Tanda dan Sarana Penyelamatan dalam Hidup Manusia

  • Setiap orang selalu mengharapkan adanya keselamatan dalam dirinya. Apa itu keselamatan? Keselamatan dapat berarti terhindar dari bahaya maut, sehingga masih dapat melanjutkan hidupnya di dunia ini. Keselamatan juga dapat diartikan diampuni dosa-dosanya sehingga “mendapat tempat di sisi Tuhan”, maksudnya hidup berbahagia di surga.
  • Keselamatan itu terjadi di waktu sekarang ini di tempat kita hidup, yaitu di dunia ini maupun kelak dalam kehidupan kekal, setelah kita meninggal dunia yaitu di surga.
  • Ketika kita masih berada di dunia, keselamatan itu akan terjadi jika kita dapat merubah perilaku buruk menjadi baik. Kita perlu bertobat sehingga mendapat pengampunan dari Tuhan. Ini menjadi “bekal” untuk mendapatkan keselamatan di kehidupan kekal nanti.
  • Bagi orang beriman, keselamatan itu diperuntukkan bagi semua orang, siapapun dia, baik bagi orang baik maupun bagi orang berdosa. Bagi orang yang berdosa dan mau bertobat, maka akan mendapatkan pengampunan, sedangkan bagi orang yang baik diperintahkan untuk membuahkan kebaikan.
  • Keselamatan itu adalah anugerah Tuhan. Namun demikian kita perlu mengupayakan untuk mendapatkan keselamatan itu dengan cara selalu berbuat baik sebagai pertanggungjawaban kita kepada Tuhan.
  • Berbagai upaya dilakukan oleh setiap orang untuk mendapatkan keselamatan. Keselamatan banyak diungkapkan dengan berbagai simbol, baik dengan menggunakan kata-kata maupun gambar-gambar. Semua itu merupakan suatu usaha untuk mengingatkan kita semua agar kita mendapatkan keselamatan.
  • Namun demikian, banyak orang yang dengan cara yang salah mengusahakan keselamatan dalam hidupnya. Orang tidak mengarahkan keselamatannya kepada sumber keselamatan yang sejati yaitu Allah yang Maha Esa, melainkan diarahkan pada keselamatan dunia dengan cara-cara yang bertentangan dengan kehendak dan ajaran dari Allah sendiri.
  • Ada sebagian orang yang mengandalkan keselamatannya melalui benda-benda yang dikeramatkan, ada yang mengandalkan kalimat-kalimat yang bertuah atau kalimat yang memiliki daya kekuatan mistis, ada yang mengandalkan kemajuan Ilmu pengetahuan sebagai sumber keselamatan.
  • Bahkan di zaman sekarang ini, makin banyak orang yang memandang bahwa sumber keselamatan baginya adalah uang atau harta kekayaan. Bagi mereka, kekayaan atau uang adalah segala-galanya, sehingga hal inilah yang memungkinkan terjadinya sikap yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.
  • Sebagai seorang yang beriman, tentunya memandang dan sangat yakin bahwa sumber keselamatan itu ada pada Allah. Allah yang menjadikan kita sampai pada keselamatan yang sejati, yaitu keselamatan abadi bersama Allah di Sorga.
  • Dengan demikian, sumber keselamatan itu adalah datangnya dari Allah sendiri. Seperti yang terungkap dalam kisah para rasul: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12)
  • Untuk memperoleh keselamatan itu, kita perlu senantiasa mendekatkan diri kepada sumber keselamatan itu sendiri yaitu dalam diri Allah bersama sang Putera yaitu Yesus Kristus, sang Sabda yang Hidup.
  • Beberapa pandangan tentang keselamatan dalam Kitab Suci antara lain:
  1. Mat 14:30-31; Keselamatan diartikan sebagai mendapat pertolongan sehingga terhindar dari bahaya. Ketika Petrus akan tenggelam ia berseru, “Tuhan tolonglah aku!” segeralah Yesus mengulurkan tangan-Nya.
  2. Luk 8:35-36; Keselamatan diartikan sebagai sembuh dari penyakit dan penderitaan.
  3. Yak 5:20; Keselamatan diartikan sebagai bebas dari kematian. “Ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.”
  4. Mat 9:22; Keselamatan diartikan sebagai beriman. Maksudnya, jika seseorang beriman kepada Yesus ia tergolong orang yang mendapat keselamatan. Seperti yang dikatakan Yesus kepada perempuan yang sakit pendarahan itu, “Teguhkanlah hatimu, hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
  5. Kis 15:11; bdk. Ef 2:5-8; Keselamatan diartikan sebagai kasih karunia Tuhan. “Kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan…”

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Bentuk-Bentuk Pelayanan Gereja sebagai Paguyuban

