Sabda Bahagia

  • Semua orang, baik anak-anak maupun dewasa, pasti menginginkan hidup yang bahagia. Kebahagiaan diartikan sebagai pemenuhan dari semua keinginan hati kita.
  • Jika kita perhatikan, pemenuhan kebahagiaan itu bergeser terus, manusia cenderung menginginkan sesuatu yang ‘lebih’: ingin lebih pandai, lebih sukses, dan lebih baik.
  • Walaupun semua orang ingin bahagia, umumnya orang tidak tahu secara persis kehidupan seperti apa yang dapat menghantar kita ke sana. Akibatnya tiap-tiap orang mengejar hal yang berbeda-beda untuk mencapai kebahagiaan itu. Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa: saya bahagia kalau punya banyak uang, dapat makan yang enak, atau punya pasangan yang keren, atau kedudukan yang tinggi dan pendidikan yang tinggi, kesehatan yang prima, dan penampilan yang OK, dan sebagainya. Pada akhirnya, atas dasar pandangan yang berbeda itupulalah yang mengakibatkan banyak orang juga melakukan berbagai cara yang berbeda-beda untuk menggapai kebahagiaan itu.
  • Dalam Injil Matius 5:1-12, Yesus menawarkan kebahagiaan yang tidak hanya bersifat sementara. Ajaran Yesus itu kita kenal dengan istilah “Delapan Sabda Bahagia”.
  • Dalam ajaran-Nya, Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah…” (Matius 5:3). Harap diingat Yesus tidak berkata “berbagahagialah kamu karena kamu miskin atau kalau kamu mau bahagia silahkan jadi orang miskin”. Yesus memuji bahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, berarti orang tersebut menyadari ketakmampuannya, ketakberdayaannya dan karena itu menyerahkan diri secara total pada kekuatan kuasa Allah. Orang yang dipuji Yesus adalah orang yang tidak terikat dengan harta yang sementara dan tak diperbudak oleh harta yang sementara. Begitulah salah satu bunyi dari sabda bahagia.
  • Melalui sabda bahagia ini Yesus bermaksud menyatakan tiga hal, yaitu:
    (a) Menyiapkan para murid-Nya untuk menghadapi dunia yang orientasi kehidupannya sangat berlainan dengan kehendak Allah,
    (b) Sabda bahagia me ngandung nilai eskatologis (akhirat/ akhir zaman), sebagai syarat masuk surga dan
    (c) Sabda bahagia merupakan hukum baru yang mengatur relasi manusia dengan Tuhan dan sesama yang didasarkan pada kasih.
  • Sabda bahagia mengandung dua aspek yang mengatur kehidupan manusia, yaitu:
    (Pertama) Aspek Iman (Matius 5: 3-6) mengandung pemahaman bahwa yang berbahagia adalah orang yang sepenuhnya menyandarkan hidup kepada Allah. Mereka itu adalah:
    (a) Orang miskin;
    bukan mereka miskin karena tidak memiliki harta benda, melainkan karena tertindas oleh orang kaya dan kuat.
