Yesus Mewartakan Kerajaan Allah dengan Kata-kata

  • Sebagai makhluk sosial, setiap orang menjalin relasi dengan sesamanya. Untuk dapat menjalin relasi dengan sesama, setiap orang harus mampu membangun kepercayaan, sebagai salah satu syarat di dalam kehidupan bersama serta interaksi dengan sesama.
  • Kepercayaan terhadap orang lain dan sebaliknya, tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan memerlukan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah melalui komunikasi serta kata-kata, di mana orang lain mampu memahami pesan yang hendak kita sampaikan.
  • Melalui kata-kata, seseorang memiliki konsekuensi untuk mampu menunjukkan kebenaran, sikap tanggung jawab dan sikap hatinya. Artinya, melalui kata-kata yang diucapkan, setiap orang akan mempertanggungjawabkan kebenaran.
  • Di dalam pengajaran serta karya-Nya, Yesus menggunakan kata-kata yang berwibawa. Kisah perumpamaan, kata-kata yang meneguhkan, kata-kata yang menyembuhkan, serta kata-kata yang menegur, semuanya Yesus sampaikan untuk meyakinkan para pendengar-Nya terhadap apa yang menjadi kehendak Allah.
  • Salah satu contoh tentang perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus adalah perumpamaan tentang harta terpendam:

    “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu” (Matius 13:44).

  • Perumpamaan adalah perbandingan atau pengandaian; sering digunakan untuk menyederhanakan sesuatu yang agak rumit.  Di sini Tuhan Yesus menggunakan cerita harta yang terpendam sebagai perbandingan atau pengandaian dari Kerajaan Allah. Tuhan Yesus mau mengajarkan bahwa Kerajaan Allah itu adalah ketika seseorang sudah menemukan Allah, dia akan bersukacita, dan melepaskan apapun yang dimilikinya untuk dapat bersama Allah. Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan agar orang yang mendengarkan pengajaran-Nya mudah memahami maksud-Nya.
  • Kata-kata meneguhkan yang Tuhan Yesus sampaikan, salah satunya, adalah Sabda Bahagia (Matius 5:1-12):

    “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga.”

  • Contoh kata-kata yang menyembuhkan dari Tuhan Yesus adalah ketika Dia menyembuhkan orang tuli (Markus 7:34-35):

    “Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: “Efata!”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik.

  • Selain itu, Tuhan Yesus juga mengatakan kata-kata yang menegur seperti saat Dia menegur Petrus yang menghunus pedangnya dan memotong telinga hamba Imam Besar dalam Injil Matius 26:52-54:

    “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?”

  • Tuhan Yesus menegur Petrus karena Petrus tidak sanggup melihat kehendak Allah dalam peristiwa itu.
  • Para pendengar percaya terhadap kata-kata Yesus, karena kata-kata serta ajaran yang Yesus sampaikan, menunjukkan kebenaran, efektif dan berdaya. Kata-kata Yesus mampu menyembuhkan, menguatkan, meneguhkan dan meyakinkan para pendengar-Nya.
  • Injil Matius 7:29 menegaskan bahwa Tuhan Yesus mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat!
  • Kenyataan di dalam masyarakat, banyak orang menyuarakan kebenaran. Namun tidak sedikit pula, orang menyuarakan kepentingan serta kepalsuan. Kata-kata indah yang disampaikan melalui kampanye, kritikan, komentar serta pernyataan lainnya, kerap tidak dapat dibuktikan. Akibat kata-kata palsu tersebut, banyak pemimpin menjadi tidak berwibawa, serta banyak orang tidak mendapat kepercayaan. Kata-kata yang berisi kebohongan, fitnah dan penghasutan, merusak tatanan kepercayaan, yang merupakan sendi dalam kehidupan bersama.
  • Tuhan Yesus mewartakan Kerajaan Allah dengan kata-kata yang berwibawa. Apa yang Dia katakan adalah kebenaran dan tidak ada kepalsuan di dalamnya. Tuhan Yesus tidak hanya berkata-kata, tetapi membuktikan perkataan-Nya. Selalu ada kesesuaian antara kata dan tindakan!

Catatan penting Buku Guru K13 Kelas 6 dan Catatan tambahan aendydasaint.