  • Ciri hidup dari jemaat perdana seperti yang terungkap dalam Kis 2: 41-47, sampai sekarang masih dipelihara dan dilaksanakan oleh Gereja.
  • Pelaksanaan oleh Gereja sekarang ini kita kenal dengan 5 tugas pokok Gereja, yaitu tugas dalam bidang pewartaan (Kerygma), kesaksian hidup (Martyria) persekutuan (Koinonia), pengudusan (Liturgia), dan pelayanan (Diakonia).
  • Liturgia (menguduskan) merupakan segala bentuk kegiatan ibadat kepada Tuhan yang dilakukan oleh umat, secara personal maupun sosial baik yang sakramen dan bukan sakramen, contohnya Perayaan Ekaristi, ibadat, doa novena dan lain-lain;
  • Diakonia (melayani) merupakan segala bentuk pelayanan kepada semua orang yang membutuhkan bantuan, contohnya dalam paroki terdapat poliklinik, dana solidaritas, yayasan yatim piatu dan lain lain;
  • Kerygma (mewartakan) merupakan segala bentuk pewartaan, pengajaran iman, dan komunikasi iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan pandangan iman, contohnya: pelajaran agama, pelajaran untuk calon baptis, katekese umat, khotbah dan lain lain;
  • Martyria (kesaksian hidup), kesaksian hidup dapat diwujudkan dengan cara hidup yang benar (martir putih) dan juga kematian (martir merah). Contoh orang yang rela mengorbankan diri dalam iman dan rela sampai mati disebut martir, misalnya St. Stevanus, St. Tarsius dan lain-lain;
  • Koinonia (persekutuan) merupakan segala usaha untuk semakin mewujudkan dan mengukuhkan persaudaraan murid-murid Kristus dengan saling membantu , saling berbagi, dan memenuhi kebutuhan bersama, contohnya kegiatan retret, rekoleksi, kelompok legio maria, Marriage Encounter (ME), wanita Katolik.
  • Gereja dalam melaksanakan tugas perutusan yakni mewartakan Kerajaan Allah ntelah mengupayakan banyak kegiatan di dalamnya, seperti yang terungkap dalam 5 tugas gereja tersebut.
  • Sebagai orang muda, diharapkan agar mampu untuk turut serta ambil bagian dalam tugas tersebut. Untuk melaksanakan tugas perutusan di dunia ini tidak mudah, apalagi di zaman sekarang yang semakin modern, sehingga membentuk karakter orang untuk semakin egois dan merasa bahwa hidup hanya mengandalkan kekuatan manusia saja.
  • Dalam Gereja Katolik, kita mengenal ada banyak wadah untuk pelayanan yang melibatkan remaja, misalnya Putra-Putri Altar, Legio Maria Yunior, Anthiok, Remaja Katolik, Orang Muda Katolik, Kelompok Karyawan Muda Katolik, dan sebagainya.
  • Melalui berbagai wadah dan kegiatan tersebut, Gereja mengharapkan agar remaja berkembang dalam iman dan kepribadian sebagai murid-murid Kristus, melatih diri untuk menjadi kader-kader pemimpin Gereja dan masyarakat, dan mengasah kepedulian terhadap sesama.
  • Namun demikian belum banyak remaja Katolik yang terlibat dalam pelayanan Gereja. Oleh karena itu, kepada setiap remaja Katolik perlu lebih sering saling mengingatkan dan menyemangati untuk turut serta dalam tugas pelayanan di gereja. Gereja memerlukan remaja-remaja yang mempunyai inisiatif dan kreatifitas untuk mengembangkan gereja.

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Ciri Gereja sebagai Paguyuban

  • Kebiasaan hidup dari Gereja perdana sebagai persekutuan, sampai sekarang masih dipelihara dan dilanjutkan oleh Gereja. Gereja Katolik masih senantiasa bertekun dalam pengajaran para rasul dengan memelihara dan tetap berpegang pada tradisi gereja; Gereja saat ini juga senantiasa mengajak umat untuk membentuk persekutuan-persekutuan baik dalam lingkup paroki maupun di lingkungan-lingkungan;  Gereja juga masih memperhatikan anggotanya dalam berbagai karya sosial untuk memperhatikan kebutuhan hidup jemaatnya; gereja melalui sakramen-sakramen berusaha untuk senantiasa menjaga kekudusan jemaatnya, agar jemaat selalu memuji dan memuliakan Allah.
  • Dalam doa Syahadat Katolik, kita mengenal dan mengamini akan ciri dari gereja yaitu Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. 
  • Gereja yang satu: Gereja yang tampak sebagai perwujudan kehendak tunggal Yesus Kristus untuk dalam Roh Kudus tetap hadir kini di tengah manusia untuk menyelamatkan (LG 8). 
  • Kesatuan dalam gereja juga tampak dalam satu Injil, satu babtisan, dan satu jabatan yang dikaruniakan kepada Petrus dan kedua belas rasul. 
  • Kesatuan Gereja lahir dari persekutuan dalam persaudaraan, baik dalam pengungkapan iman liturgis dan katekis, maupun dalam perwujudan persekutuan dalam organisasi atau penampilan dalam masyarakat.
  • Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa Gereja itu satu, karena tiga alasan:
    a). Pertama, Gereja itu satu menurut asalnya, yang adalah Tritunggal Mahakudus, kesatuan Allah tunggal dalam tiga Pribadi-Bapa, Putra dan Roh Kudus.
    b). Kedua, Gereja itu satu menurut pendiri-Nya, Yesus Kristus, yang telah mendamaikan semua orang dengan Allah melalui darah-Nya di salib.
    c). Ketiga, Gereja itu satu menurut jiwanya, yakni Roh Kudus, yang tinggal di hati umat beriman, yang menciptakan persekutuan umat beriman, dan yang memenuhi serta membimbing seluruh Gereja.
  • Kesatuan Gereja peziarah juga diamankan oleh ikatan persekutuan yang tampak berikut ini:
    a) pengakuan iman yang satu dan sama, yang diwariskan oleh para Rasul,
    b) perayaan ibadat bersama, terutama Sakramen-sakramen,
    c) suksesi apostolik, yang oleh Sakramen Tahbisan menegakkan kesepakatan sebagai saudara-saudari dalam keluarga Allah. (KGK 815)
  • Gereja yang kudus berarti Gereja menjadi perwujudan kehendak Allah yang Mahakudus untuk bersatu dengan manusia dan mempersatukan manusia dalam kekudusan-Nya (bdk LG 8,39,41 dan 48). 
  • Gereja itu kudus karena sumber dari mana ia berasal adalah kudus. Gereja didirikan oleh Kristus sehingga Gereja menerima kekudusannya dari Kristus atas doa-doaNya (lih Yoh 17:11).
  • Gereja itu kudus karena tujuan ke mana ia diarahkan adalah menuju kekudusan, yaitu bahwa Gereja bertujuan untuk kemuliaan Allah dan penyelamatan umat manusia. 
  • Gereja itu kudus karena jiwa dari Gereja itu sendiri adalah kudus, yaitu bahwa jiwa dari Gereja itu adalah Roh Kudus sendiri. 
  • Gereja itu kudus karena karena unsur-unsur Ilahi yang otentik di dalamnya adalah kudus, seperti ajaran-ajaran dan sakramen-sakramen.
  • Gereja itu kudus sebab anggotanya adalah kudus, karena ditandai oleh Kristus melalui pembaptisan dan diserhakan kepada Kristus serta dipersatukan dalam iman, harapan, dan cinta yang kudus. Semua anggota diarahkan menuju kekudusan.
  • Gereja yang Katolik, berarti bahwa Gereja diperuntukkan bagi semua manusia dari segala bangsa, tempat dan zaman.
  • Kata “katolik” memiliki arti umum, universal, meresapi segala-galanya. Gereja bersifat katolik karena terbuka bagi dunia, tidak sebatas pada tempat tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu dan golongan masyarakat tertentu.
  • Kekatolikan Gereja antara lain tampak dalam:
    a) rahmat dan keselamatan yang ditawarkan,
    b) iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum (dapat diterima dan dihayati siapapun). 
  • Gereja yang terbuka ini tampak dalam kemauannya dalam menampung dan memajukan terhadap segenap kemampuan, kekayaan, dan adat istiadat bangsa-bangsa. Tidak hanya menampung dan menerima saja melainkan juga menjiwai seluruh dunia.
  • Gereja yang Apostolik, berarti bahwa Gereja berasal dari para rasul, dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka.
  • Kesadaran bahwa Gereja dibangun atas dasar para rasul dengan Kristus sebagai batu penjuru, sudah ada sejak jaman Gereja perdana. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa Gereja bersifat apostolik berarti Gereja mengakui diri sama dengan Gereja Perdana, yakni Gereja para rasul.
  • Gereja disebut apostolik karena Gereja berhubungan dengan para rasul yang diutus Kristus. Hubungan itu tampak dalam:
    a) Fungsi dan kuasa hierarki dari para rasul.
    b) Ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul,
    c) Ibadat dan struktur Gereja pada dasarnya berasal dari para rasul.

