Peran Keluarga Bagi Perkembanganku

  • Keluarga pada dasarnya merupakan lingkungan pertama dan utama bagi setiap orang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, segala pengalaman dan kondisi yang terjadi dalam keluarga mempunyai daya pengaruh yang paling kuat bagi pembentukan diri seseorang.
  • Pembentukan diri itu terjadi dalam relasi antaranggota keluarga, antaranak dengan orang tua, antarorang tua, antaranggota keluarga yang lain dan antarkeluarga dengan lingkungan sekitar.
  • Mengingat pentingnya kedudukan keluarga dalam proses pembentukan diri, maka idealnya keluarga menjadi surga, tempat seseorang merasa aman, nyaman, terlindungi dan mendapat pengaruh yang baik. Keluarga idealnya menjadi tempat bagi setiap anggotanya untuk belajar, mengasihi, melayani, dan mengembangkan diri dan mengembangkan iman.
  • Tetapi sayangnya, banyak remaja sekarang mengenal keluarga jauh dari idealisme seperti itu. Keluarga sering dirasakan bagai neraka yang membuat mereka tidak betah dan ingin tinggal di luar.
  • Saat ini kehidupan keluarga-keluarga mengalami perubahan pola hidup yang sangat tajam. Di perkotaan, kondisi keluarga atau rumah sudah mulai bergeser bagaikan losmen atau tempat penginapan.
  • Akibat kesibukan masing-masing anggota keluarga, mereka jarang berkumpul sama-sama, jarang berkomunikasi satu sama lain walaupun mereka tinggal dalam satu rumah dan istirahat dalam rumah yang sama. Orang tua sibuk bekerja, berangkat pagi hari pulang malam hari; demikian juga anak-anak sibuk dengan kegiatan sekolah atau kuliah.
  • Kondisi keluarga di pedesaan juga mengalami perubahan. Demi mencari nafkah sebagian orang tua pergi ke kota atau tempat kerja yang jauh, bahkan ke luar negeri. Ketika ada waktu luang, mereka lebih asyik menonton televisi, atau berkumpul dengan orang lain, dari pada saling berbincang satu sama lain.
  • Yang makin tumbuh dalam keluarga-keluarga sekarang adalah sikap kurang peduli satu sama lain. Anak tidak tahu permasalahan yang dialami orang tuanya, dan sebaliknya orang tua tidak tahu permasalahan anaknya.
  • Banyak orang tua berprinsip: kami harus kerja keras, demi memenuhi kebutuhan anak, mereka harus memahami kami. Sebaliknya anak juga berpinsip: saya tak peduli, yang penting kebutuhan dan keinginan saya terpenuhi.
  • Kurangnya komunikasi dalam keluarga adalah awal kehancuran keluarga itu sendiri. Maka tak heran banyak remaja lebih betah di luar rumah dengan temannya dari pada tinggal di rumah. Bahkan ketika ada masalah, lebih senang mencari penyelesaian orang lain dari pada orang tua atau saudara sendiri.
  • Masing-masing anggota keluarga bertanggung jawab demi membangun keutuhan keluarganya sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing.
  • Keluarga merupakan sekolah pertama. Pengetahuan dan keterampilan dasar pertama-tama diperoleh dari keluarga, khususnya kedua orang tua, dan pula anggota keluarga yang tinggal serumah.
  • Masing-masing anggota keluarga mempunyai peran yang tak tergantikan dalam pembentukan dan perkembangan diri. Ketika berhadapan dengan adik, kamu belajar melindungi, belajar melayani dan belajar membantu. Ketika berhadapan dengan kakak, kamu belajar bersikap hormat, belajar meminta bantuan tatkala tidak mampu. Demikian juga dari orang tua, kamu belajar menyayangi, belajar caranya berkorban demi kebahagiaan orang lain, belajar memberi dan sebagainya.
  • Mengingat penting dan besarnya peranan keluarga bagi perkembangan dirimu, sudah selayaknya bila kamu juga mencintai dan ikut bertanggung jawab terhadap keluargamu.
  • Mencintai keluarga dapat diwujudkan antara lain dengan cara memberi perhatian pada peristiwa-peristiwa khusus atau istimewa dalam keluarga, misalnya memberi ucapaan selamat pada anggota keluarga yang berulang tahun, dan sebagainya.
  • Para bapa bangsa Israel mempunyai pandangan yang sama tentang pentingnya keluarga, baik dalam kaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka, maupun dalam kaitannya dengan kehidupan beriman. Sikap hormat dan tanggung jawab terhadap keluarga, antara lain dapat diwujudkan dalam sikap hormat terhadap orang tua. “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan kepadamu” (lih. Kel 20: 12 dan Ams 4: 1-13, 6: 20-22).
  • Gagasan tersebut masih dipertahankan dalam Perjanjian Baru. Yesus sendiri memperlihatkan sikap hormat dan penghargaan yang luhur kepada kedua orang tua-Nya.
  • Dengan berupaya memperdalam pengetahuan agama di Bait Allah, Ia memperlihatkan keinginan-Nya untuk menjadi anak yang berguna bagi sesama (bandingkan Lukas 2: 41-52).
  • Bahkan, sebelum wafat, Yesus menitipkan Ibu-Nya kepada para murid-Nya (bandingkan Yohanes 19: 26-27).
  • Sikap terhadap orang tua juga dipertegas dalam ajaran Santo Paulus. Ia mengajak setiap orang untuk mendengarkan nasihat dan didikan mereka (bdk. Ef 6: 3).
  • Dokumen Konsili Vatikan II Pernyataan tentang Pendidikan Kristen (Artikel 3): “Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik anak mereka. Maka orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Adapun terutama dalam keluaraga kristen, yang diperkaya dengan rahmat serta kewajiban Sakramen Perkawinan, anak-anak sudah sejak dini harus diajar mengenal Allah serta berbakti kepada-Nya dan mengasihi sesama, seturut iman yang telah mereka terima dalam Baptis. Disitulah anak-anak menemukan pengalaman pertama masyarakat manusia yang sehat serta Gereja. Melalui keluargalah akhirnya mereka lambat-laun diajak berintegrasi dalam masyarakat manusia dan umat Allah. Maka hendaklah para orang tua menyadari, betapa pentinglah keluarga yang sungguh kristen untuk kehidupan dan kemajuan umat Allah sendiri.

Catatan Penting Buku Guru Pelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti K13 Kelas 7