Mengapa Aku Diciptakan?
Pernahkan terbersit dalam pikiranmu, mengapa manusia diciptakan? Atau, pernahkah kalian merasa hampa dan merasa kehadiranmu di dunia ini tidak penting? Atau, adakah perbedaan jika ‘aku ada dan tiada’?
Bahasan tentang “Aku Citra Allah yang Unik” pada bahasan sebelumnya mungkin sedikit membantu kita dalam memahami misteri itu. Mungkin belum cukup. Namun, Alkitab punya banyak bukti bahwa kita semua ini berharga, dikasihi, diperhatikan dan istimewa!
Dari Kitab Kejadian kita tahu bahwa kita ini istimewa. Bagaiman tidak? Allah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya sendiri! Saat Dia menciptakan ciptaan-ciptaan lain hanya dengan berfirman, “Jadilah terang”, “Jadilah cakrawala”, “Hendaklah segala air…”, khusus saat hendak menciptakan manusia, Dia berfirman, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…” Istimewa!
Mau bukti betapa kita berharga, dikasihi dan diperhatikan? Baca kutipan-kutipan berikut:
Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya (Matius 10:30).
Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu–sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya (Zakaria 2:8).
TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku (Mazmur 139:1).
Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku (Mazmur 23:1)
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).
Setelah membaca ayat-ayat di atas, kita tidak perlu ragu lagi tentang betapa kita istimewa dan kasihi Allah. Meskipun begitu, nampaknya itu belum membantu kita memecahkan misteri tentang alasan mengapa kita, manusia, diciptakan.
Untuk membantu kita mendalami pertanyaan besar itu, mari kita baca dulu kutipan Kitab Kejadian berikut ini:
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi” (Kejadian 1:26).
Dari kutipan di atas, khususnya pada frasa “supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan…”, sementara dapat kita simpulkan bahwa Allah menciptakan manusia supaya manusia berkuasa atas ciptaan-ciptaan lainnya. Nah, apa yang dimaksud dengan “berkuasa” ini? Bebas untuk berbuat semaunya atas ciptaan-ciptaan lainnya? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berkuasa berarti mempunyai kuasa (dalam berbagai arti seperti berkesanggupan, berkemampuan, berwenang, berkekuatan). Berkuasa dalam artian manakah manusia atas ciptaan lainnya? Mari kita baca kutipan Kitab Kejadian berikut ini:
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kejadian 2:15).
Nah! Ternyata manusia itu ditempatkan dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Kalau begitu, arti “berkuasa” tadi adalah manusia-lah yang sanggup, mampu/kuat dan berwenang dalam mengusahakan dan memelihara ciptaan-ciptaan lainnya. Dan, berwenang itu tentu sangat berbeda dengan semena-mena!
Lalu, apa tugasku sebagai Citra-Nya?
Dari alasan mengapa kita diciptakan, dapat dengan mudah kita simpulkan apa tugas kita sebagai manusia: mengusahakan dan memelihara ciptaan-Nya. Hanya manusialah, dengan akal budinya, yang sanggup dan berwenang untuk melakukan itu. Manusia mengusahakan alam dan isinya untuk kehidupannya dan di saat yang sama juga harus memeliharanya. Pada mulanya Allah menciptakan segala sesuatu itu baik adanya, maka tugas manusialah untuk memelihara itu supaya tetap baik adanya.
Lalu, sebagai Citra Allah? Tentu kita masih ingat penjelasan tentang foto dalam pembahasan sebelumnya. “Tugas” dari foto itu adalah untuk menggambarkan secara tepat apapun yang digambarkannya. Begitupun manusia. Karena manusia adalah gambar atau citra Allah, maka tugas manusia adalah untuk menggambarkan tentang Allah. Caranya? Ya seluruh hidupnya harus mencerminkan Allah. Karena Allah adalah sumber dari segala kebaikan, maka hidup manusia harus mencerminkan kebaikan. Tuhan Yesus sendiri berpesan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16).
Setiap saat kita melihat sebuah foto seseorang, maka secara otomatis kita mengingat sosok nyata dari foto itu. Begitu juga seharusnya, setiap kali kita melihat seseorang, kita mengingat sosok yang sesungguhnya digambarkan olehnya: Allah sendiri. Dan tantangan-Nya adalah: setiap saat orang lain melihat kita, mereka seharusnya mengingat sosok yang sesungguhnya kita gambarkan: Allah sendiri. Sanggup? Bagaimana caranya? Tentu kata-kata yang manis memang dapat membantu kita mewartakan kebaikan Allah, namun sayangnya, orang akan lebih percaya dengan sikap dan tindakan baik yang kita lakukan.
Teruslah berbuat baik. Sekecil apapun. Berbuat baik tidak semudah niat. Perlu membiasakan diri untuk melakukannya. Seharusnya melakukan kebaikan tidaklah sulit, jika kamu percaya bahwa kamu diciptakan untuk mencerminkan Sang Kebaikan dan telah dilengkapi denga segala sesuatu yang kamu butuhkan untuk berbuat baik. You are loved to love!
01112017
10:42 WITA
aendydasaint.com