 

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Gereja sebagai Paguyuban

  • Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjumpai banyak kelompok atau perkumpulan. Namun demikian tidak semua bentuk kelompok atau perkumpulan dapat disebut sebagai komunio (persekutuan). Suatu kelompok atau perkumpulan akan dikatakan sebuah komunio, jika dalam kelompok atau perkumpulan tersebut, komunikasi dan interaksi berlangsung terus-menerus. Masing-masing saling memperhatikan satu sama lain, saling memiliki, saling memberi, saling mendukung, saling menasihati, saling mengingatkan, saling mengembangkan, saling melayani, dan saling berusaha agar kebersamaan tersebut terus-menerus terjaga keutuhannya demi kebahagiaan bersama.
  • Model orang-orang yang berkumpul untuk membentuk persekutuan (komunio) dapat kita lihat dalam kehidupan para murid Yesus, sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Suci (lih. Kis 2: 41-47). Persekutuan mereka terbentuk berkat pengalaman yang sama yaitu sebagai murid-murid Yesus dan orang-orang yang percaya kepada-Nya, setelah mendengar pewartaan tentang Yesus Kristus.
  • Kehidupan persekutuan mereka sangat menarik dan “berbeda” dibandingkan dengan persekutuan yang ada di sekitar mereka saat itu. Mereka selalu hidup dalam persekutuan dengan bertekun dalam pengajaran para rasul, selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa bersama, segala kepunyaan mereka adalah milik bersama, satu sama lain saling melayani dan berkurban, selalu hidup dengan gembira dan tulus hati, mereka juga saling mengenal, memiliki ikatan batin, memiliki iman yang sama yaitu kepada Yesus Kristus dan menjalankan cara hidup yang sesuai dengan kehendak Kristus.
  • Persekutuan mereka itulah yang sering disebut Gereja Perdana atau Gereja Awal. Mereka adalah cikal bakal Gereja yang hingga kini memiliki berbagai unsur keanggotaan Gereja.
  • Dalam Dokumen Gereja “Lumen Gentium” dikatakan bahwa Orang beriman yang menjawab sabda Allah dan menjadi anggota Tubuh Kristus dipersatukan secara erat dengan Kristus ”Dalam Tubuh itu hidup Kristus dicurahkan ke dalam umat beriman.
  • Melalui sakramen-sakramen mereka itu secara rahasia namun nyata dipersatukan dengan Kristus yang telah menderita dan dimuliakan”(LG Karena semua orang yang dibaptis dalam Kristus telah mengenakan Kristus. Paulus kepada jemaat di Galatia juga menyampaikan hal sehubungan dengan itu. Ia menyatakan bahwa “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus (Galatia 3:27-28).
  • Begitulah dengan Gereja. Sebagai suatu paguyuban, Gereja memiliki banyak anggota tetapi satu tubuh. Kesatuan tubuh tidak menghapus perbedaan anggota dan tugas. Oleh karena itu, bila ada satu anggota yang menderita semua anggota ikut menderita atau bila satu anggota yang dihormati semua anggota ikut bergembira. Walaupun mereka satu tubuh, tetapi di dalam setiap anggota itu memiliki peran dan tugas masing-masing yang saling terkait dan saling mendukung satu dengan yang lain dalam karya pewartaan.
  • Adapun anggota gereja dengan berbagai tugas dan peran masing-masing, antara lain:
    1. Kaum Klerus/ Tahbisan yang terdiri dari episkopat (uskup), presbiterat (imam), dan diakonat (diakon). Tugas utama mereka adalah pelayanan rohani dan menguduskan Gereja melalui perayaan-perayaan sakramen.
    2. Kaum Hidup Bakti/biarawan-biarawati yang terdiri dari tarekat religius dan tarekat sekular. Mereka hidup dengan penghayatan Tri Kaul Suci dan dalam persaudaraan yang tergabung dalam komunitas, tarekat, atau kongregasi tertentu. Mereka membaktikan diri untuk mewartakan kabar gembira dalam pelayanan pendidikan, medis, rumah-rumah retret, dan lain-lain.
    3. Kaum Awam, yang mengemban tugas perutusan dalam Gereja dan dunia sesuai kehendak Allah yakni mengelola tata dunia dengan nilai Kristiani. Di antara kaum awam ada yang menikah dan ada yang tidak menikah (selibat).
  • Untuk melaksanakan tugas sebagai anggota dalam Gereja, baiklah jika masing-masing anggota merasa satu dan menjadi satu bagian dalam anggota Gereja. Gereja akan menjadi semakin hidup dan lebih hidup jika anggota berperan serta secara aktif sesuai dengan tugas dan peran masing-masing.
  • Begini diungkapkan oleh Santo Paulus: Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain (Roma 12:4-5). Demikian pula diungkapkan kembali oleh Santo Paulus dengan mengatakan bahwa Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya (1 Kor 12:27).