    (b) Orang yang berduka cita;
    mereka mengharapkan penghiburan yang datang dari Allah (Yes 61: 1-3)
    (c) Orang yang lemah lembut;
    orang yang dengan rendah hati menantikan pertolongan dari Tuhan,
    (d) Orang yang lapar dan haus akan kebenaran;
    mereka adalah orang-orang yang rindu dibenarkan oleh Allah (Mazmur 146: 7).
    (Kedua) Aspek Sosial (Matius 5: 7-10); dari sudut sosial orang yang berbahagia menurut Yesus adalah:
    (a) Orang yang murah hati;
    artinya orang yang gemar berbuat kasih kepada sesamanya.
    (b) Orang yang suci hatinya:
    artinya orang yang sadarkan dirinya sebagai warga Kerajaan Allah dan siap melakukan kehendak-Nya.
    (c) Orang yang membawa damai;
    orang yang menciptakan suasana damai dalam masyarakat,
    (d) Orang yang dianiaya karena kebenaran;
    artinya orang yang berjuang demi tegaknya kebenaran.
  • Penjelasan dari isi Sabda Bahagia
    1) Miskin di hadapan Allah (ay. 3):
    maksudnya bahwa mereka adalah orang yang memiliki sikap percaya secara mutlak dan berserah kepada Allah, dan bukan mengandalkan kekuatan hidup atas kekayaan, kekuasaan, prestise, dan sebagainya.
    2) Berduka cita (ay. 4):
    maksudnya di sini adalah orang yang dalam penderitaannya tetap sabar, tetap setia kepada Allah dan tidak mudah putus asa.
    3) Lemah lembut (ay. 5):
    maksud dari orang yang lemah lembut adalah orang yang dengan rendah hati, yang tidak mengumpat dan mengancam orang lain, tidak bereaksi keras bila dihina dan dilukai perasaannya.
    4) Lapar dan haus akan kebenaran (ay. 6):
    maksudnya adalah orang yang lebih mengutamakan kebutuhan rohani demi terwujudnya Kerajaan Allah.
    5) Murah hati (ay. 7):
    maksudnya bahwa orang yang murah hati adalah orang yang mau mengampuni, sebagaimana Allah juga murah hati dan senantiasa mau mengampuni.
    6) Suci hati (ay. 8):
    maksudnya bahwa orang yang suci hatinya adalah orang yang dalam seluruh hidupnya mencintai dan mengabdi dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah tanpa syarat.
    7) Membawa damai (ay. 9):
    maksudnya bahwa orang yang membawa damai adalah orang yang bekerja untuk meningkatkan atau menciptakan kesatuan, kerukunan dan cinta kasih persaudaraan sejati antarmanusia.
    8) Dianiaya oleh sebab kebenaran (ay. 11):
    maksudnya bahwa orang Kristen diajak untuk memperjuangkan kebenaran, sekalipun mereka mendapat berbagai pengaiayaan, selalu setia kepada Kristus sekalipun mereka mendapat berbagai celaan dan pengaiayaan, sebagai bukti bahwa mereka mencintai-Nya.

