaritas dapat terwujud bila ada kerelaan untuk berkorban serta terlibat dalam penderitaan dan kebutuhan orang lain.

Dikutip dengan penyesuaian dari Buku Rangkuman & Latihan soal Pelajaran Agama Katolik SD Kelas 4-6 oleh Yulita Susi Astuti, S Ag.