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Mengikuti Bimbingan Roh Kudus

  • Dalam kehidupan sehari-hari, kita dipenuhi oleh berbagai macam tantangan dan godaan. Banyak manusia yang mudah tergoyahkan imannya karena berbagai macam godaan yang menggiurkan itu. 
  • Ada beberapa contoh godaan yang harus diwaspadai agar kita tidak jatuh dalam kehidupan yang menjauh dari karya Roh Kudus, misalnya:
    a) Godaan untuk mencari kesempurnaan yang tidak sesuai dengan panggilan hidupnya,
    b) Godaan untuk melakukan pelayanan yang berlebihan sehingga tidak memperhatikan kewajiban-kewajiban yang lainnya,
    c) Dorongan untuk berbuat, dengan mengharapkan pamrih, dan
    d) Godaan untuk merasa senang memikirkan jasa-jasanya sendiri dan cenderung untuk ingin dihargai.
  • Dengan mengetahui beberapa godaan tersebut, kita berharap dapat lebih hati-hati dalam melangkah. Mengutamakan untuk mendengar dan melakukan bimbingan Roh Kudus yang menggema dalam hati kita merupakan langkah yang baik. 
  • Namun demikian, kita juga perlu waspada dalam mendengarkan inspirasi/bisikan dari dalam hati kita. Jangan sampai kita justru lebih mendengar bisikan yang berasal dari si jahat dibandingkan bisikan dari Roh Kudus.
  • Tanda-tanda yang menunjukkan inspirasi bukan berasal dari Roh Kudus misalnya:
    a) Kehilangan damai tanpa sebab yang obyektif atau adanya dosa tertentu,
    b) Rasa khawatir yang tidak beralasan,
    c) Menjadi sedih tanpa sebab,
    d) Adanya godaan untuk mundur dan meninggalkan hidup yang benar dalam Roh Kudus dengan berbagai alasan untuk mengenakkan diri, dan
    e) Timbul ketakutan-ketakutan yang sebelumnya tidak pernah terjadi.
  • Apabila kita menemukan tanda-tanda seperti itu, hendaknya segera menginstropeksi diri, mendekatkan diri kepada Allah, agar suara Roh Kudus yang lebih bergema dalam hati kita. Roh Kudus senantiasa akan memberikan bimbingan yang benar kepada kita. 
  • Untuk zaman sekarang ini, Roh Kudus membimbing kita melalui berbagai cara antara lain:
    a) Melalui sabda-Nya dalam Kitab Suci. Kitab Suci adalah sumber bimbingan yang pertama dan utama dalam hidup kita sebagai umat beriman. Dengan sabda-Nya yang kita baca dalam Kitab Suci, Allah mengajar, menerangi, menyatakan kehendak-Nya, menegur dan juga menguatkan kita.
    b) Melalui Gereja-Nya. Mengikuti ajaran Gereja, berarti kita mengikuti bimbingan Roh Kudus, sebab Gereja dalam pimpinan Paus dan para Uskup telah menerima Roh Kudus secara istimewa dari kristus sendiri.
    c) Melalui bimbingan khusus. Allah selalu membimbing umat-Nya, tidak hanya secara kolektif atau massal, melainkan juga secara pribadi. Bimbingan secara khusus/pribadi ini dapat berupa inspirasi/ilham dan dorongan Roh untuk melakukan hal yang baik, ataupun dapat berupa tanda-tanda dan
    d) Bimbingan khusus lewat orang lain. Kita dapat menerima bimbingan Roh Kudus yang berkarya melalui orang lain dengan cara belajar, dan meminta pendapat dari orang lain yang berpengetahuan dan berpengalaman serta meminta nasihat-nasihatnya.
  • Dengan menerima bimbingan Roh Kudus melalui cara apapun memungkinkan bagi kita untuk mendapatkan kehidupan yang damai sejahtera dan senantiasa dalam bimbingan Tuhan. 
  • Namun demikian untuk dapat bertumbuh dalam karunia ini, seseorang harus banyak melakukan hal agar dirinya senantiasa dekat dan berkenan kepada Allah. Beberapa hal yang perlu dikembangkan agar kita dapat tumbuh dalam karunia ini antara lain:
    a) Menjalani kehidupan doa yang baik dan mendalam,
    b) Memiliki sikap kesungguhan hati dalam mencari kehendak Allah,
    c) percaya penuh kepada Tuhan bahwa Ia akan membimbing kita dalam membedakan roh,
    d)Senantiasa menjalin dan mencari kehendak Allah melalui firman-Nya dalam Kitab Suci, menjadikan firman Tuhan sebagai pegangan yang pertama dan utama, dan
    e) Meminta bimbingan rohani kepada mereka yang sudah lebih lama terlibat dalam kehidupan rohani.

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Roh Kudus Memberi Daya Kekuatan