Catatan Penting Buku Guru Kelas 7 K13

Kerajaan Allah sebagai Pokok Pewartaan Yesus – Ringkasan

  • Dalam Doa Bapa Kami terdapat kata-kata “Datanglah Kerajaan-Mu”. Yang dimaksud Kerajaan-Mu adalah Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga. Apakah yang dimaksud dengan Kerajaan Allah itu?
  • Kata “Kerajaan Allah” bukan berarti daerah kekuasaan Allah. “Kerajaan Allah” berarti Allah sendiri yang tampil sebagai Raja
  • Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel sering menyebut Allah (Yahwe) sebagai Raja. Allah diimani mereka sebagai Raja yang kuat, yang berkuasa, yang berdaulat. Kekuatan, kekuasaan dan kedaulatan Allah itu misalnya dialami oleh bangsa Israel dalam peristiwa penyeberangan Laut Merah (lih. Kel 15:11-13; Ul 3:24; Bil 23:21 dst). Sebagai Raja, Allah adalah Raja yang adil (baca Mzm 146:6-10), yang melindungi orang miskin (lih. Im 25: 35-55). I Raja yang Mulia (Mzm 24: 8,10) Raja yang berkuasa atas seluruh bumi (lih. Mzm 47:8), dan berkuasa untuk selama-lamanya (Mzm 29:10).
  • Dalam bangsa Yahudi pada zaman Yesus,  ditemukan beberapa paham tentang makna Kerajaan Allah, diantaranya adalah sebagai berikut:
    1. Kerajaan Allah yang bersifat Politis
    Kerajaan Allah yang damai dan sejahtera hanya akan terwujud bila Allah tampil sebagai seorang tokoh politik yang dengan gagah berani mampu memimpin bangsa Israel melawan penjajah Romawi dan para penindas rakyat.
    2. Kerajaan Allah yang Bersifat Apokaliptis
    Kelak pada akhir zaman Allah akan menegakkan Kerajaan-Nya dan membebaskan manusia dari segala penderitaan.
    3. Paham Kerajaan Allah yang Bersifat Yuridis-Religius
    Mereka memandang Hukum Taurat sebagai wujud Kekuasaan Allah yang mengatur manusia. Maka mereka yang sekarang taat kepada hukum Taurat sudah menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak melakukan apa yang dituntut dalam hukum Taurat mereka tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Mesias sebagai tokoh agama yang mampu menegakkan hukum Taurat.
  • Ciri khas pewartaan Yesus ialah bahwa kedatangan Allah sebagai Raja Penyelamat dinyatakan akan terjadi dengan segera.
  • Pewartaan Kerajaan adalah pewartaan kerahiman Allah dan karena itu merupakan warta pengharapan. Kerajaan Allah berarti turun tangan Allah untuk menyelamatkan, untuk membebaskan dunia secara total dari kuasa kejahatan (lih. Luk 10:18). Maka sabda Yesus tertuju kepada orang yang menderita (lih. ”Sabda bahagia”: Luk 6:20-23 dsj.). Pewartaan Yesus bukan janji-janji lagi. Dan dalam diri Yesus, Kerajaan Allah telah datang, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Baca Luk 4:14-32).
  • Pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah ditujukan kepada pertobatan manusia. Ia memanggil orang supaya siap siaga menerima Kerajaan Allah bila datang. Dalam hubungan ini mengesanlah betapa ditekankan oleh Yesus sifat “rahmat” Kerajaan: “Bapa memberikan Kerajaan” (Luk 12:32; juga 22:29). Oleh karena itu orang harus menerima Kerajaan “seperti kanak-kanak” (Mrk 10:14 dsj.; lih. juga Luk 6:20 dsj.). Tawaran rahmat itu sekaligus merupakan tuntutan mutlak: “Kamu tidak dapat sekaligus mengabdi kepada Allah dan kepada mamon (uang)” (Mat 6:24).
  • Kerajaan Allah adalah panggilan dan tawaran rahmat Allah, dan manusia harus menerimanya dengan sikap iman yang dinyatakan dalam perbuatan yang baik.
  • Dalam dunia saat ini, kita melihat banyak pembunuhan, pemerkosaan, penindasan, korupsi, perkelahian, dan sebagainya. Ada kesan Allah tidak atau belum memerintah di bumi ini.  Memang kerajaan Allah belum terlaksana dengan sepenuh-penuhnya, tetapi sudah mulai nyata. Sebab melalui Yesus, pemerintahan Allah sudah mulai menerobos masuk ke dalam dunia yang rusak ini. Sejak kedatangan Yesus, lebih-lebih sejak kebangkitan-Nya dari alam maut dan sejak turunnya Roh Kudus atas orang-orang yang percaya kepada-Nya, Allah mulai meraja di bumi ini.
  • Ia mulai meraja dengan sepenuh-penuhnya baru dalam diri Yesus, sebab hanya Dialah yang seluruhnya dirajai Allah. Tetapi mulai dari Yesus, pemerintahan Allah semakin meluas, sebab setiap langkah yang diambil oleh Yesus (kini melalui Gereja- Nya) menawarkan keselamatan kepada mereka yang dijumpai-Nya. Dengan demikian terbukalah jalan bagi pemerintahan Allah di dunia ini, sehingga kita dapat pula melihat daftar peristiwa-peristiwa cerah yang membawa banyak harapan.
  • Untuk dapat menjadi warga Kerajaan Allah kita dapat belajar dari “Sabda Bahagia” yang diwartakan Yesus yaitu dalam hidup sepenuhnya kita harus menyandarkan diri kepada kekuatan Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan. Untuk itu kita harus rela melepaskan raja-raja yang lain, seperti harta dan kehormatan, dan rela pula mempertaruhkan segala-galanya, termasuk diri sendiri, demi Sang Raja.

Ringkasan Buku Guru Kelas 8 K13

Mau mendengarkan renungan harian dengan pendekatan pribadi? Kunjungi dan subscribe channel YouTube Risalah Immanuel. Upload setiap hari jam 6 pagi WITA!