  • Pentakosta adalah peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul. 
  • Melalui peristiwa Pentakosta, Gereja purba ingin mengungkapkan kepercayaannya, bahwa Roh Kudus datang dari Allah dan menggerakkan para rasul seperti angin yang kencang. Roh Kudus melepaskan lidah para rasul untuk mewartakan bahwa Yesus adalah Tuhan.
  • Roh Kuduslah yang mengobarkan semangat para rasul sehingga mereka berani untuk mewartakan dengan semangat yang berapi-api, seperti nyala api. Roh Kuduslah yang mempersatukan umat dari berbagai bangsa. Kabar gembira ditujukan kepada semua bangsa, hal tersebut dilambangkan dengan peristiwa dimana para rasul berbicara dengan menggunakan bahasa-bahasa semua orang yang datang dari berbagai bangsa.
  • Dengan demikian, berkat Roh Kudus, para rasul (setelah wafat Yesus) yang awalnya merasa takut dan tidak berani lagi untuk menampakkan diri di hadapan banyak orang, apalagi untuk mewartakan Yesus adalah Tuhan, kini mereka menjadi tidak takut lagi, menjadi berani untuk menunjukkan diri di hadapan orang banyak, bahkan berani mewartakan bahwa Yesus adalah Tuhan.
  • Roh Kudus menyertai para Rasul dengan memberikan pendampingan, sehingga ketika mereka mewartakan Yesus adalah Tuhan dengan menggunakan satu bahasa, dapat dimengerti oleh berbagai bangsa.
  • Peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul pada hari Pentakosta mengawali babak baru bagi kehidupan umat beriman yang percaya akan Yesus Kristus yang bangkit. 
  • Dalam Kisah Para Rasul 2: 47 diceritakan bahwa pada saat itu jumlah mereka bertambah kira-kira 3000 jiwa. Pengaruh Roh Kudus begitu besar bagi perkembangan dan cara hidup jemaat beriman. 
  • Dalam Kisah tersebut juga digambarkan tentang cara hidup jemaat perdana. Roh Kudus mempersatukan jemaat sehingga mereka selalu berkumpul, memecahkan roti dan berdoa, mereka bertekun dalam pengajaran para rasul, saling berbagi dan mereka disukai semua orang (Kis 2: 41- 47).
  • Roh Kudus senantiasa mendampingi para rasul dalam menghadapi segala tantangan.
  • Sampai sekarang pun Gereja masih terus menghadapi tantangan. Tantangan Gereja saat ini adalah tantangan arus modernisasi yang dengan mudah akan menggoyahkan iman umat.
  • Dengan kekuatan Roh Kudus kita harus berani melawan tantangan tersebut. Roh Kudus senantiasa menjiwai setiap anggota Gereja, sehingga mereka memiliki semangat untuk berperan aktif dalam kehidupan beriman. Saling memperhatikan, saling berbagi, saling menguatkan.
  • Roh Kudus juga mendampingi Gereja, sehingga Gereja sebagai persekutuan tetap hidup dan berkarya. Karya Gereja dapat dirasakan oleh jemaat hingga saat ini, misalnya pelayanan pendidikan melalui sekolah-sekolah, karya pewartaan melalui pengajaran-pengajaran (khotbah), karya liturgia seperti Perayaan Ekaristi dan ibadat, karya, dan sebagainya.
  • Roh Kudus berkarya mendampingi setiap orang dan juga mendampingi gereja hingga saat ini. Pendampingan Roh Kudus tersebut dilakukan dengan memberikan beberapa karunia-Nya:
    Karunia kebijaksanaan adalah karunia untuk menilai dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan norma ilahi dan dengan kewajaran yang memancar dari persatuan kasihnya dengan Tuhan.
    – Karunia pengertian adalah karunia untuk memberikan pengertian dan pemahaman mendalam tentang kebenaran ilahi dalam iman, bukan sebagai pencerahan sementara, melainkan sebagai pencerahan yang tetap.
    – Karunia nasihat adalah karunia untuk membangkitkan ketaatan dan pasrah diri pada nasihat Tuhan dalam segala tindakannya demi mencapai kekudusan dan keselamatan.
    – Karunia pengenalan adalah karunia yang memampukan orang untuk menilai dengan benar dalam hal kebenaran iman sesuai dengan dasar dan prinsip-prinsip dari kebenaran yang telah dinyatakan.
    – Karunia kesalehan adalah karunia yang memampukan orang untuk menghaturkan sembah sujud kepada Tuhan sebagai Bapa dan memampukan orang untuk berelasi dengan semua orang sebagai anak-anak bapa yang sama.
    – Karunia takut akan Allah adalah karunia yang memampukan orang untuk menghindari dosa dan menghindari kelekatan pada barang duniawi lebih dari rasa cinta dan hormat pada Tuhan.

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Yesus Mengutus Roh Kudus

  • Sesudah kebangkitan-Nya dari alam maut, Yesus Kristus naik ke surga. Kenaikan Yesus inilah yang dimaksudkan-Nya ketika Ia mengatakan “…. Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh 16:7) Ia pergi kepada Bapa dan akan mengutus Roh Kudus, Roh Kebenaran. Ia pergi kepada Bapa karena Ia adalah Anak Allah dan Utusan-Nya. 
  • Roh Kudus atau Roh Kebenaran diutus untuk mengingatkan murid-murid-Nya akan perkataan-perkataan yang pernah diucapkan Yesus semasa tinggal bersama-sama dengan para murid.
  • Apa yang pernah dijanjikan oleh Yesus tersebut sungguh–sungguh terpenuhi, bahwa Roh Kudus akan datang, yakni pada hari Pentakosta.
  • Roh Kudus turun atas para rasul dalam bentuk lidah-lidah api dan tiupan angin yang sangat kencang memenuhi seluruh ruangan dimana mereka berkumpul. Para murid percaya bahwa Roh Kudus adalah Roh Yesus sendiri yang pernah dijanjikan-Nya kepada mereka.
  • Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang mengajarkan tentang Kebenaran Allah, yaitu mewartakan tentang Yesus Kristus sendiri dan karya Penyelamatan-Nya. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang menuntun Gereja kepada kekudusan. Dengan hidup mengikuti tuntunan dan bimbingan Roh Kudus maka setiap orang akan memperoleh keselamatan. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang menggerakkan, mendorong, menguatkan dan memberikan semangat kepada Gereja untuk berkarya dan mewartakan Kerajaan Allah. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, karena Ia akan selalu membimbing dan memimpin kita menuju kepada seluruh Kebenaran Allah. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran karena apa yang dikatakan, apa yang didengar dan apa yang diberitakan berasal dari Allah.
  • Peristiwa Pentakosta mengungkapkan misteri Tritunggal Yang Maha Kudus. Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus benar-benar hadir dalam Gereja, menjiwai, membimbing dan menyertai Gereja. Roh Kudus yang datang itu telah mengubah hati para murid Yesus, telah menyemangati dan mempersatukan semua orang dari berbagai bangsa. Apa yang mereka alami menguatkan iman mereka akan Yesus Kristus, bahwa Ia tidak akan pernah meninggalkan mereka, melainkan akan menyertai mereka senantiasa hingga akhir zaman.
  • Pengalaman para murid Yesus tersebut hendaknya juga menjadi pengalaman hidup kita sebagai orang yang percaya akan Yesus. Roh Kudus telah diutus oleh Yesus untuk menyertai, membimbing dan menyemangati setiap langkah hidup kita. Hal ini berarti pula bahwa penyertaan dan kehadiran Yesus Kristus dalam Roh-Nya yang kudus itu terus berlangsung dan akan berlangsung hingga kini dan selamanya. Itulah yang menguatkan iman Gereja sekarang juga. Dalam keadaan sulit sekalipun, Gereja tetap percaya bahwa Roh Kudus terus berkarya menguatkan umat-Nya.
  • Seperti Roh Kudus dilambangkan dengan angin, hendaknya kita menyadari bahwa Roh Kudus senantiasa berkarya dalam setiap langkah hidup kita. Roh Kudus menggerakkan kita kemana Roh itu mau. Kita percaya bahwa Roh Kudus akan selalu membimbing kita ke arah kebaikan.
  • Seperti Roh Kudus dilambangkan dengan api, hendaknya kita senantiasa menyadari bahwa Roh Kuduslah yang menyemangati gerak langkah hidup kita. Roh Kuduslah yang selalu mengobarkan semangat kita untuk mewartakan Kristus yang bangkit.
  • Setelah Yesus disalibkan, wafat, dan dimakamkan, para rasul mengalami kesedihan dan ketakutan yang luar biasa. Mereka sedih karena merasa ditinggalkan oleh Gurunya. Mereka takut untuk memberi kesaksian tentang Yesus. Mereka senantiasa menantikan terpenuhinya janji Yesus untuk mengutus Roh Penghibur yaitu Roh Kebenaran.
  • Kerinduan para rasul itu akhirnya terjawab, ketika tiba-tiba terjadi tiupan angin yang keras memenuhi seluruh rumah dan lidah-lidah api bertebaran hinggap pada mereka masing-masing, lalu mereka dipenuhi Roh Kudus (lih. Kis.2: 1-11.). Ini membuktikan bahwa Yesus tidak pernah meninggalkan mereka, melainkan akan menyertai senantiasa hingga akhir zaman.
  • Penyertaan Yesus dalam Roh Kudus itu pula yang menguatkan iman Gereja hingga sekarang. Dalam keadaan sulit sekalipun, Gereja tetap percaya bahwa Roh Kudus terus berkarya menguatkan umat-Nya.

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Kebangkitan Yesus sebagai Tanda Penerimaan Bapa

  • Kitab Suci tidak memberi laporan tentang bagaimana persisnya Yesus bangkit dari kematian. Dan tidak ada saksi mata yang melihat bagaimana Yesus bangkit dari kematian. Kitab Suci hanya menunjukkan tanda-tanda yang diyakini sebagai tanda kebangkitan Yesus yaitu batu penutup kubur Yesus terguling, para murid mendapati kubur Yesus kosong dan jenazah Yesus tidak ditemukan, kain kafan yang tergeletak di tanah, berita dari malaikat yang mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit (lih. Mrk 16:1-8; Luk 24:1-12; Yoh 20:1-10). 
  • Bukti yang menunjukkan bahwa Yesus telah bangkit adalah beberapa kali peristiwa penampakan Yesus pada murid-murid-Nya: penampakan Yesus pada Maria Magdalena (lih. Mat 28:9-10; Mark 16:9, Yoh 20:11-18), Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus (lih Luk 24:13-35), Yesus menampakkan diri kepada semua murid-Nya (lih. Luk 24:36-49), Yesus menampakkan diri kepada Tomas (lih. Yoh 20:24-29), Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di Pantai Danau Tiberias (lih. Yoh 21:1-14), Yesus beberapa kali menampakkan diri dan mengutus murid-murid-Nya (lih. Mat 16:9-20).
  • Dalam cerita penampakan itu terlihat bahwa kehadiran Yesus sungguh dirasakan. Yesus yang hadir di tengah mereka seakan-akan tak berbeda dengan Yesus yang mereka jumpai selama ini. Perjumpaan dengan Yesus tidak hanya mengingatkan mereka atas apa yang selama ini pernah mereka alami bersama Yesus, tetapi menguatkan iman mereka. 
  • Penampakan yang dialami para murid-Nya mampu menghalau kegelisahan, ketakutan hari-hari terakhir setelah Yesus ditangkap, disalibkan, dan wafat yang masih menyelimuti hati mereka. Yesus sungguh hadir di tengah-tengah mereka, membuat mereka semakin percaya akan apa yang diwartakan semasa hidup-Nya bersama mereka. Penampakan Yesus membuat mereka merasa juga ikut dibangkitkan dari keyakinan mereka yang goyah karena peristiwa salib, sehingga mereka menjadi lebih berani dan tidak sembunyi-sembunyi lagi dalam beriman kepada-Nya.
  • Bagi orang Yahudi segala kemalangan di dunia ini adalah hukuman untuk dosa (bdk. Yoh 9:1-2), apalagi kematian. Maka dengan kematian Yesus di kayu salib, bagi kebanyakan orang Yahudi pada zaman-Nya, Yesus dianggap gagal, sia-sia dan seluruh karya-Nya seolah-olah musnah seiring dengan kematian-Nya. Dengan kematian-Nya, seolah-olah Yesus tidak diperhitungkan lagi. 
  • Tetapi dengan peristiwa kebangkitan-Nya dari alam maut, Allah membalikkan semua pemikiran tersebut. Yesus yang bangkit adalah Yesus yang hadir di tengah umat manusia dalam kemuliaan-Nya.
  • Dalam tubuh-Nya yang mulia, Ia dapat hadir tanpa dibatasi ruang dan waktu. Yesus dapat hadir dimana saja dan kapan saja, dan kepada siapa saja yang percaya kepada-Nya. Kehadiran-Nya mampu mempengaruhi hati manusia, menjadi semangat dan inspirasi hidup bagi banyak orang. Melalui kebangkitan-Nya orang tidak hanya mengenang karya dan ajaran-Nya tetapi menjadikan Dia sebagai kekuatan hidup sehari-hari. 
  • Kebangkitan Yesus merupakan pembenaran dari Allah terhadap sabda dan karya-Nya; pembenaran terhadap perjuangan Yesus.
  • Kebangkitan Yesus juga memberi harapan baru bagi umat manusia; bahwa ada harapan yang lebih baik setelah kematian di dunia ini.
  • Berulang kali dikatakan, bahwa “Allah yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya” (1Kor 6:14; lih. 2Kor 4:14; Rm 8:11). ”Jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa Allah akan – demi Yesus – membawa mereka yang telah meninggal, bersama-sama dengan Dia” (1Tess 4:14). “Kristus disalibkan oleh karena kelemahan (kita), namun Ia hidup karena kuasa Allah. Begitu pula kami adalah lemah dalam Dia (dan mati bersama dengan Dia), tetapi kami akan hidup bersama dengan Dia karena Allah” (2Kor 13:4).
  • Kehadiran Yesus yang bangkit sering sulit ditangkap oleh pikiran manusia, seperti yang dialami dua murid dalam perjalanan ke Emaus (lih. Luk 24:13-35). Banyak orang memahami kematian hanya sebatas kematian fisik. Orang yang “mati” diartikan orang yang tidak bernafas lagi, tidak dapat beraktivitas lagi. 
  • Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan orang yang “mati’ sekalipun masih hidup. Orang yang ‘mati” adalah orang yang sudah putus harapan, orang yang tidak mampu memperbaiki kehidupannya, keberadaannya di tengah-tengah masyarakat sudah tidak diperhitungkan lagi, mereka dianggap tidak ada atau “mati” walaupun secara fisik ia masih hidup dan hadir di tengah banyak orang.
  • Tetapi orang yang “hidup” atau orang yang “bangkit” adalah orang yang mampu keluar dari keterpurukan, mampu kembali menata hidupnya meski dia telah jatuh dalam kehancuran. Ia bangkit kembali dari penderitaan atau kegagalan, sehingga kehadirannya akan selalu hidup dan dikenang karena mampu memberi inspirasi bagi banyak orang untuk menghasilkan karya-karya besar yang berguna bagi kehidupan manusia. 
  • Seperti Suster Teresa meski ia telah meninggal, nama dan karyanya tetap hidup dalam hati setiap orang yang peduli terhadap karya kemanusiaan dan karya belas kasih pada sesama yang menderita. Suster Teresa mampu “membangkitkan” orang yang telah “mati” karena tidak lagi memiliki harapan akibat penderitaan. Melalui karya belas kasih yang dilakukannya ia mampu membangkitkan orang dari keterpurukan hidup. Memberi mereka semangat dan motivasi bahwa masih ada harapan untuk memulai dan menata kehidupan yang lebih baik. 
  • Sebagai pengikut Yesus, Suster Teresa selalu berusaha meneladani Yesus, yang semasa hidupnya selalu memberikan kasihnya kepada semua orang, Ia membangkitkan harapan pada mereka yang miskin, yang tertindas, yang diperlakukan secara diskriminatif oleh masyarakat baik karena rasial, gender atau karena penyakit. 
  • Demikian juga halnya dengan kita sebagai murid Kristus, dalam hidup sehari-hari hendaknya kita mampu menghadirkan Kristus melalui kata-kata dan perbuatan kita kepada sesama. 
  • Menghayati dan mewujudkan kebangkitan Kristus tidak harus melalui karya-karya yang besar dan spektakuler. Menjadi sahabat bagi yang mengalami kesedihan dan masalah, memberi dukungan pada mereka yang putus harapan, membangkitkan semangat pada mereka yang lemah dan tak berdaya adalah wujud sederhana yang dapat kita lakukan. Dengan demikian kita dapat menjadi saksi kebangkitan Kristus melalui kata-kata dan perbuatan kita dalam hidup sehari-hari!

 

Dukung website ini dengan subscribe Channel YouTube Aendy Da Saint:

Kemanusiaan dan Ke-Allah-an Yesus

  • Dalam kisah penciptaan dikatakan bahwa manusia diciptakan secitra dengan Allah. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri (lih. Kej 1:26). Hal tersebut menegaskan bahwa dalam diri manusia terkandung dimensi kemanusiaan atau jasmani dan dimensi rohani yang tak dapat dipisahkan satu sama lain, melainkan merupakan satu kesatuan utuh.
  • Dimensi kemanusiaan nampak dalam kenyataan berikut: ia diciptakan, lahir dari rahim seorang ibu, berjenis kelamin, mengungkapkan perasaan, dapat sakit, dapat mati dan sebagainya.
  • Dalam diri manusia juga mengandung dimensi rohani, sehingga manusia dapat mengasihi, dapat berdoa, dapat mengampuni dan sebagainya.
  • Tetapi karena dibatasi kemanusiaannya manusia tidak dapat sepenuhnya memancarkan dan menghadirkan keilahiannya.
  • Kedua dimensi tersebut perlu dipahami secara baik, sebab karya penyelamatan Allah menggunakan kedua dimensi tersebut, sehingga penyelamatan Allah bisa dirasakan manusia secara sempurna.
  • Hal tersebut dilaksanakan Allah dengan menjelma dalam manusia Yesus. Maka dalam diri Yesus tampaklah secara sempurna ke dua dimensi tersebut. Yesus sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah.
  • Yesus sungguh-sungguh manusia nampak dalam kenyataan berikut: Menurut silsilah, nenek moyang Yesus adalah Abraham (Mat i:1-17), Yesus dilahirkan oleh ibunya Maria, berjenis kelamin laki-laki, lahir di bungkus dengan kain lampin dan dibaringkan di palungan (Luk 2:1-7), Ia bekerja menjadi tukang kayu (Mark 6:3), bisa marah ( Luk 19:45), merasa sedih (14: 34), merasa lapar (Mat 21:18), Haus (Mat 25:35), ketakutan (Mark 22:44), kemanusiaan Yesus sangat nampak nyata ketika dia harus mengalami nasib yang dialami oleh semua manusia yaitu mengalami kematian (Luk 23:44-49, Mark 15: 33-41, Mat 27:45-56, Yoh 19:28-30). Dari berbagai peristiwa tersebut hendak menegaskan bahwa Yesus hidup dalam sejarah manusia dan menjalani hidup sebagaimana manusia pada umumnya.
  • Yesus sungguh-sungguh Allah. Yohanes dalam Injilnya memberikan kesaksian tentang asal-usul Yesus sebagai berikut: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya” (Yoh 1:1,4). Yesus adalah Firman yang menjadi manusia. Selanjutnya keempat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) memberitakan keallahan Yesus dengan memberi kesaksian tentang Sabda dan tindakan-Nya. Sabda Yesus yang menunjukkan bahwa Dia adalah Allah, misalnya, “Aku dan Bapa adalah satu” (lih. Yoh 10:30). “Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (lih. Yoh 14:9). “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (lih 14:11). Dan bagaimana para pengakuan para murid-Nya? Ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” (lih.Mat 16:15-17). Dan di lain kesempatan Tomas berkata,”Ya Tuhanku dan Allahku” (lih Yoh 29:28). Dan roh-roh jahat pun berteriak, “Engkaulah Anak Allah” (lih Mark 3:11). Dan ketika Yesus disalib, Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” (lih. Mat 27:54).
  • Keallahan Yesus juga tampak dalam hal-hal berikut: warta malaikat tentang kelahiran Yesus kepada para gembala “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud” (Luk 2:11). Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (ayat 13-14).
  • Keillahian Yesus juga tampak dalam beberapa peristiwa mukjizat yang dilakukan Yesus, misalnya: Peristiwa penggandaan roti (lih. Yoh 6:1-15), Yesus menyembuhkan orang lumpuh (lih. Luk 5:27-32), Yesus membangkitkan anak muda di Nain (lih. Luk 7:11-17), Yesus mengusir roh jahat (lih. Luk 8:26-39), Yesus meredakan angin ribut (lih. Luk 8:22-25), Yesus berjalan di atas air (lih. Mat 14:22-33), Yesus bangkit dari alam maut (lih. Mat 28:1-10), dan ketika Ia naik ke Surga (lih. Luk 24:50-53). Berbagai macam peristiwa tersebut menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh Allah.
  • Makna Yesus Sungguh Manusia dan Sungguh Allah bagi Hidup Kita: Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia berarti Allah menjelma menjadi manusia. Allah yang mengambil kodrat manusia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa, ingin menunjukkan pada kita bahwa Allah itu pengasih. Dia mau turun ke bumi merasakan suka duka yang dialami manusia dan bergaul dengan manusia, Dia terbuka dan solider dengan kehidupan manusia. Dia menyapa manusia secara pribadi dan akrab dengan manusia, dengan demikian pewartaan karya keselamatan dapat lebih mudah dipahami dan diterima oleh manusia.
  • Dengan memahami tentang Yesus yang sungguh manusia dan sungguh Allah, kita dipanggil untuk meneladani cinta-Nya. Walau Ia Allah, Ia tidak meninggikan diri-Nya. Ia mau turun ke bumi, tiada lain untuk menyelamatkan manusia. Kita patut bersyukur kepada-Nya karena Allah sungguh baik. Ia sungguh mengasihi kita dan tidak membiarkan kita binasa karena dosa.

 

Dukung website ini dengan subscribe YouTube channel Aendy Da Saint:

Yesus Pemenuhan Janji Allah

  • Dalam hidup bersama dengan orang lain, manusia mengenal istilah janji. Ada berbagai alasan yang mendorong orang membuat janji, misalnya karena rasa cinta, rasa tanggung jawab, ingin membahagiakan orang lain, dan ingin mewujudkan suatu cita-cita.
  • Janji yang telah diungkapkan membawa konsekuensi baik bagi diri orang yang berjanji dan maupun orang yang mengetahuinya. Oleh karena itu, janji harus ditepati dan dijalankan dengan setia.
  • Pengingkaran terhadap janji akan menimbulkan kekecewaan, tetapi janji yang ditepati akan mendatangkan kebahagiaan serta rasa syukur, memperbesar kepercayaan dan menumbuhkan ikatan persaudaraan yang lebih erat lagi. Untuk mewujudkan sebuah janji memang dibutuhkan perjuangan bahkan pengorbanan.
  • Allah juga pernah mengungkapkan janji-Nya kepada manusia. Janji Allah itu muncul karena keprihatinan Allah terhadap situasi dosa yang melanda manusia (Kej 3:1-15).
  • Allah, yang menciptakan segala sesuatu melalui sabda-Nya, sejak awal mula menginginkan hidup manusia bahagia. Ia bermaksud membuka jalan menuju keselamatan di surga.
  • Setelah mereka jatuh ke dalam dosa, Allah menjanjikan penebusan, Ia mengangkat mereka untuk mengharapkan keselamatan (lih. Kej 3:15). Tiada putus-putusnya Ia memelihara umat manusia, untuk mengurniakan hidup kekal kepada semua orang, yang mencari keselamatan dan bertekun melakukan apa yang baik (lih. Rom 2:6-7).
  • Meskipun manusia sering bertindak mengikuti kehendaknya sendiri, Allah tetap setia dengan janji-Nya. Berkali-kali manusia mengingkari dirinya sebagai ciptaan dan menjauh dari Allah; jatuh ke dalam dosa. Akibatnya manusia menderita, hubungan dengan Allah terputus dan rusaknya hubungan dengan sesama.
  • Sekalipun manusia menjauhi-Nya, dengan kebesaran kasih-Nya Allah mengundang manusia untuk kembali kepada-Nya dan tidak ingin melihat hidup manusia dalam kehancuran.
  • Peristiwa keselamatan yang dialami Nuh memperlihatkan bahwa Allah tidak akan membiarkan hidup manusia hancur karena dosa. Allah tetap melangsungkan rencana keselamatan-Nya bagi manusia dan alam semesta. Hal ini dilukiskan dalam perjanjian antara Allah dan Nuh (Kej 9: 8-11).
  • Demikian pula pada saat yang ditentukan Ia memanggil Abraham untuk menjadikannya bangsa yang besar (lih. Kej 12:2).
  • Sesudah para Bapa bangsa, Ia membina bangsa itu dengan perantaraan Musa serta para Nabi, supaya mereka mengakui Diri-Nya sebagai satu-satunya Allah yang hidup dan benar, Bapa Penyelenggara dan hakim yang adil, dan supaya mereka mendambakan Penebus yang dijanjikan.
  • Dengan demikian berabad-abad lamanya Ia menyiapkan jalan bagi Mesias. Gambaran konkret mengenai Mesias dinubuatkan oleh Nabi Yesaya demikian: “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yesaya7:14).
  • Nubuat Nabi Yesaya tentang seorang perempuan tersebut di atas terpenuhi ketika Malaikat Gabriel mengunjungi Maria dan berkata: “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya” (Luk 1:31-32).
  • Setelah berulang kali dan dengan berbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para Nabi, “akhirnya pada zaman sekarang Ia bersabda kepada kita dalam Putera” (Ibr 1:1-2). Sebab Ia mengutus Putera-Nya, yakni sabda kekal, yang menyinari semua orang, supaya tinggal di tengah umat manusia dan menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam (lih. Yoh 1:1-18).
  • Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai “manusia kepada manusia”, “menyampaikan sabda Allah” (Yoh 3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan oleh Bapa kepada-Nya (lih. Yoh 5:36; 17:4).
  • Sungguh besar kasih setia Allah kepada umat-Nya. Ia tak pernah ingkar janji. Dengan mengutus Yesus, anak-Nya yang tunggal, Sang Penyelamat, mulailah babak baru sejarah umat manusia. Dengan ketaatan-Nya sampai mati di kayu salib, Yesus membawa kita bersatu kembali dengan Allah, Bapa-Nya dan Bapa kita juga.
  • Allah memenuhi janji-Nya. Allah tak ingin manusia hancur dalam kuasa dosa. Janji Allah terwujud dalam pribadi Yesus Kristus, Sang Putera Allah sendiri, yang selama hidup-Nya selalu mewartakan keselamatan bagi semua orang (Ibr 1:1-4).
  • Maka sebagai orang yang telah diselamatkan, kita harus memiliki hidup dengan semangat baru yakni hidup yang sesuai dengan kehendak Allah, meninggalkan perbuatan dosa dan selalu mengarahkan diri pada keselamatan.

 

Dukung website ini dengan subscribe channel YouTube Aendy Da Saint: